Pria hidung belang, Memotret altakr di ufuk petang
Hilang kendali kamera, Terselip bidadari kayangan dari matanya
Hamparan tubuh mengira mahkota raja
Andai ia jadi kekasihku
Aku rela melepas di pulau-pulau
Pulau kesunyian dan pulau gemerlapan
Jika ia di pelupukku, aku rela buatkan kota untuk tempat bernaung
Naungan masa depan dan merancang semua ratapan
Apakah potretan bersekongkol dengan rencanaku?
Padang, Januari 2022
Profesi Apa Kau Nantikan?
Setiap kehidupan penuh rasa gelisah
Penuh Harap, halusinasi, pada bayang-bayang kelam
ilalang berbiak di tengah semak belukar
Ironi tindakan tak berhenti bernalar
Pada dekap haluan ke kanan dan ke kiri
Orang berpendidikan dijamin kehidupannya
Nyatanya banyak pengangguran jadi pelampiasan
Dahulu saling tatap segala ratap pada kasih ibu
Kini menjelma jalan berbatu dan kerikil sekujur tubuh
Kau selesai entah kemana?, Menuju tempat peristirahatan atau
Tempat bersukarela dan lagi bersukacita
Kemana raga akan berlabuh dan langkah kau singgahi?
bak bibir mana akan kau kecup?
Manis atau pahitnya kecupan, ketika kau ingkari ciuman itu!
Ketika terikat dengan lumbung persembunyian
Apalah daya hannya pejuang sarjana kertas
Awal dan akhir terekplisit dengan batas
Jika keempat huruf tak saling ikat, bak duri saling tusuk
Awal mulanya budi tak luhur, seperti es batu yang melebur
Lalu, profesi mana yang engkau nantikan?
Januari 2022
Kutulis Pada Hati Yang Salah
Kukira cinta selalu bertabur kebaikan
Ketika sepasang berpaspasan di koridor
Tatap tanggalkan rona memerah di pipinya
Ketika waktu dilindu, raga selalu mengeluh
Ketika itulah lahir kesedihan serta jaringan di masa-masa buram
Bak air mendidih di atas bara api
Tanpa sadar, hatinya dahulu mekar
Sekarang telah memudar
Bak rerumputan dan bunga tak
Tumbuh bersamaan
Hati yang salah jadi kemangiku
Seperti burung pipit mencuri ketampanan
Gunda dan kecewa sama merona
Hati lekas , jejak masih membeku
Jika ingin kau menyembuhkan lukanya
Maka jadilah bagian darinya
Kekasih sedang dikebiri nelangsa
Ia ingin ditaburi bunga melati
Persoalan cinta memiliki persepsi masing-masing
Dijadikan suatu pengalaman atau jurang kehinaan
Apakah menghargai seorang perempuan?
Atau mematahkan dan mematikan rasa iba!
mati rasa pada perempuan, seperti bintang menyembunyikan
Gemintangnya, bak lautan menelan bahtera
Begitulah kutulis pada hati yang salah
Januari 22
Jika Seni Adalah Kehidupan
Tiap suara bising yang indah
ialah kesenian
Tiap kau simak dengan gemersing
ialah ketelitian
Tiap kau tulis dengan bertinta emas
ialah kesucian
Tiap kau Baca dengan letupan bibir
ialah keutuhan
Tiap kau tatap dengan inderaku
ialah kesunyian
Tiap kau memutuskan berpisah
ialah kerinduan
Tiap kau bersimfoni dengan alur berbeda ialah
Kebencian
Segala kurapalkan sebelumnya ialah bagian dari hidupku
Dan juga bagian hidupmu dara
Padang, Januari 2022
Hasrat tak tersampaikan
Saat menyusun segala daftar buku
Bersiaga pada gelombang pasang-surut
Di pertengahan jalan, menjelma rasa jemawa
Menjarah pada aral tak terduga
Nahkoda berubah arah
Arah perdamaian atau pertikaian
Ingin berputusasa dari semua kehidupan
Tapi Tuhan melarang!
Tak lagi kata-kata terucap selain
Sabar tempat mengadu dari keserakahan
Ingin kumemiliki dunia dan seisinya
Tapi Dialah Maha punya segalanya
Hasrat tak tersampaikan, tapi Sabdanya
Mengaminkan segala iman
Padang, Januari 2022
Pria hidung belang, Memotret altar di ufuk petang
Hilang kendali kamera, Terselip bidadari kayangan dari matanya
Hamparan tubuh mengira mahkota raja
Andai ia jadi kekasihku
Aku rela melepas di pulau-pulau
Pulau kesunyian dan pulau gemerlapan
Jika ia di pelupukku, aku rela buatkan kota untuk tempat bernaung
Naungan masa depan dan merancang semua ratapan
Apakah potretan bersekongkol dengan rencanaku?
Padang, Januari 2022
Profesi Apa Kau Nantikan?
Setiap kehidupan penuh rasa gelisah
Penuh Harap, halusinasi, pada bayang-bayang kelam
ilalang berbiak di tengah semak belukar
Ironi tindakan tak berhenti bernalar
Pada dekap haluan ke kanan dan ke kiri
Orang berpendidikan dijamin kehidupannya
Nyatanya banyak pengangguran jadi pelampiasan
Dahulu saling tatap segala ratap pada kasih ibu
Kini menjelma jalan berbatu dan kerikil sekujur tubuh
Kau selesai entah kemana?, Menuju tempat peristirahatan atau
Tempat bersukarela dan lagi bersukacita
Kemana raga akan berlabuh dan langkah kau singgahi?
bak bibir mana akan kau kecup?
Manis atau pahitnya kecupan, ketika kau ingkari ciuman itu!
Ketika terikat dengan lumbung persembunyian
Apalah daya hannya pejuang sarjana kertas
Awal dan akhir terekplisit dengan batas
Jika keempat huruf tak saling ikat, bak duri saling tusuk
Awal mulanya budi tak luhur, seperti es batu yang melebur
Lalu, profesi mana yang engkau nantikan?
Januari 2022
Kutulis Pada Hati Yang Salah
Kukira cinta selalu bertabur kebaikan
Ketika sepasang berpaspasan di koridor
Tatap tanggalkan rona memerah di pipinya
Ketika waktu dilindu, raga selalu mengeluh
Ketika itulah lahir kesedihan serta jaringan di masa-masa buram
Bak air mendidih di atas bara api
Tanpa sadar, hatinya dahulu mekar
Sekarang telah memudar
Bak rerumputan dan bunga tak
Tumbuh bersamaan
Hati yang salah jadi kemangiku
Seperti burung pipit mencuri ketampanan
Gunda dan kecewa sama merona
Hati lekas , jejak masih membeku
Jika ingin kau menyembuhkan lukanya
Maka jadilah bagian darinya
Kekasih sedang dikebiri nelangsa
Ia ingin ditaburi bunga melati
Persoalan cinta memiliki persepsi masing-masing
Dijadikan suatu pengalaman atau jurang kehinaan
Apakah menghargai seorang perempuan?
Atau mematahkan dan mematikan rasa iba!
mati rasa pada perempuan, seperti bintang menyembunyikan
Gemintangnya, bak lautan menelan bahtera
Begitulah kutulis pada hati yang salah
Januari 22
Jika Seni Adalah Kehidupan
Tiap suara bising yang indah
ialah kesenian
Tiap kau simak dengan gemersing
ialah ketelitian
Tiap kau tulis dengan bertinta emas
ialah kesucian
Tiap kau Baca dengan letupan bibir
ialah keutuhan
Tiap kau tatap dengan inderaku
ialah kesunyian
Tiap kau memutuskan berpisah
ialah kerinduan
Tiap kau bersimfoni dengan alur berbeda ialah
Kebencian
Segala kurapalkan sebelumnya ialah bagian dari hidupku
Dan juga bagian hidupmu dara
Padang, Januari 2022
Hasrat tak tersampaikan
Saat menyusun segala daftar buku
Bersiaga pada gelombang pasang-surut
Di pertengahan jalan, menjelma rasa jemawa
Menjarah pada aral tak terduga
Nahkoda berubah arah
Arah perdamaian atau pertikaian
Ingin berputusasa dari semua kehidupan
Tapi Tuhan melarang!
Tak lagi kata-kata terucap selain
Sabar tempat mengadu dari keserakahan
Ingin kumemiliki dunia dan seisinya
Tapi Dialah Maha punya segalanya
Hasrat tak tersampaikan, tapi Sabdanya
Mengaminkan segala iman
Padang, Januari 2022