Di tengah maraknya aksi-aksi perpecahan seperti intoleransi, radikalisme, hingga terorisme, Qureta mengambil langkah yang bisa dikatakan cukup elegan. Sadar bahwa harus ada upaya sebagai medium perlawanannya, Qureta lalu hadirkan itu melalui Workshop dan Kelas Menulis.
Melalui kegiatan Workshop dan Kelas Menulis ini, tampak inisiatif Qureta hanya satu: bagaimana melibatkan seluruh komponen masyarakat untuk turut serta menyebar gagasan-gagasan positif bagi kehidupan sosial melalui teknologi seperti media online.
“Ide itu penting untuk disebarkan. Teknologi bisa membantu menyebarkannya. Di sanalah Qureta berperan,” ujar Pendiri Qureta Luthfi Assyaukanie dalam sambutannya.
Dan hari ini, Jumat, 21 Juli 2017, inisiatif tersebut akhirnya terselenggara. Bertempat di Hotel Onih Bogor, 21 – 23 Juli 2017, Qureta menampilkannya dengan tema Intoleransi dan Kekerasan atas nama Agama; diikuti oleh 25 peserta dari beragam profesi dan latar belakang pendidikan se-Indonesia.
Mengapa ini penting? Tentu saja, di samping menjadikannya sebagai medium perlawanan terhadap aksi-aksi perpecahan, kegiatan ini sekaligus menjadi ajang kampanye ide-ide positif Qureta. Ini pun dalam rangka mendukung narasi besar dari pemerintah terkait internet sehat.
“Bahwa internet harus berisikan konten-konten yang mendamaikan, bukan hal-hal yang bisa merusak, memecah-belah persatuan bangsa,” lanjutnya.
Sebagai Pendiri Qureta, Luthfi juga menerangkan bahwa Workshop dan Kelas Menulis ini adalah bagian dari offline activities yang kini marak-maraknya Qureta gagas. Kegiatan ini akan terus dihadirkan guna mendukung dan mendorong para penulis, baik dari kalangan pelajar, aktivis, pengusaha, jurnalis/wartawan, serta masyarakat secara umum untuk bersama-sama mengarahkan bangsa ini lewat tulisan-tulisan yang konstruktif.
“Hampir 4 miliar pengguna internet hari ini. Mau diapain sebanyak itu kalau tidak diberikan ide-ide yang positif? Nah, Qureta hadir untuk itu,” tegasnya.
Di awal pendirian Qureta sendiri, Luthfi sadar bahwa internet mesti bertujuan untuk menyebarkan gagasan-gagasan positif. Hadirnya Qureta, bisa dikatakan, tak lain sebagai anak kandung dari social media, yang berinisiatif merawat dan mengembangkan tradisi literasi di Indonesia.
Seperti disebutkan di awal, inisiatif pendirian Qureta ini adalah bagian dari program yang kini didorong oleh pemerintah tentang internet sehat. Qureta ingin berperan serta dalam mengkampanyekan ide-ide. Dan itu tidak hanya terbatas pada isu agama, tapi juga mencakup segala aspek, baik sosial, politik, ekonomi, juga teknologi, termasuk gagasan bergenre fiksi: cerpen dan puisi.
“Dengan adanya Qureta, kami berharap akan semakin banyak orang terlibat untuk menerbitkan gagasannya, untuk menyiarkan ide-ide positifnya. Kalau Anda punya ide bagus, mencerahkan, silakan terbitkan di Qureta. Kita punya jaringan sosial yang bagus dan lumayan luas, dan itu akan berdampak besar dalam hal persebaran ide-ide,” pungkasnya.
Ke depan, selain penerbitan gagasan di media online atau pun offline activities Qureta seperti Workshop dan Kelas Menulis, Qureta juga akan mengupayakan langkah lainnya seperti program online education.
“Saya yakin, dunia pendidikan akan bertransformasi secara radikal. Dengan online education Qureta ke depan, kami berharap penyebarluasan ide-ide positif akan semakin masif,” harapnya.