Ada yang unik pada Ramadan 2021 ini, keluarga kami mendapat tamu istimewa persis di pertengahan Ramadan, Covid-19. Ya, virus ini akhirnya hadir juga di keluarga kecil kami setelah satu setengah tahun sejak kehadirannya di Indonesia.

Bermula saat si sulung yang mengeluh tidak enak badan sepulangnya bekerja. Dia pikir hanya flu biasa saja dan setelah beristirahat dua hari dan merasa badannya lebih baik, dia kembali masuk kantor. Ternyata di kantor badannya kembali tidak enak dan merasa ada yang tidak beres dengan indra penciuman dan perasanya, akhirnya dia memutuskan izin untuk pulang lebih cepat.

Dalam perjalanan pulang, disempatkan mampir ke klinik dekat kantornya untuk melakukan tes swab antigen karena ada kecurigaan covid-19 mengingat virus ini memang sedang naik daun belakangan ini. Tes yang bisa ditunggu tersebut ternyata membuahkan hasil positif, dirinya terpapar virus tersebut. Segera dia mengabarkan hasil tesnya kepada kami di rumah.

Bagai tersambar petir di siang bolong, kami kaget bukan alang kepalang. Rasa panik dan takut sempat menghampiri perasaan kami di rumah mengingat beberapa hari ke belakang ini kami melakukan kontak yang sangat erat dengan si sulung ini. Tidak perlu waktu lama, kami siapkan tempat untuk dia melakukan isolasi mandiri di rumah seberang –kami memiliki rumah lain yang letaknya berseberangan dengan rumah tinggal kami di perumahan yang sama. Kami siapkan segala sesuatunya agar dia langsung masuk rumah isolasi dan tidak mampir ke tempat kami lagi.

Setelah kami berdiskusi mengenai langkah apa yang harus kami ambil, keesokan harinya kami memutuskan untuk menghubungi puskesmas setempat untuk memberitahukan kepada satgas Covid-19 di sana tentang anak kami yang terpapar virus ini. Hasil swab anak kami diminta oleh mereka dan kami sekeluarga –Saya dan istri dan tiga anak kami lainnya-- langsung dijadwalkan untuk melakukan tes swab antigen mengingat kami sebelumnya tinggal serumah dengan si sulung ini. Kami dapat jadwal dua hari kemudian.

Pada hari yang ditentukan, kami melakukan tes swab antigen, tes yang sama seperti yang dilakukan oleh si sulung dan hasilnya bisa ditunggu dalam 15 menit saja. Ternyata hasilnya anak ketiga kami dinyatakan positif, padahal dia tidak memiliki gejala apa pun, dan itu yang dikenal dengan istilah Orang Tanpa Gejala (OTG). Kami sisanya menunjukkan hasil negatif dan langsung menjalankan tes berikutnya, yaitu swab PCR yang hasilnya baru bisa diketahui 5 hari kemudian, begitu pihak puskesmas menjelaskan.

Pulang dari sana anak kami yang nomor tiga tersebut langsung kami minta juga untuk melakukan isolasi mandiri. Masih ada perasaan khawatir selama kami berempat yang negatif ini menunggu hasil swab PCR tersebut. Persis di hari kelima, saya di-WA pihak puskesmas menyampaikan hasil swab PCR kami berempat. Ternyata anak kedua kami hasilnya positif, jadi anak pertama, kedua dan ketiga kami positif.

Ya Allah, cukup berat rasanya apa yang kami alami ini, begitu sempat kami mengadu, tapi kami berpikir bahwa kami harus kuat dan terus berjuang merawat anak-anak kami. Dukungan teman dan sahabat dari sebuah grup Di FB berupa lantunan doa-doa terus kami terima dan itu juga yang menguatkan kami. Hanya mereka yang tahu bahwa virus ini mampir ke tempat kami dan bercengkerama dengan anak-anak kami. Bahkan orang tua kami dari pihak istri --orang tua saya sudah tidak ada—dan keluarga besar saja tidak tahu hal ini.

Tidak salah jika ada mengatakan bahwa kehidupan itu ibarat roller coaster. Kadang di atas, kadang di bawah, juga bisa berputar terbalik-balik. Itu yang sedang kami rasakan dua pekan ke belakang. Hadirnya virus ini di keluarga kami, rasanya seperti itu. Beberapa undangan berbuka puasa bersama terpaksa kami batalkan untuk bisa fokus merawat anak-anak kami tersebut.

Semakin hari kondisi anak-anak kami menunjukkan perkembangan yang baik. Keluhan-keluhan yang tadinya dirasakan satu per satu hilang. Indra penciuman dan perasa sulung juga sudah kembali, ini saya tahu karena pernah satu waktu si sulung minta dibelikan dimsum sampai lima porsi, dan dia bilang enak.

Hari ini 13 Mei 2021 adalah hari kemenangan umat muslim. Pemerintah sudah mengumumkan Idulfitri 1442 H jatuh di hari ini. Hari ini juga adalah hari terakhir anak-anak kami menyelesaikan isolasi mandirinya setelah dua minggu menjalani ‘penjara’ berjuang mengalahkan virus tersebut.

Terima kasih ya Allah atas semua kekuatan yang Kau berikan kepada kami untuk bisa melewati semua ini. Juga untuk teman dan sahabat sekalian yang memperhatikan kami walau hanya lewat daring. Untaian doa dan dukungan kalian begitu besar kami rasakan, semoga Tuhan membalas berlipat-lipat kebaikan yang sudah kalian lakukan untuk kami.

Di hari yang spesial ini izinkan kami mengucapkan Selamat Idulfitri 1442 H bagi Anda yang merayakannya. Mohon maaf jika selama ini ada kesalahan yang kami pernah lakukan, juga apabila ada lisan kami yang tidak sengaja menyakiti teman-teman semua.