Pada umumnya motivasi di latarbelakangi oleh pengalaman orang lain yang sangat berkesan baginya. Terkadang ia berupa pengalaman yang menyenangkan, terkadang juga berupa pengalaman yang menyedihkan. Motivasi terkadang juga lahir dari diri sendiri, yakni dengan keyakinan yang kuat untuk mendapatkan suatu pencapaian yang diinginkan.
Potret keyakinan bisa juga diambil dari sejarah orang-orang. Yang mana seseorang itu mempunyai semangat yang tinggi dalam dirinya. Orang-orang tersebut ialah orang-orang yang termasuk dalam golongan orang-orang beriman yang selalu berprasangka baik terhadap nikmat dan keindahan surga.
Banyak buku-buku motivasi yang dapat membantu memperkuat keyakinan serta semangat berjihad di jalan Allah swt, yang mampu mengajak kita untuk memahaminya dari sisi yang lain. Dimana tak sedikit pula buku-buku yang memuat sejarah orang-orang mulia yang sangat membakar semangat bagi pembacanya.
Keyakinan adalah kunci dari keberhasilan sebuah usaha. Misalnya saja, ada suatu penghargaan diberikan bagi seorang penghafal Al-Qur’an yakni kelak akan mendapatkan tempat di surga beserta kedua orang tuanya. Dalam hal ini, bisa diketahui adanya balasan atas semangat yang berasal dari kerinduan terhadap surga yang dijanjikan oleh Allah swt. Bukan suatu hal yang mudah sebagai penghafal Al-Qur’an mereka juga dapat kehilangan motivasi dan energinya sehingga tidak siap bekerja keras untuk menghafal Al-Qur’an.
Adapun yang disesalkan adalah orang tersebut kadang-kadang mencari berbagai alasan dan pembenaran terhadap dirinya sendiri sehingga menyalahkan siapa saja atau apa saja yang menurutnya menghambat dirinya untuk menghafal. Padahal, dalam kejadian seperti ini yang sesungguhnya terjadi adalah sebuah krisis keyakinan tehadap berbagai macam keutamaan-keutamaan di balik kegiatan menghafal, sehingga membuat semangatnya hilang dalam menghafal.
Selain itu, di balik kegiatan menghafal Al-Qur’an, manusia belum akan merasakan manfaatnya, baik di dunia maupun di akhirat kecuali setelah diuji dengan kesabaran dalam menghafalkan Al-Qur’an tersebut. Dengan demikian, barulah disadari pentingnya mencari motivasi dan potret keyakinan dalam menghadapi masalah-masalah. Dimana masalah-masalah tersebut telah terlebih dahulu dirasakan oleh orang-orang mukmin yang berjihad dan memiliki semangat yang tinggi dalam mempelajari dan menghafal Al-Qur’an.
Selain itu, contoh potret keyakinan juga terdapat pada diri para sahabat. Mereka rela menempuh perjalanan yang sangat jauh selama berbulan-bulan, serta menghabiskan harta yang tidak sedikit hanya untuk sebuah ayat Al-Qur’an yang menjadi mukjizat terbesar Nabi Muhammad saw. melalui malaikat Jibril.
Kemudian contoh lain yang dapat menjadi potret dalam kegiatan mempelajari Al-Qur’an dalam bidangnya, antara lain sebagai berikut:
Pertama, kehidupan di desa masih banyak kita temui anak-anak muda bahkan orang tua yang telah lanjut usia berdatangan ke mesjid untuk shalat berjamaah. Dalam kehidupan sehari-hari pada masyarakat seperti ini bisa dipastikan bahwa kecintaan mereka terhadap mesjid masih begitu hidup. Shalat lima waktu berjamaah ramai setiap waktu, berbeda halnya di kota-kota yang mayoritas sibuk dengan dunia intelektualnya.
Sekolah-sekolah di Tempat Pendidikan Al-Qur’an juga ramai anak-anak dari berbagai tingkat pendidikan. TPA menjadi pilihan orang tua menyekolahkan anaknya untuk belajar Al-Qur’an. Selain mempelajari Al-Qur’an, disana mereka juga diajarkan menghafal nama-nama Nabi, membaca kitab fiqh, membaca kitab Nahwu serta kaidah-kaidahnya dan banyak lagi.
Kedua, orang tua yang sudah lanjut usia tetap rajin membaca Al-Qur’an, khususnya setelah sholat Maghrib dan Subuh. Terkadang lantunan ayat-ayat Al-Qur’an terdengar seperti bergaungnya suara lebah. Mereka pun siap menyimak bacaan Al-Qur’an yang dibaca dengan hafalan, yang biasanya diadakan di mesjid-mesjid. Padahal, mereka tidak memiliki banyak wawasan pengetahuan tentang keislaman. Sebab yang demikian itu berasal dari keyakinan mereka akan balasan pahala dan berbagai fadhilah yang dijanjikan Allah swt. dan Rasul-Nya terhadap orang yang bertaqarrub dengan Al-Qur’an.
Ketiga,keyakinan orientalis barat dalam mempelajari Al-Qur’an yang saat ini banyak menguasai tafsir Al-Qur’an, bahkan mereka hafal ayat-ayat Al-Qur’an . Snouck Hurgronje, misalnya. Ia adalah seorang orientalis yang ditugaskan oleh pemerintah Hindia Belanda yang terjun di tengah umat islam Indonesia. Snouck Hurgronje sangat fasih berbahasa Arab dan menguasai banyak ayat-ayat Al-Qur’an sampai-sampai ia tidak tampak sebagai seorang orientalis.
Hal ini dilatarbelakangi oleh keyakinan bahwa jika mereka menguasai literatur islam, maka mereka akan leluasa untuk memutarbalikkan nilai-nilai islam dari nash-nash yang sesungguhnya. Sudah seharusnya keyakinan seperti ini memberi energi yang berlipat-lipat ganda dan kuat bagi kita umat islam di Indonesia untuk begerak aktif dalam menjaga kemurnian Al-Qur`an dari serangan para orientalis.
Keempat,contoh keyakinan yang dimiliki para Qori’ dalam meraih kejuaraan MTQ. Setiap hari mereka terus berlatih tarik suara, melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan lagu-lagu yang ada beserta variasinya. Hal ini dilakukan hanya untuk melatih kemampuan melagukan Al-Qur’an dengan baik.Semua energi ini juga berasal dari keyakinan yang mereka miliki dalam meraih apa yang mereka inginkan.
Kelima, contoh para civitas kampus dalam mengkaji Al-Qur’an maupun kegiatan berdakwah. Mereka membentuk komunitas islam yang tujuannya menambah keimanan dan kedekatan berinteraksi dengan Al-Qur’an di sela-sela kesibukan mereka di kampus. Pastilah yang demikian itu berasal dari keyakinan akan pahala dan janji Allah swt. dan Rasul-Nya bagi mereka yang gemar berinteraksi dengan Al-Qur’an.
Dengan demikian, potret keyakinan tersebut dapat menjadi renungan bagi umat manusia sekarang ini, sekaligus memahami pentingnya Al-Qur’an dalam kegiatan berdakwah dan tarbiyah. Jika kita telah mampu bersabar dalam berinteraksi dengan baik kepada Al-Qur’an, maka tentunya kita akan siap menghadapi berbagai persoalan yang lebih berat dan besar di kemudian hari. Hal ini menjadi tugas terbesar kita untuk menggali dan menemukan sebanyak-banyaknya keyakinan yang akan memotivasi diri kita dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an dan dalam menghadapi kehidupan di dunia.