Seperti yang kita ketahui bersama, sebagian masyarakat pedesaan di Indonesia mengandalkan perekonomian mereka dengan bercocok tanam atau bertani. Kehidupan sebagai petani mereka jalani karena merupakan keterampilan yang turun menurun dan dipelajari secara otodidak yang didapat dari lingkungan dan keluarga mereka mereka, yang lahir dan berkembang dilingkungan pedesaan.
Pada zaman dahulu petani biasanya hanya menggarap tanaman pokok seperti padi, jagung, atau ketela.
Tetapi dengan berjalannya waktu dan perkembangan pengetahuan, informasi dan teknologi serta penyuluhan dari dinas Pertanian setempat, para petani saat ini mampu mengembangkan diri sehingga mampu menanam tanaman lainnya, seperti sayur dan buah-buahan.
Seperti usaha di bidang lainnya pertanian pun ada kalanya mengalami kegagalan. Gagal panen adalah masalah yang ditakuti oleh para petani. Karena gagal panen akan berimbas pada perekonomian keluarga mereka.
Selain merugikan secara material, gagal panen juga menjatuhkan mental dan semangat mereka dalam bertani. Rugi secara material, jelas membuat modal yang mereka keluarkan tidak bahkan harus mengeluarkan modal lagi untuk menakutkan pertanian.
Akan tetapi mengingat kehidupan yang harus terus berlanjut, mereka berusaha bangkit dari kegagalan tersebut. Dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, informasi dan teknologi mereka bisa mencari tahu bagaimana cara mengantisipasi kegagalan tersebut.
Nah untuk mengantisipasi kegagalan tersebut para petani bisa memperhatikan beberapa faktor di bawah ini.
1. Penyiapan dan Pengolahan Lahan Pertanian
Lahan pertanian yang akan ditanami sebaiknya digemburkan terlebih dahulu. Pada zaman dulu para petani menggemburkan lahan mereka dengan dibajak. Bajak yang digunakan pun masih alat yang sederhana, yaitu alat bajak sawah yang ditarik oleh hewan ternak seperti kerbau atau sapi.
Dengan alat yang sederhana tersebut membajak sawah membutuhkan waktu yang cukup lama, tapi dengan berkembangnya teknologi, para petani sekarang bisa menggunakan alat yang lebih canggih, yaitu traktor.
Setelah proses penggemburan diperlukan dilakukan pengairan sesuai dengan kebutuhan. Untuk tanaman padi perlu dilakukan pengairan secara terus menerus, untuk memaksimalkan pertumbuhannya. Sedangkan untuk sayur dan buah-buahan pengairan dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan tanaman tersebut.
2. Pembibitan dan Penanaman
Untuk menunjang hasil yang maksimal dalam bercocok tanam baik itu jenis padi, jagung, sayuran atau buah-buahan maka pemilihan bibit yang berkualitas baik perlu diperhatikan. Bibit yang berkualitas baik bisa dibeli dari toko-toko pertanian yang resmi. Bibit-bibut tersebut kemudian di tanam pada lahan yang sudah dipersiapkan.
3. Pemupukan Tanaman
Ketika bibit sudah mulai tumbuh, maka perlu dilakukan proses pemupukan. Proses pemupukan ini bertujuan untuk memaksimalkan tumbuh kembang dari tanaman tersebut. Adapun pupuk yang digunakan bisa berasal dari 2 sumber, yaitu :
a. Pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik seperti dari kotoran hewan ternak yang telah divermentasikan atau dari sisa-sisa tanaman dan daun-daunan yang sudah diolah menjadi kompos.
b. Pupuk yang bersumber dari olahan pabrik atau pupuk kimia, yang terdiri dari nitrogen, fosfat, kalium, sulfat dan lainnya.
Dalam proses pemupukan perlu diperhatikan pula kebutuhan nutrisi dari tanaman itu sendiri untuk tumbuh dan berkembang. Misalnya untuk masa pertumbuhan tanaman kurang lebih satu minggu pasca penanaman bibit maka diberikan nitrogen untuk memacu pertumbuhannya.
Lalu ketika sudah tumbuh secara maksimal maka diperlukan pupuk yang mengandung kalium dan sulfat untuk persiapan pembungaan dan perubahan.
4. Tahap Perawatan dan Pengendalian Hama dan Gulma
Saat bercocok tanam hama dan gulma mungkin saja menyerang pada tumbuhan sehingga kita perlu melakukan perawatan dan pengendalian. Hama dan penyakit seperti ulat, walang sangit, wereng, jamur dan lain-lain bisa kita kendalikan dengan melakukan penyemprotan pestisida yang sudah direkomendasikan oleh Dinas Pertanian. Penyemprotan ini dilakukan secara berkala sehingga penyakit atau hama benar-benar musnah.
Sedangkan untuk pengendalian gulma atau tanaman pengganggu bisa dilakukan dengan penyemprotan pestisida sistematik yang aman bagi tanaman.
Selain dengan penyemprotan gulma juga bisa dikendalikan melalui pencabutan tangan, pencangkulan, penggalian atau pemotongan. Cara ini bisa memperlambat pertumbuhan dan mengurangi pembentukan benih gulma.
5. Tahap Pemanenan
Dalam proses pemanenan untuk tanaman padi bis dilakukan dengan alat perontok padi yang modern atau dengan alat perontok yang manual. Sedangkan untuk tanaman sayur dan buah bisa dilakukan dengan tenaga manusia.
6. Tahap Pemasaran
Para petani di pedesaan biasanya akan memasarkan hasil panen mereka di pasar-pasar tradisional terdekat, atau kepada konsumen langsung yang membutuhkan.
Karena lingkup pemasaran yang kurang luas terkadang hasil panen petani tidak bisa terjual dengan harga yang maksimal. Ini dikarenakan pada saat musim panen, biasanya hasil panen yang beredar di pasar juga banyak sehingga menurunkan harga hasil panen mereka.
Harapan untuk ke depannya, dengan didukung oleh perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, semoga para petani bisa lebih inovatif, lebih produktif dan lebih kreatif dalam menjalankan proses pertaniannya. Sehingga bisa meningkatkan pendapatan mereka dan meningkatkan kemakmuran masyarakat pada umunya.