Indonesia terletak pada posisi silang antara benua Asia dan Australia, serta diapit oleh dua samudra yakni hindia dan pasifik. Sehingga dengan posisi yang strategis seperti itu Indonesia menjadi inti jalur perdagangan lalu lintas dunia yang disebut jalur sutra laut dan menjadi jalur transportasi untuk negara-negara lain.
Karena 90% perdagangan dunia diangkut melalui jalur laut, menurut menteri perhubungan sebanyak 40% perdagangan tersebut melewati Indonesia. Ini adalah kesempatan Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia
Keuntungan lainnya dari wilayah strategis Indonesia adalah jalur maritimnya dilewati proyek OBOR milik China. One Belt One Road (OBOR) adalah proyek yang digagas oleh presiden China, Xi Jinping pada 2013 dengan tujuan untuk membangun kembali jalur sutra modern yang dapat meningkatkan serta memperbaiki jalur perdagangan. China sendiri sudah menyiapkan dana sebesar US$ 4,4 triliun (Rp. 62,7 ribu triliun) untuk mewujudkan proyek tersebut.
Sebagai negara yang memiliki politik luar negeri yang bersifat bebas aktif Indonesia mempunyai kesempatan untuk bekerja sama dengan berbagai negara di dunia. Pada tahun 2016, Indonesia resmi setuju untuk melakukan kerjasama dengan China terkait proyek besar tersebut.
Pemerintah Indonesia mendukung inisiatif Tiongkok dengan program OBOR ini dengan harapan bisa memanfaatkan OBOR secara optimal. Untuk Indonesia sendiri yang memiliki posisi strategis maka Tiongkok juga tertarik untuk merangkul Indonesia dalam program OBOR ini.
Keterkaitan antara kebijakan pemerintah yang mendukung OBOR ini dengan kebijakan Tiongkok yaitu keduanya memiliki keinginan yang sama yaitu untuk mempermudah pembangunan infrastruktur serta efisiensi perdagangan global.
Dengan memperhitungkan banyaknya faktor yang dapat menguntungkan investor dengan posisi Indonesia di proyek OBOR ini.
Terdapat juga beberapa faktor yang harus dipikirkan kembali oleh para investor untuk menanamkan investasinya di Indonesia pada proyek OBOR ini. Indonesia yang masih terhitung sebagai negara berkembang dinilai masih memiliki hal-hal yang kurang dalam proyek OBOR.
Kurangnya fasilitas yang tersedia pada pelabuhan di Indonesia menjadi kendala pertama. Dimana ketersediaan fasilitas yang memadai pada pelabuhan di Indonesia masih jauh kurang dibandingkan dengan negara Thailand, Malaysia, dan Singapura.
Faktor efisiensi tentu saja menjadi pertimbangan juga oleh investor di mana para investor tidak mau ribet dalam menanamkan modalnya di Indonesia pada proyek OBOR ini.
Efisiensi sendiri termasuk pertimbangan penggunaan waktu yang secepat mungkin dengan pengeluaran dana yang seminimal mungkin untuk mencapai hasil yang semaksimal mungkin.
Akan tetapi hal itu menjadi kendala di Indonesia karena sistem birokrasi untuk investasi yang rumit menjadi halangan karena menghabiskan banyak waktu dan biaya investor.
Kendala yang terakhir yaitu kualitas sumber daya manusia di Indonesia yang dinilai masih rendah. Sumber daya manusia di Indonesia sendiri kebanyakan masih banyak yang kurang terdidik dan tidak dapat mendapatkan pendidikan yang layak. Sehingga SDM yang memiliki kemampuan ahli sangat sedikit.
OBOR mempunyai inisiatif yang di dasari dengan dasar historis, empiris, dan praktis. Istilah dari OBOR sendiri merupakan “One Belt One Road”.
Istilah Belt mengacu dengan serangkaian jalan darat, jalur pipa, kereta api dan infrastruktur yang lainnya dengan menghubungkan Asia Tengah, Asia Timur hingga Eropa.
Sedangkan dengan istilah road mengacu dengan penghubungan melalui pelabuhan dan jalur perdagangan maritim lainnya melalui laut Tiongkok Selatan, Samudra Hindia ke Timur Tengah hingga ke Eropa. berdasarkan sejarah sendiri jalur sutra merupakan jalur perdagangan yang telah ada sejak ribuan tahun.
Tiongkok ingin berinisiatif kembali untuk mengembalikan kehidupan jalur tersebut agar dapat dilalui seperti sedia kala. Secara dasar Empiris, nilai “ Perdamaian, kerja sama, keterbukaan, status inklusif, dan saling menguntungkan” , sudah tertanam di masyarakat pedalaman jalur sutra.
Secara dasar Praktis, negara yang berada di sepanjang jalur ini memiliki kondisi internasional dan domestik yang rumit yang akan memberi dampak pada perekonomian dunia.
Maka dari itu, Tiongkok berinisiatif membangun membangun kembali jalur sutra dengan memiliki tujuan agar negara negara yang melintasi jalur sutra dapat bekerja sama dan saling menguntungkan untuk menghadapi tantangan ekonomi, sosial, dan politik internasional.
OBOR sendiri memiliki tujuan utama yang mempunyai ‘empat konsep inti’ yaitu Perdamaian, kerja sama, pengembangan dan yang paling penting saling menguntungkan.
Tiongkok sendiri memiliki strategi pembangunan yang bertujuan untuk mempromosikan kerja sama ekonomi antar negara sepanjang jalur OBOR guna meningkatkan arus bebas ekonomi, mengalokasikan sumber daya secara efisien, memajukan integrasi pasar, serta menciptakan kerangka kerja sama ekonomi regional yang dapat bermanfaat bagi perekonomian dunia.
Sebagai proyek yang sangat besar, pembiayaan OBOR mempunyai nilai yang sangat besar dan memiliki pengaruh yang signifikan pada perekonomian China.
Maka dari itu, Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dibentuk untuk membiayai proyek yang sedang di bangun di wilayah Asia. Tiongkok memiliki kepentingan tersendiri di dalam OBOR ini dengan cara meningkatkan perekonomian negara.
Indonesia yang diapit oleh dua benua yakni Asia dan Australia, serta diapit oleh dua Samudra yakni Hindia dan Pasifik membuat Indonesia memiliki lokasi yang strategis karena Indonesia menjadi salah satu inti jalur perdagangan lintas dunia. Menurut menteri 40% perdagangan yang dilakukan melalui laut tersebut melewati daerah Indonesia.
Hal ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk menjadi poros maritim dunia. Keuntungan lain dari hal ini adalah Indonesia memiliki jalur maritim yang nantinya akan dilewati oleh proyek OBOR (One Belt One Road) milik China yang digagas dengan tujuan membangun kembali jalur sutra modern dan meningkatkan serta memperbaiki jalur perdagangan.
Pemerintah Indonesia menyambut baik inisiatif ini dengan harapan dapat ikut memanfaatkan OBOR secara optimal. Sebagai negara yang memiliki politik luar negeri yang bersifat bebas aktif Indonesia mempunyai kesempatan untuk bekerja sama dengan berbagai negara di dunia dan pada 2016 lalu Indonesia resmi setuju untuk bekerjasama dengan China dalam proyek besar tersebut.
Salah satu dari kebijakan yang ada dalam OBOR ini adalah pembangunan maritim, oleh karena itu banyak dana akan diinvestasikan ke arah pembangunan maritim. Tiongkok berharap untuk dapat menanamkan investasi yang lebih ke Indonesia.
Dengan posisi strategis ini, banyak investor asing yang akan terdorong untuk menanamkan investasi ke Indonesia. Namun masih banyak yang harus dipikirkan kembali oleh para investor sebelum menanamkan modal ke Indonesia karena masih dianggap sebagai negara berkembang.
Efisiensi penanaman modal Indonesia juga menjadi salah satu pertimbangan dalam menanamkan modal di Indonesia karena akan berdampak pada waktu dan biaya.
Sumber daya manusia juga menjadi kendala dalam penanaman modal di Indonesia yang karena SDM Indonesia dianggap masih kurang ahli (belum siap)untuk menerima dampak dari program sebesar ini.
Tiongkok sendiri memiliki tujuan untuk melakukan pembangunan bagi negara negara dalam jalur OBOR untuk mempromosikan berbagai bentuk kerja sama antar negara untuk meningkatkan perekonomian Asia termasuk Indonesia yang dianggap memiliki posisi yang strategis.