“Kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang?

Tak perlu memikirkan tentang apa yang kan datang

Di esok hari….”

Hindia - Secukupnya

Lagu yang cukup populer di kalangan anak muda, lagu ini diciptakan oleh band Hindia yang ternyata sesuai dengan keadaan remaja masa kini. Dari lirik lagunya, membuat kita bertanya-tanya, kapan terakhir kali kita dapat tertidur dengan tenang tanpa memikirkan bagaimana nasib kita di masa akan datang.

Mungkin lagu ini diciptakan sebagai kiasan bagaimana remaja masuk ke masa quarter life crisis. Quarter life crisis adalah masa di mana remaja mulai mencari jati dirinya. Menjadi dewasa memang bukan sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan, karena kita tidak bisa menahan gulir waktu yang berjalan. Sebuah proses pendewasaan tidak jarang memunculkan krisis dalam diri remaja.

Di fase quarter life crisis mungkin akan timbul pertanyaan, “Setelah lulus kuliah, mau kerja apa ya?” atau “Sebenernya  aku hidup untuk apa ya?” dan pertanyaan-pertanyaan lain yang mungkin menjadi ciri-ciri bahwa kita memasuki fase quarter life crisis. Tenang, kalau temen-temen pernah bertanya hal tersebut kepada diri sendiri, itu merupakan hal wajar. Saya sendiripun pernah mengalami hal tersebut.

Hal itu berarti usia kita memasuki masa dewasa, yang memang rentan mengalami krisis jati diri atau biasa disebut quarter life crisis. Ada baiknya kita mempersiapkan diri dengan mengetahui apa saja ciri-ciri  kita mengalami quarter life crisis, sehingga kita dapat mengambil sikap yang benar dalam menghadapi fase tersebut.

Tanda-tanda kita mengalami quarter life crisis yang pertama adalah merasa cemas dengan pilihan hidup. Contohnya merasa cemas akan pilihan pendidikan yang sedang ditempuh, apa yang akan dilakukan ketika sudah lulus kuliah, memilih antara berkarier atau berumah tangga, dan masih banyak lagi.

Berikutnya mulai menanyakan tujuan hidup, di fase ini kita akan mempertanyakan apa tujuan hidup kita. Dengan begitu sebagai remaja, kita akan mulai mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Kebanyakan dari kita bukan mencari jawaban, namun hanya memikirkan dan menjadi beban pikiran.

Ketiga, merasa tidak percaya diri. Saya misalnya, sedang membuka media sosial dan secara tidak sengaja melihat postingan teman saya yang sudah sukses menjalani usahanya, mendapatkan prestasi dalam pendidikannya, atau bahkan sudah menjalani kehidupan pernikahan. Hal tersebut membuat saya merasa minder dan tidak percaya diri.

Ciri-ciri yang terakhir adalah topik-topik yang berat akan membuat kita gelisah. Topik berat yang dimaksud di sini contohnya seperti, pekerjaan, pernikahan, dan hal besar lain. Ketika teman kita mulai membahas topik berat, tetapi dalam diri kita malah merasa gelisah.

Beberapa hal tadi merupakan ciri-ciri ketika kita memasuki fase quarter life crisis, tidak sedikit teman-teman kita yang belum mampu melewatinya dengan baik. Dari cerita saya sendiri, ketika saya mulai mencemaskan masa depan saya atas pilihan-pilihan saya, mulai menanyakan sebenarnya tujuan hidup kita itu apa, ketika mulai merasa minder melihat keberhasilan teman-teman saya dalam pendidikan, karier, dan juga pernikahan di usia muda.

Saya merasa tertekan waktu itu, berpikir bagaimana saya dapat melewati masa ini tanpa merugikan diri saya sendiri dan orang-orang di sekitar saya. Bagaimana saya dapat sukses dan membahagiakan orang-orang yang menyayangi saya. Tentunya bukan hal yang mudah, ketika kita sudah masuk dalam fase tersebut namun tanpa persiapan sebelumnya.

Maka dari itu, persiapan menghadapi quarter life crisis sangat penting. Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dalam mempersiapkan diri menghadapi quarter life crisis. Salah satunya dengan memiliki hardy personality. Orang dengan hardy personality tidak akan menutup diri ketika dihadapkan dengan perubahan, mereka sangat senang dalam kerja sama dan juga interaksi antar sesame.

Selain itu, orang dengan hardy personality akan semakin mengeluarkan aura positif ketika tertekan oleh stress yang tinggi, rasa percaya dirinya akan semakin tinggi, juga akan semakin optimis dalam menjalani kehidupan. Hardy personality bukanlah bawaan lahir, hal tersebut harus kita bentuk dengan beberapa tips.

Pertama komitmen, orang dengan hardly personality berusaha membangun mental yang suportif terhadap lingkungannya. Mental suportif ini sangat dibutuhkan di negara kita, karena budaya negara kita adalah mental menjatuhkan. Ketika ada orang yang berhasil bukannya diapresiasi namun malah dicaci-maki. Kemudian, membangun kolaborasi dengan orang lain, tidak menutup diri dan menjadi individualis.

Kedua kontrol, mampu mengontrol dirinya dengan mempercayai potensi diri. Membandingkan diri sendiri dengan orang lain itu boleh, untuk memicu semangat kita. Namun, yang tidak diperbolehkan adalah membandingkan orang lain dan membuat kita rendah diri, merasa tidak mempunyai potensi bahkan ada istilah “beban keluarga”. Mari kita hilangkan semua itu, dan mencoba percaya dengan potensi diri sendiri.

Yang terakhir adalah penerimaan diri kepada tantangan. Perubahan akan selalu datang di dalam kehidupan kita. Kita tidak bisa selamanya berada pada zona nyaman, terus menjadi anak kecil tanpa mau berkembang menjadi pribadi yang lebih dewasa. Maka dari itu, kita perlu mempunyai sikap berani menerima tantangan perubahan, dan terus belajar dari perubahan yang terjadi.

Quarter life crisis memang sebuah proses yang harus kita lewati, tidak bisa kita lompati. Penataan mental adalah langkah awal dalam mencapai hardy personality sehingga quarter life crisis terlewati dengan sepenuh hati.