Bulan Suci Ramadhan akan berlalu.
Datangnya bulan Ramadhan menjadi bulan yang di nanti-nantikan oleh setiap Muslim di seluruh dunia. Bagaimana tidak, Momentum datangnya bulan Ramadhan akan menjadi ajang silaturrahmi dengan kualitas nomor satu. Di banding Hari Raya, bulan Ramadhan gak ada tandingannya sama sekali.
Jika Hari Raya, bertemu dan bercengkrama dengan sanak saudara biasanya di hari itu atau maksimal seminggu pasca Hari Raya. Nah, kalau Ramadhan? Jangankan seminggu, sebulan penuh pun bisa!. Jangankan bertemu sanak keluarga, yang bukan sanak keluarga pun bertemu! itulah kerennya bulan Ramadhan.
Bagi remaja, bulan Ramadhan adalah bulan yang tepat untuk banyak berinteraksi dengan teman sebaya setelah hampir setahun bergelut dengan kecanggihan teknologi, bercumbu tiap hari dengan layar canggih sampai keluar dari kamar pun rasanya enggan. Meskipun sebenarnya, setelah shalat tarawih eh juga melipir memainkan jari dengan lihai untuk menembus pertahanan lawan (mobole legens dan sejenisnya).
Terus, bagi orang dewasa, beuh ini bulan Ramadhan jadi bulan paling canggih untuk bisa bertemu dengan teman seangkatan di masjid ketika tarawih atau tadarus membaca Al-quran. Meskipun terkadang ketika tadarus sering menyelipkan acara paling fenomenal seantero ibu-ibu, apalagi kalau bukan bercengkrama, bercerita banyak hal sampai kadang tak sadar kalau sedang ber-gibah.
Yang tak kalah unik, bagi anak-anak terutama yang masih duduk di bangku sekolah dasar, bulan Ramadhan seperti momentum untuk bisa banyak bermain di malam hari, menjumpai segala jenis petasan hingga menjalankan ritual sekolah yang mewajibkan mereka untuk menulis di sebuah buku bersampulkan gambar sebuah masjid.
Penulis kira, buku semacam ini sudah punah sejak tujuh tahun lalu. Ternyata eh ternyata, ini buku eksistensinya luar biasa, di masa corona virus corona pun masih eksis lho.
Bagi anak 90-an pasti tahu lah ya ini buku apaan. Apalagi kalau bukan Buku Kegiatan Ramadhan. Yaps, buku fenomenal yang semua orang pasti tahu ini buku tentang apa.
Buku ini yang menemani perjalanan sepanjang bulan Ramadhan, buku yang kadang mau jujur tapi takut gak ada tanda tangan dari bapak Imam shalat tarawih dan ujung-ujungnya juga kadang berohong, yaaa meskipun gak semuanya hehe.
Buku ini juga yang menyebabkan anak-anak yang tidak terbiasa menulis buku kegiatan harian, mau tidak mau harus menulis tiap hari. Ibaratnya, buku harian mendadak.
Sebenarnya, Seberapa Perlu Anak-anak Memiliki Buku Ini?
Untuk memutuskan buku ini diperlukan atau tidak, tergantung pada dua sudut pandang. Sudut pandang orang tua dan sudut pandang sekolah.
Jika melalui sudut pandang orang tua, maka kita akan melihat ada tiga bentuk karakter orang tua dalam menyikapi Buku Kegiatan Ramadhan anak, antara lain:
1. Orang tua yang 'Biasa saja' atau bahkan 'Bodoamat'
Tipe orang tua seperti ini gak bisa disampingkan keberadaannya. Mereka biasanya hanya menandatangani apa saja permintaan si anak tanpa memastikan apakah si anak benar melakukan atau tidak.
Tipe orang tua seperti ini biasanya muncul karena masih minimnya pemahaman akan pentingnya pembentukan karakter anak. Alhasil, anak kadang cenderung untuk kibulin orang tua dan dengan bangga menyerahkan laporan Buku Kegiatan Ramadhan kepada guru.
2. Orang tua yang 'Peduli' tetapi hanya sebagai formalitas agar si anak mendapat penilaian yang baik dari guru.
Tipe orang tua kedua ini juga gak perlu diragukan lagi bahwa eksistensi mereka ada. Biasanya orang tua seperti ini akan cenderung menuntut anak untuk melakukan. 'Menuntut' bukan 'Menuntun'. Bedanya apa? Ketika orang tua menuntut anak untuk berpuasa, untuk sholat tarawih, untuk mengaji, yang ada anak hanya akan menurut tanpa mengetahui makna dibalik perintah yang mereka terima.
Yang tak kalah memperihatinkan adalah ketika pemenuhan tuntutan hanya untuk memberikan sebuah sampul menarik bagi anak di depan guru, singkatnya untuk mendapatkan penilaian yang baik.
Jika yang dilakukan orang tua menuntun anak untuk melakukan ibadah di bulan Ramadhan, orang tua bersifat netral, artinya orang tua hanya memberikan pemahaman, menuntun anak untuk melakukan ibadah tanpa memaksa anak untuk harus melakukannya.
3. Orang tua yang 'Peduli' untuk membentuk karakter anak
Tipe orang tua seperti ini biasanya akan 'Menuntun' anak untuk melakukan ibadah yang hanya di lakukan di bulan Ramadhan melalui proses pembelajaran yang tidak gampang.
Memberikan pengetahuan akan makna dari setiap ibadah bukan hal mudah bagi orang tua, terlebih jika si anak baru masuk bangku sekolah dasar. Orang tua harus putar otak untuk menjelaskan dengan bahasa anak-anak, supaya si anak bisa memahami makna yang terkandung dalam ibadah yang di jalankan.
Tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan bagi si anak. Momen pengisian Buku Kegiatan Ramadhan menjadi momen bagi orang tua yang secara tidak langsung melakukan proses pembentukan karakter anak. Ketika pengisian laporan, orang tua tipe ini akan berusaha untuk mengarahkan anak untuk jujur. Jika tidak dilakukan, maka tidak di isi, dan jika dilakukan, maka di isi.
Melalui perspektif orang tua kita bisa melihat 3 karakter orang tua dalam menyikapi Buku Kegiatan Ramadhan. Sedangkan melalui sudut pandang sekolah, ada beberapa hal penting yang harus dipegang oleh pihak sekolah yang dicerminkan melalui tindakan guru, pra dan pasca pengisian Buku Kegiatan Ramadhan.
Pertama, Pra-pengisian. Momen ini adalah momentum bagi guru untuk menyelipkan pendidikan karakter bagi anak didik. Pada tahap ini, guru harus dengan sabar dan tegas menjelaskan tujuan utama dari pengisian Buku Kegiatan Ramadhan, memberikan pengertian kepada anak didik untuk tidak takut ketika tidak mengisi laporan jika memang anak didik tidak menjalankannya. Sehingga, hal ini akan mengurangi kecendrungan anak untuk melakukan kebohongan dalam pengisian laporan.
Kedua, Pasca-pengisian. Peran selanjutnya yang wajib dilakukan adalah guru harus mempelajari seluruh buku anak didik melalui laporan ibadah yang telah di isi oleh anak didik. Dengan mempelajari dan mentelaah hasil laporan anak didik diimbangi dengan tanya jawab dengan seluruh anak didik. Sehingga dengan melakukan hal tersebu, guru akan mendapatkan kesimpulan akhir bagaimana pendidikan karakter pada pra-pengisian laporan, apakah berpengaruh atau tidak pada laporan anak didik.
Perlu atau tidaknya Buku Kegiatan Ramadhan dipengaruhi oleh tingkat perhatian dan partisipasi orang tua serta bagaimana sekolah melakukan evaluasi anak dalam rangka pembentukan karakter anak didik.