Indonesia pada tahun 2045 genap memasuki usia kemerdekaan yang ke-100 tahun, usia tersebut dipandang banyak pihak sebagai usia emas dan terbilang matang untuk kemajuan suatu negara. 

Pemerintah mencanangkan pada tahun 2045 sebagai tahun “Indonesia Emas” diharapkan mencapai kesejahteraan, keunggulan dan kemajuan dalam berbagai bidang, guna mencapai tujuan tersebut harus mempersiapkan berbagai hal.

Menurut pola perubahan transformatif berskala besar dan tahan lama yang memiliki dampak mendasar pada planet dan penghuninya atau biasa disebut megatrend dunia pada tahun 2045 yakni demografi dunia, urbanisasi global, perdagangan internasional, keuangan global, kelas pendapatan menengah, persaingan sumber daya alam, perubahan iklim, kemajuan teknologi, perubahan geopolitik, dan perubahan geoekonomi.

Target mewujudkan “Indonesia Emas” pada tahun 2045 didukung oleh keuntungan demografi, yakni mulai tahun 2020 sampai dengan tahun 2030, Indonesia memasuki era “Bonus Demografi” dimana pada era tersebut rata–rata penduduk usia produktif (15 – 64 tahun) lebih banyak daripada usia non produktif (0 – 15 tahun, lebih dari 64 tahun).

“Jangan sekali-kali melupakan sejarah” sebuah kalimat dari presiden Soekarno yang seharusnya patut kita lalukan saat ini, dimana pertanian merupakan salah satu kebudayaan bangsa, pertanian di Indonesia mengalami perkembangan sesuai dengan pengetahuan masyarakat, yang diawali dengan bercocok tanam secara berpindah-pindah sampai dengan saat ini pertanian berkelanjutan yang berbasis teknologi.

Lalu apakah ada perbedaan pada pertanian lama dan pertanian baru?

Yap, pasti ada perbedaan pada sektor pertanian lama dan pertanian baru. Di Indonesia sektor pertanian mengalami kemajuan, di kalangan orang tua kita dahulu mungkin mengenal salah satu program pemerintah yakni revolusi hijau yang berlangsung pada tahun 1970 – 1980. Walaupun setelah program tersebut berjalan membawa dampak positif dan meninggalkan beberapa dampak negative pada sektor pertanian.

Oke berikut beberapa perbedaan pada pertanian lama dan pertanian baru :

  1. Penanaman

Pertanian lama penanaman pada lahan yang luas masih menggunakan tenaga manusia sedangkan pertanian baru sudah menggunakan mesin yang bisa diprogram

  1. Cara membajak

Pada pertanian lama cara membajak sawah / lahan pertanian yang luas masih menggunakan hewan seperti kerbau & sapi, pada pertanian baru membajak sudah menggunakan mesin / traktor

  1. Perawatan

Pertanian lama biasanya dalam perawatan masih bergantung pada alam tetapi pada pertanian baru perawatan sudah menggunakan teknologi dimana hal tersebut bisa direkayasa sesuai dengan keadaan

Itulah beberapa perbedaan mendasar pada pertanian lama dan pertanian baru,

Sebagai pemuda yang memasuki usia produktif, kita sudah bisa memilah dan memilih apa yang akan kita lakukan untuk masa depan, baik untuk diri sendiri maupun untuk bangsa dan negara, salah satu jalan yang bisa diambil oleh anak muda untuk masa depannya yaitu menjadi seorang petani.

Mengapa menjadi petani? Dan kenapa harus pemuda?

Yap pasti akan muncul pertanyaan seperti itu, lalu jawaban apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan tersebut.

Dikalangan pemuda menjadi petani mungkin bukan cita-cita yang diinginkan karena petani sering dipandang sebelah mata, dan mungkin salah satu faktor nya adalah belum adanya role model dalam dunia pertanian.

Menurut data dan jurnal yang ada Indonesia adalah negara agraris dimana jumlah lahan pertanian lebih dari 7 juta hektar, dengan hal tersebut dapat kita kolaborasikan dengan pertanian sekarang yang bisa sukses dengan luas lahan terbatas.

Muncul yang namanya pertanian dengan sistem hidroponik dimana sistem tersebut bisa diaplikasikan pada lahan terbatas bahkan pada pekarangan rumah, karena itu pertanian dahulu dan sekarang sudah banyak perbedaan dan terdapat kemajuan. 

Mungkin yang dulunya pertanian dianggap pekerjaan yang harus turun kelahan di bawah terik matahari, kotor-kotoran dan lain sebagainya, karena kemajuan teknologi dalam pertanian sekarang bertani bisa dilakukan tanpa hal tersebut.

Sehingga perkataan yang mungkin sering kita dengar bahwa dipertanian ada dua perbandingan yakni “tangan panas” yang dianggap ketika tanaman tidak tumbuh atau mati dan sebaliknya “tangan dingin” yang tanamannya tumbuh dan hidup, kini perkataan tersebut mulai hilang karena adanya kemajuan dalam bidang pertanian.

Lalu mengapa harus pemuda?

Karena pemuda memiliki beberapa hal positif yang bisa membantu sektor pertanian menjadi maju, yaitu :

  1. Memiliki mimpi yang besar
  2. Semangat yang tinggi
  3. Dapat berpikir kreatif dan inovatif
  4. Kolaboratif
  5. Melek teknologi


Mengingat perkataan seorang tokoh pergerakan di mesir Hasan Al Banna “Di setiap kebangkitan pemudalah pilarnya, di setiap pemikiran pemudalah pengibar panji-panjinya” kenapa pemuda? Karena pemuda merupakan salah satu potensi yang dapat meneruskan cita-cita bangsa bisa diartikan bahwa siapa yang menguasai pemuda akan menguasai masa depan, hal ini membuktikan bahwa pemuda mempunyai peran yang sangat besar.

Lalu peran apa saja yang bisa dilakukan pemuda dalam bidang pertanian?

  1. Mengambil peran dalam proses pembuatan kebijakan sektor pertanian
  2. Melakukan pencerdasan, pendampingan, dan upaya pemberdayaan petani
  3. Menjadi SDM pembangunan pertanian


Dengan beberapa peran tersebut diharapkan para pemuda bisa mewujudkan pertanian yang baik dan maju serta membantu mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia sebagai negara maju di masa depan.

Dan yang terakhir bercita-citalah menjadi petani

Karena PETANI adalah Penyangga Tatanan Negara Indonesia.