Sulawesi Tengah secara khusus pernah punya Klub Sepak Bola yang melegenda dan pemainnya berlevel Tim Nasional  yaitu Persatuan Sepak Bola Indonesia Palu (PERSIPAL). Klub ini telah menorehkan berbagai catatan emas dalam perjalanan Sepak Bola Nasional. 

Ya, coba tengok prestasi mereka yang bikin bangga itu di era 70an dan 80an yang kalau kita menggunakan perspektif Tim Sepak Bola hari ini hampir-hampir tidak masuk nalar. Ini semua adalah berkat "tangan dingin" dari seorang Tokoh Sepak Bola Indonesia dari Sulawesi Tengah saat itu yang bernama Azis Lamadjido. 

Fakta menunjukan bahwa, totalitas seorang Azis Lamadjido dalam mengurusi Sepak Bola itu memang tidak main-main. Serius, inilah kata kunci  yang bisa saya ambil dari pola pembinaan yang beliau lakukan, rela mengorbankan segalanya.  Waktu, termasuk materi  dan terkadang menguras kantong sendiri demi kemajuan Sepak Bola, khususnya Persipal. Kerja-kerja beliau pada bidang Olahraga ini harus kita acungi jempol dan diteladani. 

Dari sini, lahir lah Pemain-pemain berkualitas. Sebut saja, Anwar Hadi, Erwin Sumampow, M. Saing, Kakak-beradik Dulla Wahid dan Karno Wahid dan lain-lain. Ini semua tak terlepas dari kiprah seorang mantan Jaksa Tinggi Sulawesi Tengah itu.

Persipal memang salah satu Klub di Sulawesi Tengah yang merupakan peletak sendi-sendi persepak-bolaan, oleh karena itu semangat juang Anak-anak Persipal  pun diikuti juga oleh Klub tingkat regional Sulawesi Tengah sebut saja, Persatuan Sepak Bola Indonesia Poso (PERSIPOS) dan Persatuan Sepak Bola Indonesia Tojo Una-una (PESTU) dan lain-lain.

Salah satu cerita sukses yang pernah diukir oleh Persipal  adalah menjadi dua belas besar dalam Kejurnas PSSI 1975  Liga Persyarikatan waktu itu, bagaimana saat itu "Laskar Tadulako" memberikan perlawanan cukup sengit  terhadap beberapa Klub papan atas nasional saat itu seperti Persija, Persib, dan Persipura. Perlu diketahui juga bahwa ada tiga Klub dari Indonesia Timur yang saat itu berjaya antara lain PSM Makassar, Persipal Palu, dan Persipura Jayapura. 

Puncak permainan Persipal barangkali ada ditahun 1981 saat Klub kebanggaan masyarakat Kota Palu itu mewakili Indonesia di kancah Sepak Bola Internasional pertama mereka, yakni Turnamen bergengsi Aga Khan Gold Cup (Liga Champions Asia sekarang) yang berlangsung di Dakka, Banglades. Dari catatan apik tersebut, mungkin ini prestasi terakhir bagi Persipal dan kata prestasi itu hari ini sepertinya "menjauh" dari publik Sepak Bola Sulawesi Tengah. 

Disamping sibuk mengurus managemen Sepak Bola Sulawesi Tengah, Azis adalah seorang Bupati tapi karena kepekaan dan kecintaan beliau pada Si "kulit bundar" beliau mampu menghadirkan Tim Sepak Bola berkelas nasional yang hari ini sulit dilakukan oleh Pejabat Birokrasi Pemerintahan khususnya Sulawesi Tengah. 

Dalam perkara pembinaan Sepak Bola di Indonesia, Azis sejajar dan selevel dengan Acub Zainal Gubernur Irian Jaya (baca : Papua hari ini) yang mampu melahirkan Tim berkategori nasional yang berjuluk "mutiara hitam" yaitu Persipura. 

Untuk meningkatkan prestasi Persipal, gebrakan Azis Lamadjido memang tidak tanggung-tanggung. Beliau mendatangkan Ramang "Si Macan Bola" Indonesia era 50an sebagai Pelatih dan bisa "merayu" Johanes Auri dan kawan-kawan (Pemain Persipura) untuk memperkuat Klub Sepak Bola "Tana Kaili" itu. Mobil, Kebun Cengkeh, Rumah tinggal, dipersembahkan oleh Azis Lamadjido untuk memanjakan "Anak asuhannya" itu. Demi Persipal. 

Sebuah pengorbanan yang kalau dihitung nilai ekonomisnya bernilai cukup tinggi. Tapi itulah tipikal Azis Lamadjido rela berkorban demi meningkatkan kemajuan prestasi Sepak Bola. 

Persipal Hari Ini Bagaimana ?

Kalau kita mau bicara prestasi Sepak Bola hari ini di Sulawesi Tengah, kayaknya warisan prestasi yang ditinggalkan oleh Azis Lamadjido sepertinya ditelan angin, mandeg prestasi. Persoalannya kita hari ini tidak punya Pemain berkualitas ataukah tidak hadirnya Pembina Sepak Bola yang mumpuni atau apa ? Pertanyaan ini harus dijawab bila kita ingin meraih prestasi Sepak Bola.

Prestasi lain yang dipersembahkan oleh Azis Lamadjido tidak hanya mampu melahirkan Pemain berkualitas  tapi juga mampu menciptakan opini publik Indonesia dan Dunia Internasional bahwa Persipal bukan Tim Sepak Bola kelas bawah. 

Jadi jangan heran kalau Tim sekelas PSV Eindhoven dan Feyenoord Rotterdam mau datang dan bertandang ke Palu untuk melakukan Pertandingan Persahabatan dan uji coba di Kota panas itu. Yang hasil pertandingannya berakhir dengan seimbang dan tidak memalukan yaitu 3-3 melawan Feyenoord Rotterdam dan kalah 2-1 melawan PSV Eindhoven. 

Prestasi itu sama dengan Niac Mitra Surabaya yang  sempat mempermalukan Arsenal (The Gunners)  2-0  di Stadion 10 November Tambaksari, Surabaya 16 Juni 1983.

Bagi publik maniak Sepak Bola di Indonesia khususnya Sulawesi Tengah penjelasan di atas adalah sejarah kesuksesan Sepak bola yang pernah terjadi di daerah ini dan semestinya fakta itu harus terulang kembali. Setelah Azis Lamadjido "pergi" meninggalkan kita, masih adakah lagi Tim Sepak Bola dan Pembina yang membanggakan ? Ini harus dijawab oleh kita semua, meskipun prestasi Sepak Bola Nasional kita hari ini tidak jelas juntrungannya. 

Karena itu kita rindu akan lahirnya tangan-tangan dingin baru yang siap mengorbankan segalanya demi peningkatan prestasi dan kemajuan Sepak Bola Nasional, secara umum untuk Indonesia, terkhusus Sulawesi Tengah, seperti Almarhum Azis Lamdjido.