Malam yang hening, dinginnya angin malam telah merasuki tubuhku dengan kesejukan dan aroma menyegarkan. Tubuh terasa lelah dan tak kuat untuk terus bertahan dalam memandang lembaran-lembaran buku yang ingin aku baca. Mataku yang tak mampu aku tahan lagi untuk bersemai malam yang dingin ini, aku pun membiarkan badan terlelap tidur pada tikar yang seadanya.
Aku tak tahu banyak apa yang akan terjadi malam, aku tertidur dan khayalku terbawa dalam alam mimpi. Aku merasa berada di alam kebahagiaan, perasaan yang damai akan cinta dan kasih sayang, perasaan yang membuatku meronta-ronta seakan terjawabkan segala keinginan dalam mimpiku. Tubuhku yang terlelap, dan tak terasa olehku seperti apa model tidurku yang terlena dalam alam mimpiku.
Mimpi seakan berada dalam alam kenyataan, aku merasa berada antara kesadaran dan mimpi belaka. Malam yang membuat aku terus bertanya-tanya, kejadian apa yang akan terjadi? Ku coba menikmati malam yang dingin di gubuk tua atas kedamaian dan kebahagiaan yang tak ada hentinya.
Pikiranku seakan masih berada dalam dunia mimpi, di luar gubuk terdengar suara orang yang memohon dan minta permisi. Aku mencoba menenangkan pikiran dan cepat bangun dari tempat tidurku yang terlelap itu.
“Assalamu Alaikum.” Suara perempuan yang merdu terdengar oleh telingaku saat masih tertidur.
Aku yang belum sepenuhnya terbangun dan langsung menjawabnya dalam diam, dan segera aku menuju pintu untuk membukanya. Seketika itu juga aku mempersilahkan perempuan yang tak aku kenal untuk masuk di gubuk tua.
“Silakan masuk.” Jawabku yang belum sepenuhnya sadar dari tidurku, entah kenapa jua terlintas dalam pikiranku untuk mengagumi kecantikan perempuan yang ada di depanku itu.
“Ada sendoknya yang bisa saya pinjam, kak.” Tanyanya dengan nada yang merdu dan menggugah hatiku.
“Iya, ada.” Jawabku dengan singkat.
Aku pun bergegas mencari sendok sesuai dengan permintaannya. “Hanya ada tiga sendoknya, apakah tidak apa-apa.” Jawabku yang masih terkagum dengannya.
“Iya, tidak apa-apa kak.” Jawabnya dengan nada suara yang masih menyentuh hatiku.
Aku yang tak sempat bertanya banyak tentang dia, lalu ia pergi setelah aku memberikannya sendok sesuai yang ia minta. Ia pun langsung pergi mengarah ke selatan yang aku tak tahu di mana ia tinggal.
Aku yang merasa bodoh dan seakan dipenuhi penyesalan, mengapa aku tak menanyakan orang mana dan di mana ia tinggal? Malam itu aku terus bertanya-tanya pada diriku sendiri, kira-kira siapa perempuan misterius itu yang datang saat aku dalam keadaan tidur.
Seandainya aku mampu berkenalan dengannya, mungkin rasa penasaranku tidak ada dan bisa saja aku dapat pula merasakan kebahagiaan. Perempuan yang membuat aku terkagum dengannya, ia telah mampu mengundang dalam tanyaku kenapa mesti ke tempatku meminjam sendok? Padahal, tempatnya agak jauh dari tempatku dan kami pun tak saling kenal.
Malam yang mulai larut, arah jarum jam pun sudah menunjuk di angka 11.00, dan aku tak bisa lagi melanjutkan tidurku. Ku coba membuka laptop dan ingin menuangkan gagasanku atas buku-buku yang pernah aku baca. Menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan sebagai senjata yang ampuh sebagai bahan kritik, dan memberikan kebermanfaatan kepada orang banyak.
Aku yang ingin berkarya ditemani dengan hantu-hantu pikiran mengenai perempuan tadi. Aku tak mampu fokus dengan baik atas karya yang ingin aku persembahkan. Entah kenapa ada yang berbeda, dan kenapa pikiranku tak henti untuk memikirkan perempuan yang misterius itu.
Tidak lama berselang, perempuan datang kembali untuk mengembalikan sendok yang ia pinjam. Lalu, mengapa dengan orang yang berbeda? Perempuan yang membuat aku terkagum saat aku masih belum sadar sempurna, bukan ia yang mengembalikan sendok tersebut. Ia adalah sahabatnya, dan lagi-lagi aku tak bisa bertanya banyak tentang dia dan kemudian ia pergi lagi.
Mungkin sebagai ucapan terima kasih, saat ia mengembalikan sendok itu, namun ia juga menyisahkan “Kapurung” makanan khas Sulawesi Selatan. Kapurung adalah makanan sejenis sayuran, namun ia tidak hanya bisa dimakan saat bersama dengan nasi, tetapi enak juga disantap walaupun hanya itu saja.
Aku masih penasaran dengannya, kira-kira orang dari mana dan siapa namanya? Hal itulah yang sedikit menggugah pikiranku, kenapa aku tidak bertanya namanya dan dari orang mana, dan kalau perlu mengapa aku tak meminta nomor WhatsAppnya.
Malamku yang dipenuhi dengan tanda tanya, sosok perempuan yang tak terduga datang menghampiriku, namun aku tak tahu di mana ia tinggal dan siapa namanya. Aku masih penasaran dengannya. Entah kenapa aku berusaha keras untuk menghilangkan bekas ingatan itu, lagi-lagi dan lagi ia terus memicu dan menghantui pikiranku hingga aku terbangun di pagi hari. Aku hanya berharap dilain waktu aku dapat berjumpa dengannya dan mengenal dirinya untuk menghilangkan rasa penasaranku.