Indonesia merupakan negara dengan sistem pemerintahan republik konstitusional yang berpedoman erat terhadap undang-undang dasar 1945 dan pancasila. Dalam pemerintahan tersebut terdapat seorang presiden sebagai pemimpin negara yang dipilih melalui sistem demokrasi yang dilakukan oleh rakyat, untuk rakyat, dan dari rakyat, segala aspek terpilihnya seorang kepala negara berada di tangan rakyat dan indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak partai politik dan memiliki sifat keterbukaan dan transparan dalam mewujudkan aspirasi rakyat.

Tidak cukup sampai disitu, perlu diketahui bahwa indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar nomer 4 di dunia, dengan jumlah penduduk 253.609.643 jiwa yang diambil dari salah satu survei data departemen perdagangan AS, melalui biro sensusnya yang diterbitkan oleh majalah finace.detik.com pada tahun 2014. 

Hal ini perlu di soroti oleh pemerintah saat ini sebagai salah satu PR yang sangat utama untuk diperbaiki baik dari sistem SDM maupun SDA yang sama-sama seimbang untuk mencapai bonus demografi di tahun 2020.

Selain hal itu yang paling menarik di Indonesia adalah terdapat sebuah musim yang unik, musim yang dimana tidak semua negara merasakannya. Ya, musim blusukan, mungkin kalimat ini hanya dimiliki oleh negara indonesia, kalimat ini awal mulanya datang dari bapak presiden joko widodo. Namun tidak sampai disitu, ternyata BLUSUKAN ini menjadi daya tertarik tersendiri bagi calon-calon pemimpin negeri ini. 

Musim blusukan ini adalah musim dimana mereka yang memiliki mandat  dari partai politik untuk memperjuangkan kehidupan birokrasi agar lebih baik. Bermain dengan pasar, jalan dan lapangan seakan memberikan perhatian dadakan layaknya kalimat pencitraan, entah benar atau tidak itu memang nyata di Indonesia. Bagaimana perspektif kaum muda terhadap hal tersebut? Apa pendapat mereka? Apa solusi yang efektif selain politikus blusukan?

Saat ini adalah bulan dimana partai politik berlomba-lomba mencari sosok yang tepat untuk daerah mereka, partai politik memilih koalisi yang tangguh dan mampu menjadi juara dalam perebutan kursi satu di setiap daerah masing-masing. Hal ini merupakan sorotan tajam bagi kaum muda, kaum terpelajar, kaum cendekiawan untuk saling memberikan argumen yang menarik dan berisik terutama di sosial media.

Banyak artikel yang menyajikan berita-berita transparan sebagai peluang berkumpulnya kaum muda. Dari sini kita perlu ketahui bahwa pemuda Indonesia banyak yang "melek" politik dan tak sedikit dari mereka yang memilki politik ekstrim dan kontroversional. Berita soal SARA, HAM atau provokator seakan dilawan tanpa ada penyesalan.

Hal ini juga salah satu sorotan perkembangan zaman, pemuda kritis tanpa aturan. Tapi masih banyak di luar sana pemuda yang benar-benar kritis menilai kebijakan pemerintah dan partai politik dengan pandangan yang benar-benar difikirkan dengan matang.

Banyak kaum muda yang sudah tidak percaya akan politik bersih, politik jujur, politik adil dan politik cinta damai, para pemuda juga sudah mengabaikan banyaknya partai politik yang mengumbar janji tanpa bukti, bahkan rata-rata kaum muda terutama kalangan mahasiswa memilih untuk menjadi oposisi hebat dan golongan putih dari berbagai partai politik. 

Hal ini menjadikan keprihatinan tersendiri bagi masyarakat indonesia,saatnya indonesia membutuhkan partai politik yang benar-benar dapat dipercaya, bukan hanya perhatian dadakan saat terpilih pada menghilang seakan lupa akan keadaan dan pendapat akan keprihatinan.

Saat ini bukan jamannya Koar-koar akan meningkatnya harga BBM, jalan rusak, subsidi kurang dan menyalahkan pemerintah seakan sang calon paling benar. Mengumbar janji dengan keliling kampung sana-sini. Walaupun istilah BLUSUKAN sangat efektif bagi kampanye di indonesia, tapi lambat laun krisis kepercayaan mungkin terjadi, karena kecerobohan calon-calon kursi satu dari partai politik yang mengumbar janji tanpa terealisasi.

Blusukan memang sudah hal yang umum ketika politikus ingin mendapatkan hati rakyat, tetapi jangan hanya blusak-blusuk tanpa strategi. Jangan hanya plagiat ikutan manajemen kampanye sana-sini. Tetapi memberikan gagasan baru dapat meningkatkan kepercayaan bagi kaum muda khususnya dan seluruh rakyat indonesia umumnya.

Tentunya politik tanpa kaum muda bagaikan lautan tanpa garam (hambar). Dan krisis kepercayaan kaum muda terhadap partai politik saat ini tentunya harus dimanfaatkan oleh partai politik baru yang memang masih perlu disosialisasikan, calon-calon kader dan pengalaman yang memang harus dijangkau untuk mengejar partai kawakan yang sudah menjadi ibu tua di politik negeri ini perlu diutamakan.

Salah satu ide yang dapat dikembangkan bagi Partai politik baru untuk mendapatkan nilai positif dari kaum muda adalah dengan memberikan keleluasaan tanpa ikatan dan otoriter dari partai politik tersebut untuk mengembangakan ide atau gagasan kretif dari kaum muda itu tersendiri untuk mencapai sebuah cita-cita dan tujuan yang sama. Merangkul anak muda untuk masuk ke dalam lingkup politik adalah salah satu ide berlian bagi partai politik baru.

Apalagi pada tahun 2020 nanti sudah dibukanya bonus demograsi, dimana indonesia mengalami masa emas dan memilki usia penduduk produktif diantara 15 sampai 65 tahun, dimana presentase populasi kaum muda lebih banyak dari pada usia senja. Hal ini cukup menarik bukan, ketika partai politik dapat merangkul pemuda-pemudi berbakat dengan kreatifitas dan gagasan politik yang hebat, yang mampu merubah politik lama menjadi lebih berwarna.

Partai politik baru juga perlu tahu dan mempelajari gaya blusukan politikus muda pastinya lebih intelektual dan lebih asyik, karena apa? Kebanyakan politikus muda akan mengincar komunitas-komunitas besar anak muda yang menjadi salah satu blusukan terbaik, dengan membawa anak muda menjadi politikus-politikus muda adalah salah satu inovasi yang belum hadir di indonesia.

Blusukan adalah salah satu menejemen kampanye yang sangat ampuh saat ini, tetapi tidak memungkinkan kreatifitas politikus muda bersama anak muda lainnya memiliki manajemen blusukan yang lebih ringan tanpa menambah embel-embel janji kosong.

Tetapi harus diingat, bahwa anak muda tanpa kaum tua bukanlah apa-apa, tetap menjadikan kaum tua sebagai inspirasi anak-anak muda untuk mewujudkan politikus muda BLUSUKAN yang tidak hanya sekadar blusukan, tatapi benar-benar memilki ide kreatif dan fleksibel serta mencerminkan jiwa leadership yang benar-benar bermutu.

Ingat kaum muda bukanlah bahan uji coba untuk melihat kualitas politik di negeri ini, tetapi anak muda adalah salah satu generasi penerus bangsa yang benar-benar dibutuhkan terutama dalam memajukan bangsa di bidang politik dengan SDM yang berkualitas. #lombaesaipolitik