Tiongkok dan Ambisinya.
Apa yang terjadi hari ini sudah menjadi bagian dari janji Presiden Xi Jinping dalam pidatonya ketika peresmian jabatan sebagai Presiden bertajuk ; One Tiongkok, One System.
Maksudnya di sini adalah, pasca merdekanya Taiwan, terdapat 2 sistem yang berbeda di daratan Tiongkok ; Pertama Tiongkok yang kental dengan Komunismenya, dan kedua Taiwan yang terpropaganda oleh Liberalisme Amerika.
Sehingga, Presiden Xi Jinping berjanji bahwa dirinya akan mengembalikan Taiwan kepada Tiongkok dan tidak ada lagi 2 sistem yang berbeda.
Sebagai seorang Pemimpin Negara, apa yang diinginkan oleh Presiden Xi Jinping ini merupakan "Ambisi standar" sebenarnya, mengingat Presiden Putin pun juga ingin mengembalikan Ukraina pada Rusia.
Kebetulan, kedua Negara ini juga dianugrahi kekuatan yang luar biasa untuk melakukan perlawanan terhadap Amerika.
Bahkan di tengah "ke Abu-abuan" konflik Balon mata-mata beberapa hari terakhir, Tiongkok dan Rusia kian percaya diri dalam mendeklarasi rasa saling percaya dan juga saling support mereka sebagai Negara super power Dunia.
Seperti yang disampaikan oleh Ma Zhaoxu (Dibaca : Mentri Luar Negri Tiongkok), saat bertemu Sergei Lavrov (Dibaca : Mentri Luar Negri Rusia),
"Tiongkok akan bekerja sama dengan Rusia dalam mengimplementasikan kemitraan strategis yang sebelumnya juga dipublikasi oleh Presiden Xi Jinping dan Presiden Putin di Moskwa."
Rusia sejak sebelum jatuhnya Uni Soviet 1991 sudah digadang-gadang sebagai musuh paling tangguh bagi Amerika, sedang "kejutannya" sekarang adalah,
Tiongkok telah bertransformasi menjadi tak kalah tangguh dari berbagai sektor seperti ; Teknologi, Pasar, Manufaktur, dan memiliki pengaruh Politik yang tersebar di berbagai Negara.
OPEC (Dibaca : Organization of Petroleum Exporting Countries) saja, memilih untuk menghentikan mitra kerja samanya dengan Amerika setelah "disadarkan" oleh Tiongkok dan hingga kini, Amerika sudah tidak bisa lagi mengendalikan harga minyak dunia.
Kendati pun demikian, Tiongkok dan Amerika tetaplah sepasang Negara yang saling berdagang dimana ekspor terbesar Tiongkok dikirim ke Negara Amerika, dan ekspor terbesar Amerika dikirim ke Negara Tiongkok.
Lantas untuk apa konflik antar kedua Negara ini terjadi?
Tiongkok, Rusia, Korea Utara adalah Negara-negara super power yang sudah "jengah" dengan dominasi Amerika terhadap Dunia.
Terlebih Amerika yang selalu saja memanipulasi eks wilayah yang memerdekakan diri seperti halnya Ukraina, Taiwan dan lain-lain, pasti selalu ada Amerika di belakangnya.
Terkhususnya Tiongkok, Negara yang satu ini ingin sekali menaklukkan Amerika dan menunjukkan pada Dunia bahwa Tiongkok juga layak menjadi "Central Dunia."
Tentu saja ini tidak bisa lagi disebut "ambisi standar" melainkan "Ideologi yang mulai sedikit bar-bar."
Dan apa pun sekarang sikap yang diambil oleh Tiongkok, pasti akan ditanggapi dengan "serius" oleh Amerika.
Terlebih pada tanggal 10 Februari kemarin, kembali terjadi penembakan balon namun kali ini masih belum dipublikasikan terkait latar belakangnya.
Brigardir Jendral Patrick Ryder (Dibaca : Kepala Juru Bicara Pentagon) menyampaikan bahwa,
"Balon tersebut berukuran sebesar mobil pada umumnya, kemudian terbang di ketinggian 12.190 meter, namun masih diselidiki lebih lanjut terkait jenisnya apakah itu juga tergolong balon mata-mata atau bukan."
Atas apa yang kembali didapati oleh Amerika baru-baru ini pun, Amerika sontak bereaksi untuk memutuskan kerja sama dengan 6 Perusahaan Tiongkok di antaranya ;
Beijing Nanjing Aerospace, Technology Co, Tiongkok Electronics Technology, Dongguan Lingkong Remote, Eagles Men Aviation, Guangzhou Tian Hai Xiang, dan Shanxi Eagles Men Aviation.
Seperti yang dipaparkan oleh Alan Estevez (Dibaca : Wakil Kementrian Perdagangan AS),
"Sejumlah 6 Perusahaan Tiongkok telah masuk ke dalam daftar Hitam, berikut program kedirgantaraan kapal udara dan balon. Hal ini jelas merusak keamanan dan kedaulatan Internasional."
Benarkan, bahwa insiden Balon mata-mata ini pasti akan akan berujung permasalahan diplomatik yang lebih serius?
Rekam Eksistensi Balon Mata-Mata.
Beberapa tahun yang lalu, pada era kepresidenan Donald Trump juga pernah terjadi insiden serupa yaitu terbangnya Balon mata-mata milik Tiongkok di langit Florida.
Kendati demikian, Amerika cukup "ber-playing victim" dalam menyikapi insiden ini dengan langsung memberikan sanksi-sanksi kepada Tiongkok seperti, batalnya kunjungan Mentri Luar Negri Antony Blinken dan juga pemutusan kerja sama dengan perusahaan Tiongkok.
Padahal jika dibuka kembali rekam eksistensi dari Balon mata-mata ini, Amerika pun tercatat berulang kali menggunakan jasa dari balon tersebut ke beberapa Negara yang ada di Dunia.
Pertama, kalinya Balon mata-mata digunakan oleh Prancis dalam mengintai pertempuran Austria melawan Fleurus pada tahun 1794.
Kedua, digunakan saat Perang Dunia I yang melibatkan Negara-negara blok sentral (Dibaca : Jerman, Austria, Hongaria, Bulgaria, dan Kekaisaran Ottoman) melawan blok sekutu (Dibaca : Inggris, Rusia, Perancis, Italia, Rumania, Kanada, Jepang dan Amerika) pada tahun 1914-1918.
Ketiga, digunakan kembali oleh Jepang pada saat Perang Dunia II, Jepang bahkan mengirimkan sejumlah 9000 balon yang juga berisi Bom ke Amerika. Balon tersebut berhasil terbang menempuh jarak lebih dari 6000 ml melintasi Samudra Pasifik pada tahun 1939.
Keempat, Perang Saudara Amerika pada tahun 1861-1865 juga masih menggunakan Balon mata-mata.
Kelima, saat Perang Afghanistan Amerika bahkan sudah menggunakan Balon mata-mata yang sangat canggih dilengkapi kamera pengintai dan juga sensor dan ini berlangsung sejak tahun 2001-2021.
Keenam, pada Invasi Irak, Negara tersebut juga menggunakan jasa Balon mata-mata untuk memantau perbatasan Amerika Selatan pada tahun 2004.
Berdasarkan pemaparan di atas, bukankah Amerika juga sudah tercatat sebagai pengguna aktif Balon mata-mata? Lantas bagaimana cara dunia memberikan sanksi terhadap Amerika?
Hal inilah yang kemudian menjadi alasan kenapa semakin banyak permasalahan diplomatik antar Dunia, semakin Dunia "Unrespect" terhadap Amerika.
Sebut saja Rusia sebagai pembuka jalan, dimana memerangi Ukraina sama halnya dengan memerangi Amerika.
Tiongkok yang baru saja memulai, dengan menerbangkan Balon mata-mata berujung batalnya kunjungan Mentri Luar Negri Amerika dan pemutusan kerja sama dengan sejumlah perusahaan Tiongkok, dan masih belum diketahui akan berujung seperti apa?
Serta yang masih pemanasan, Korea Utara dengan ledakan-ledakan tunggal berkedok uji coba senjata perang.
Kalau seandainya ketiga Negara ini bekerja sama untuk melawan Amerika, sebaiknya kepresidenan Amerika kembalikan kepada Abraham Lincoln saja, kasihan Presiden Biden.