Nama Joko Widodo atau akrab disebut Jokowi, sudah tidak asing lagi di telinga warga Indonesia. Bahkan, nama itu sudah populer hingga kancah internasional.

Ketenaran presiden kita, Jokowi, bukanlah tanpa alasan. Selama beliau menjabat sebagai presiden di Indonesia, sudah banyak hal yang beliau lakukan, bahkan kerap kali keluar negeri demi berkooperasi dengan berbagai pihak untuk memajukan Indonesia.

Segala usaha yang telah Jokowi lancarkan, tidak ada yang sia-sia. Semua membuahkan hasil yang baik dan pastinya membuat Indonesia semakin dikenal dunia.

Beliau berhasil membangun banyak infrastruktur di Indonesia, bahkan di wilayah-wilayah terpencil yang belum pernah terjamah oleh pemerintah sebelumnya pun tak luput dari perhatian Jokowi.

Sejak awal, sebelum Jokowi menjadi presiden Indonesia, beliau dikenal sebagai seorang gubernur yang gemar “blusukan”. Kebiasaan tersebut tetap beliau terapkan ketika menjabat sebagai seorang presiden.

Ciri khasnya yang lemah lembut, penyabar dan gemar “blusukan”, membuat banyak masyarakat Indonesia bersimpati dan sangat mencintai beliau sebagai seorang pemimpin. Sebagian besar masyarakat merasa bangga dan terhormat menjadi rakyat dari seorang pemimpin yang bijaksana seperti Jokowi.

Atas segala prestasi dan keunggulan yang beliau tonjolkan, masih ada saja pihak-pihak yang berusaha menjatuhkan dan bahkan menghujat Jokowi dengan ujaran-ujaran yang menyayat hati. Namun hal itu bukan menjadi penghambat bagi Jokowi untuk terus maju.

Semangat dan kegigihan yang Jokowi punya sungguh luar biasa. Segala cerca dan hinaan yang ditujukan bagi dirinya, ia balas dengan prestasi yang membanggakan. Padahal dirinya bisa saja membalas semua cercaan dan hinaan itu dengan kemarahan, tetapi itu bukanlah pribadi Jokowi yang sesungguhnya. Jokowi lebih suka kerja, kerja dan kerja sebagai bukti nyata upaya membangun negeri.

Nietzsche dan Konsep Manusia Unggul 

Sebagai seorang manusia biasa, di dalam dirinya pasti tertanam kehendak dan kehendak itu akan mempengaruhi pemikirannya. Artinya, manusia berusaha menyembunyikan keinginannya di bawah rasio. Padahal, kekuatan kehendak, kekuasaan, dan daya tahan nafsu merupakan hal terbaik pada manusia dalam menjalani hidup.

Kehendak dalam diri setiap manusia tidaklah sama. Manusia memiliki pemikiran dan tujuannya masing-masing. Dengan begitu, manusia memiliki cara-cara yang unik untuk meng-ada dalam dunianya. Salah satu filsuf yang berbicara mengenai perjuangan manusia untuk bereksistensi dalam dunia dengan mengedepankan keunggulan adalah Friedrich Nietzsche.

Friedrich Nietzsche berpandangan bahwa manusia yang mampu memegang kendali penuh atas hidupnya adalah manusia yang unggul. Tujuan utama Nietzsche menggalakkan moralitas manusia unggul adalah untuk mengembangkan manusia menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih cerdas dan lebih berani.

Manusia unggul tidak akan pernah gentar dalam menghadapi berbagai dorongan hidupnya. Dalam pemikirannya, Nietzsche sebenarnya ingin mengarahkan manusia pada kesempurnaan hidup dalam segala bentuk kelakuannya sebagai tanda keunggulan manusia, karena manusia unggul adalah organisme yang tidak terkalahkan.

Dalam diri manusia unggul dibutuhkan kebebasan dan keinginan untuk berkuasa. Dengan demikian, motivasi dan kehendak manusia unggul akan terus bertambah dan keinginan untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi akan terus bertambah pula.

Nietzsche menyadari bahwa manusia sering menginginkan sesuatu yang melebihi kemampuannya yang diakibatkan oleh kesulitan manusia itu sendiri untuk menyadari kekuatan dirinya. Namun, Nietzsche juga menambahkan bahwa ciri manusia unggul adalah dapat mengendalikan diri, terutama mengendalikan kehendaknya.

Dengan demikian, manusia mampu memegang kendali atas hidupnya dan juga dapat bertanggung jawab atas segala tindakan dan pilihannya.

Manusia yang unggul akan hidup dengan terus bergerak tanpa batas menuju kesempurnaan. Selain itu, manusia unggul akan selalu aktif dan kreatif, serta tidak akan terpengaruh dengan lingkungan di sekitarnya. Manusia unggul harus meninggalkan apa yang menjadi kepercayaan orang kebanyakan, karena dengan begitu manusia unggul akan memiliki nilai beda dalam dirinya yang menjadi potensi untuk terus berkembang.

Jokowi dan Upaya Memajukan Bangsa sebagai Perwujudan Manusia Unggul

Lantas, moralitas manusia unggul memberikan daya bagi manusia untuk terus berkembang menjadi lebih baik. Kehendak untuk menjadi lebih baik berperan penting bagi kehidupan manusia. Kita diperlihatkan pada bagaimana kehendak untuk berkembang terwujud dalam bentuk ingin menjadi “unggul” pada pribadi presiden kita, Jokowi.

Jokowi merupakan bukti nyata manusia unggul yang menghantarkan kelompok berskala besar pada kehidupan yang menjadi lebih baik.

Selama beliau menjabat menjadi seorang presiden di Indonesia, sudah banyak sekali perubahan yang dapat kita rasakan.

Perubahan yang beliau ciptakan menghantarkan Indonesia menuju gerbang kesejahteraan. Berkat beliau, masyarakat Indonesia dapat merasakan bantuan pemerintah dengan nyata dan bukan sekedar janji manis saja. Bahkan masyarakat pada wilayah terpencil pun dapat mencicipi kenikmatan setara wilayah perkotaan.

Dengan segala upaya yang Jokowi lakukan, tidak membuatnya benar-benar diterima rakyat. Masih banyak juga masyarakat yang menolak dan mencaci maki Jokowi karena menganggap apa yang sudah dilakukan Jokowi tidak berguna dan sia-sia. Alih-alih membalas cercaan dengan kemarahan, Jokowi menjadi semakin fokus dengan tugasnya dan tidak terpengaruh oleh rakyat yang membencinya.

Menurut Nietzsche, jika seseorang berhadapan dengan konflik, maka manusia akan tertantang dan segala kemampuan yang dimilikinya akan keluar dengan sendirinya secara maksimal.

Jokowi berhasil mengangkat dirinya dari kehanyutan dalam massa dengan tetap memiliki jati diri yang khas, yang sesuai dengan dirinya dan tidak mengikuti orang lain. Dengan berani Jokowi menghadapi tantangan yang ada di depan mereka dengan kekuatan sendiri.

Sikap yang Jokowi tunjukkan memiliki kesesuaian dengan ciri-ciri pribadi manusia unggul menurut Nietzsche. Manusia unggul tidak semata-mata bisa meningkatkan kualitas pribadinya, tetapi juga bisa membantu kelompoknya untuk berkembang dan menjadi unggul.

Jokowi Jelmaan Manusia Unggul a la Nietzsche

Kendati dibenci oleh sebagian besar rakyatnya sendiri, Jokowi tetap bisa berdiri tegak dan membuktikan bahwa dirinya mampu membawa Indonesia menuju kesejahteraan dan keunggulan. Segala cercaan dan hinaan yang Jokowi dapat, beliau jawab dengan prestasi dan pencapaian yang berarti.

Jokowi adalah jelmaan manusia unggul menurut Nietzsche, yang dapat dilihat melalui kepribadiannya yang berani, cerdas dan bangga terhadap dirinya sendiri.

Jokowi sebagai manusia unggul sudah memiliki keberanian yang cukup. Keberanian ini diperlukan karena manusia unggul harus menghadapi kehidupan yang tidak hanya dipenuhi kebahagiaan, tetapi juga penuh dengan penderitaan. Namun dengan adanya penderitaan, manusia akan mencapai potensi yang maksimal karena dihadapkan dengan konflik sebagai stimulus munculnya potensi dan kemampuan untuk menjadi manusia unggul.

Jika seluruh masyarakat Indonesia menganut pemikiran manusia unggul dan bahu-membahu bersama presiden membangun bangsa, tidak perlu waktu lama untuk Indonesia berkembang pesat dan menjadi negara yang tidak terkalahkan.