Friedrich Wilhelm Nietzsche
Lihatlah! Betapa menyedihkan:
Dirimu! Oh sudah berapa lama?
Berapa lama kau menyembunyikan kesedihan
Di depan teater dunia, di belakang topeng palsu ha ha ha
Peganglah sastra! Ia akan menyemai bunga-bunga makna
Atau peluk saja Dionysus:
Ia memang penuh hujan, tapi setidaknya setia
Dan berkawanlah dengan hujan, agar kau dapat mensyukuri panas yang kudus
Oh sudah kukatakan, jangan rindu pada Apollo:
Ia akan membuatmu terlena, dan semu
Lupakan sifilis dan Aletheia, lebih baik kau menari bersama Solfeggio!
Daripada perlahan-lahan mati tenggelam, dalam kedalaman air matamu
Perlu kau tahu, sesuatu yang tak membunuhmu:
Mengandung jiwa, tak terkalahkan sama sekali!
Dan sesuatu yang membunuhmu:
Mengundang raga, jika waktu terlahir kembali!
Sekarang, leburkanlah tragedi!
Bersama Amorfati, hingga kau menjelma adimanusia!
Transfigurasi malapetaka, setangguh, tepatnya semasih kau bermimpi
Dan hiduplah seperti Zarathustra, oh Übermensch, dinamit jujur bak adicita yang penuh cinta
Søren Aabye Kierkegaard
Sebelum kota Copenhagen tak lagi bahagia:
Patung Frederick V tak lagi berkuda!
Kue Monde tak bermentega, bunga Daisy putih dalam hatiku layu membiru!
Dan melankolisku melamar marabahaya dengan mahar pilu
Aku ingin menikahimu, wahai Regine Olsen yang cantik jelita!
Namun aku, tak lama setelah kau menerima cincin tunanganku:
Aku malah menanggalkan luka, sebelum benar-benar bersama!
Tatkala kutinggalkan dirimu bersama mimpi menua berdua, hingga ditelan masa!
Entah, entahlah, saat itu sayu jiwaku menguasai:
Aku takut rasa yang kuberi tak sebanding, dengan yang kau beri!
Oh sayang, betapa keputusasaan hidupku tanpamu juga harus diakui:
Seraya memahami masa lalu, tak lupa menjalani masa depan dan nanti
Imanku mungkin tak seteguh Abraham, kala mengorbankan anaknya
Tapi imunku setabah manusia, yang tak lagi hidup dengan rindu
Akulah Kierkegaard! Bapa Eksistensialisme seantero dunia!
Bersama Graphomania setelah lara, semoga saja kau bangga padaku
Biar, biarlah aku menghabiskan seluruh hidupku pada filsafat dan teologi
Bila kau ingin menikah, menikahlah dengan seseorang yang kau cinta
Biar, biarkan aku yang menikahkan ilmu dengan waktu sampai mengabadi
Bila kau ingin mengenangku, kenanglah aku sampai kita bertemu kembali di Taman Eden yang sama
Jean-Paul Charles Aymard Sartre
Kurang dari satu abad:
Setelah Napoleon Bonaparte tutup usia
Seusai Menara Eiffel rampung dibangun, dan Louis Vuitton seumpama kristal barjad
Sesaat sebelum orang-orang Paris terjangkit Hedonisme, khas realitas kontemporer lalu Nausea
Aku terlahir, hidup di dunia yang terasa seperti neraka
Sisanya? Adalah sejarah, menulisku dengan tinta emas
Oh sudah kukatakan, eksistensi mendahului esensi nya
Neraka? Adalah manusia lain, terasa serupa prejudis yang menindas
Tak sadar kah kau? Bahwa tiada jalan keluar dari segala prasangka
Kita adalah makhluk terkutuk! Dikutuk untuk bebas!
Pikirku, hidup bersama manusia adalah tak jauh berbeda:
Dengan hidup bersama Guillotine, siap memenggal kepala cadas hingga bebas!
Dan aku tidak peduli dengan Nobel, beserta semua omong kosongnya!
Persetan dengan semua manusia getir, titik nadir, atau bentangan takdir
Aku hanya peduli, pada seorang berang-berang penggerak Feminisme di Eropa
Puan itu, oh puan itu! Betapa besar pengaruhnya dalam hatiku, ia adalah Beauvoir!
Membuat filsafat ku semakin hidup: Sampai-sampai, En Soi ku jatuh hati kepada Pour Soi nya!
Dan lalat, Electra, Orestes dari Yunani kuno pun merasa cukup
Ah ternyata! Apa yang tak kutemukan dalam Eksistensialisme, kutemukan dalam dirinya
Simone Lucie Ernestine Marie Bertrand de Beauvoir
Telah kudengar namaku:
Dilafalkan ala Francais dengan nada bercanda
Ah Sartre, mengapa kau menyebutku si berang-berang, ambigu!
Tapi tak apa, selama buku The Second Sex tulisku, tetap kau baca
Sekarang, akankah kau setuju dengan pemikiranku?
Bahwa masyarakat Patriarkis itu sangat menyebalkan:
Bagi utopia ku, dan bahkan nasib kesetaraan pun terbelenggu!
Dan aku tak mau menjadi gender kelas dua, meminta belas kasihan?
Aku adalah puan, yang akan memperjuangkan kesetaraan:
Yang telah direnggut para Misoginis, dan pemuja Maskulinitas
Oh betapa tengik mereka yang mengungkung kebebasan
Kebebasan dan kesetaraan, sejatinya harus diperjuangkan dengan keras!
Aku ingin bebas, hidup tanpa segregasi gender, singkatnya berdikari
Sungguh perlu kita sadari bersama:
Bahwa perempuan, ada bukan untuk di bawah lelaki!
Kita semua setara, sama, terjebak dalam Ambiguitas dan Etika
Tetapi sebelum aku mati membiru:
Aku ingin pergi ke Bordeaux bersama Sartre
Tanpa Merlot, Champagne apalagi sampai Nausea memburu
Cukup, cukup Sartre saja, sebelum aku dan dirinya berakhir di Montparnasse
Albert Camus
Ah sial, tanpa sempat bertanya apalagi menolak:
Aku terlahir! Ke dunia yang serba berantakan ini
Aku adalah Camus, sang pemberontak!
Oh akulah Absurd Camus, sang anomali!
Sebentar, apakah aku terdengar asing?
Persetan, aku tak peduli dengan hingar-bingar nama dan popularitas
Bagiku, kita semua adalah orang asing bagi dirinya masing-masing
Tak usah berpura-pura, kita semua, nyatanya adalah bagian dari Absurditas
Lihatlah, kawanku oh lihat ini:
Kesemrawutan eksistensi sudah menjadi Sampar abadi!
Dimanakah esensi? Mungkin sudah mati gantung diri
Sisanya? Bunuh diri filosofis pada sesuatu yang menawarkan janji
Namun aku dan Sisifus bukanlah pengecut:
Kami tak akan lari pada ideologi, ilmu apalagi agama
Harapan? Tak perlu, biar kutonjok muka realitas yang kecut!
Sudah kukatakan, hidup yang tak bermakna bukan berarti tak bahagia
Oh betapa aku memuja makanan enak, pantai dan sinar mentari!
Dan sepak bola, wanita, ciuman hingga menari-menari
Sungguh, haruskah aku membunuh diriku sendiri?
Atau Euthanasia, atau hidup dan meminum beberapa cangkir kopi?
Friedrich Wilhelm Nietzsche (Lagi)
Ha ha ha! Maaf Aldy, aku merasukimu lagi
Ada beberapa hal, yang perlu kusampaikan pada mereka:
Mengapa aku begitu pandai?
Mengapa aku begitu bijaksana?
Oh lihatlah, betapa Askenden diriku ini
Dan betapa Dekaden mereka semua!
Ah, aku ingin meledak seperti dinamit murni:
Setelah kelahiran tragedi dan pemujaan Senjakala Berhala!
Sains yang mengasyikkan, mereka yang menyebalkan:
Wahai para pengagung Idée Fixe, dan pengerdil Tuhan!
Kenalkan, aku adalah Friedrich Nietzsche
Seorang pembuat onar, ahli nubuat akan kedatangan Nihilisme
Sebelum Brutum datang ke hadapan Fati:
Vademecum-Vadetecum!
Siapkan gigi yang kuat dan perut anti-pedih hati!
Kunyahlah kenyataan, cernalah Fati yang Brutum dengan Amor, kulum!
Satu lagi, Gnothi Seauton, jadilah autentik:
Wahai calon Übermensch yang dungu, janganlah kau mengikutiku
Jadilah dirimu sendiri, hidup soliter dan Prolifik!
Realitas ini berengsek, orang-orang sudah menjadi dirinya dan tak ada yang sudi menjadi dirimu