Samudra Arktik, yang berada di Belahan Bumi Utara, merupakan samudra terkecil dan terdangkal dari lima samudra di dunia.

Arktik adalah wilayah yang berbatasan langsung dengan Samudra Arktik yang dibagi oleh Rusia, Amerika Serikat, Kanada, Denmark, Islandia, dan Norwegia. Namun, Swedia dan Finlandia adalah negara Arktik yang terkurung daratan (tidak memiliki akses laut).

Sumber daya yang dibutuhkan industri saat ini untuk menopang ekonomi nasional adalah sumber-sumber daya yang berada di Arktik pada saat ini, yaitu mineral, gas, dan minyak.

Potensi sumber daya Arktik menjadikannya area yang dipersengketakan oleh negara-negara yang memiliki kepentingan.

Konflik telah ada di kawasan Arktik sejak lama. Dilaporkan bahwa Belanda dan Inggris mulai menangkap ikan di Kutub Utara pada awal abad ke-17 karena meningkatnya permintaan minyak ikan paus atau lemak ikan paus di pasar Eropa.

Kemudian Rusia terus mengeksploitasi anjing laut sebagai sumber gading mereka dari akhir abad ke-18 hingga awal abad ke-19.

Anjing laut telah menghilang dari perairan di sekitar kepulauan Spitsbergen di Kutub Utara karena eksploitasi sumber daya alam ini secara berlebihan.

Di Kepulauan Spitsbergen, Norwegia mengusulkan sistem pengadaan legal berdasarkan status terra nullius. Tiga negara - Rusia, Norwegia, dan Swedia - berpartisipasi dalam konferensi tempat diskusi tambahan berlangsung.

Pada tahun 1919, ketika Komisi Spitsbergen didirikan, proposal diteruskan ke komite internasional.

Perjanjian Svalbard, ditandatangani di Paris pada tahun 1920, menetapkan hak terra nullius untuk negara lain dengan memberikan akses ke laut teritorial Svalbard, yang kemudian diperpanjang hingga empat mil dari pantai, serta melakukan kegiatan ekonomi, seperti memancing, berburu, dan menambang.

Kemudian sebuah perjanjian internasional tentang hukum laut dibuat, yaitu UNCLOS (United Nation Convention on the Law of the Sea). Zona eksklusif 200 mil dari pantai ditetapkan dengan meningkatkan batas laut dari 12 mil menjadi 200 mil dalam perjanjian UNCLOS.

Rusia adalah negara kuat yang dapat tumbuh secara ekonomi dengan mengekspor energi sebagai landasan kebijakan luar negerinya berkat kemampuannya memanfaatkan sumber daya energinya.

Menurut Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Rusia, sumber daya Arktik milik Rusia setara dengan 80 miliar ton minyak, dan 80% di antaranya terletak di Laut Barents dan Laut Kara.

Secara khusus, Semenanjung Kola telah menjadi bagian penting dari strategi pertahanan Rusia sejak 1950-an, karena merupakan rumah bagi industri penting dan infrastruktur yang diperlukan untuk pencegahan nuklir milik Rusia.

Klaim Rusia yang pertama kali  terhadap wilayah Arktik adalah pada tahun 2001 dan untuk membuktikannya pada saat itu, Rusia menerbitkan dokumen Doktrin Maritim Federasi Rusia 2020 (Maritime Doctrine of Russian Federation 2020).

Menurut prinsip-prinsip dokumen ini, Rusia juga memfokuskan upayanya pada pembangunan dan pengembangan infrastruktur armada Rusia, yang dapat memberikan dampak militer, ilmiah, dan ekonomi pada negara.

Strategi Keamanan Nasional Federasi Rusia hingga 2020 kemudian diterbitkan oleh Rusia pada 2009.

Kebijakan tersebut bertujuan untuk:

  1. Memastikan keamanan nasional Rusia, baik melalui pertahanan nasional,
  2. Keamanan negara dan publik,
  3. Peningkatan taraf hidup warga negara Rusia,
  4. Pertumbuhan ekonomi Rusia,
  5. Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan pendidikan,
  6. Serta peningkatan kesehatan, budaya, dan ekologi sistem kehidupan dan pengelolaan lingkungan.

NSS menekankan bahwa sumber energi adalah alat yang ampuh dan aset strategis untuk keamanan.

Hanya perusahaan milik negara, seperti Gazprom dan Rosneft di sektor gas dan minyak, yang diizinkan mengakses ladang lepas pantai.

Tentunya kegiatan tersebut sangat berbahaya jika dilakukan di daerah dengan kondisi cuaca yang ekstrim, seperti Kutub Utara atau Arktik.

Lingkungan Samudra Arktik sangat terpengaruh oleh perubahan iklim yang terjadi selama beberapa dekade terakhir. Es di Samudra Arktik mencair akibat peningkatan energi panas bumi, terutama di kawasan ini.

Selain itu, Rusia juga mendapat teguran serta negosiasi dari pihak NGO Bernama Greenpeace. Kepentingan yang tidak terpisahkan dari masing-masing pihak membuat negosiasi antara perusahaan minyak Rusia dan Greenpeace sulit untuk tercapai.

Masalah kerusakan wilayah sekitar Arktik belum ditangani secara sistematis oleh pemerintah Rusia, dan Rusia tidak mengambil sikap tegas terhadap pengeboran minyak dan gas di wilayah tersebut.

Namun, salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh negara Rusia dari kawasan Samudra Arktik adalah di bidang ekonomi. Rusia ingin memanfaatkan lokasi strategis Samudra Arktik untuk perdagangan ekonomi dan mempromosikan Rute Laut Selatan (NSR).

Karena Rusia adalah salah satu negara yang mengekspor sumber daya energi ke seluruh dunia, jelas bahwa Rusia dapat memperoleh keuntungan dari melimpahnya sumber daya yang ditemukan di Samudra Arktik.

Komponen keamanan juga penting karena Rusia waspada terhadap serangan eksternal karena lokasi strategis Samudra Arktik, sehingga pangkalan militer dibangun kembali untuk melindungi dari ancaman ini.

Dengan demikian, kepentingan ekonomi dan keamanan Rusia di kawasan Samudra Arktik dapat dilihat melalui keputusan kebijakan luar negerinya.