Sepanjang sejarah, kita memandang perdamaian sebagai hal yang lumrah, sedangkan perang adalah keadaan yang kacau, yang menurut opsinya kalian adalah baik dan tidak menentu bagi Anda.

Sekalipun belanda bisa berdamai dengan Indonesia pada 1945. Prancis dengan Jerman pada 1913. Tetapi suatu waktu mereka bisa berselisih pada 1915.

Setiap saat, —para pebisnis, pengusaha, korporasi, menteri dan politisi biasa membuat agenda untuk masa depan. Mereka selalu menempatkan waktu dan menyisihkan ruang untuk tetap berdamai. Dari zaman paleolithikum hingga jaman neolithikum. Dan dari Asia Barat, Mesir dan Afrika Utara hingga sampai Crete dan Siprus.

Seluruh lembah dan kawasan Mediterania menjadi saksi bahwa sejarah tidak akan mati bila nafas telah berakhir. Begitu juga dengan peperangan dan perdamaian manusia.

Bagi komunitas global di muka bumi ini tahu sewaktu-waktu Asia Barat bisa menginvasi Mesir dan Afrika Timur, mengalahkan peperangan, merebut kembali angkatan perang dan mengambil alih wilayah mereka. Karena demi menduduki pusat lembah Mediterania.

Tidak dapat di sangka, tahun 2012, sekitar 56 juta orang mati di seluruh dunia, di sebabkan karena perselisihan dan peperangan antar manusia, 600.000 orang lainya meninggal, di akibatkan perang berlangsung dan sedang memanas.

Mungkin sebagian besar di antara kita menganggap diri mereka, peperangan mereka, perdamaian mereka dan kekuatan kolektif mereka itu adalah manusia yang gila. Tetapi dalam segmen populasi dan pandangan Anda akan mengakui bahwa peperangan dan konflik masa tidak bisa kita bayangkan, dan batalkan. 

Untuk ke sekian kali dalam sejarah, ketika banyak pengusaha, pebisnis, korporasi dan pemerintahan melihat peperangan itu akan terjadi di masa depan, dan masa kini.

Maka Anda akan siapkan materi untuk mengubah senjata nuklir menjadi senjata pengetahuan. Ketika dunia global mentranformasi ekonomi dan materi ke dalam pengetahuan. Maka sumur-sumur minyak, emas dan perak tidak mudah Anda dapatkan melalui perang, konflik dan kekerasan. Anda tidak bisa merebut ekonomi dan kekayaan seperti itu.

Karena kekuatan Amerika sangat mengisahkan konflik, dan pertikaian masa. Di bandingkan Timur Tengah dan Afrika Tengah yang menerangai ekonomi dalam gubahan materi.

Sangat masuk akal bagi Anda dan Rwanda untuk menjarah, merebut tambang-tambang coltan yang berlimpah di negara tetangga,  karena logam itu sangat dibutuhkan terhadap pertumbuhan ekonomi untuk produk leptop dan telpon seluler 1998, ketika masa Indonesia, Presiden Suharto bergulat dengan Timor-timur.

Congo, sebagai negara tetangga hanya memiliki 80 logam Coltan cadangan dunia. Sementara Rwanda meraup keuntungan $ 240 juta setiap tahun dari logam coltan jarahan itu.

Sebaliknya, sangat mustahil sekali China menginvasi California untuk mengambil alih Silicon Valley. Andaikan Cina mampu menang dalam peperangan dan pertempuran. Maka tidak akan ada emas, dan tambang-tambang yang di dapat dari Silicon Valley. 

Yang terjadi, justru Cina dapat meraup laba dan keuntungan besar dari miliaran dolar dan teknologi-teknologi tinggi raksasa. Seperti membeli perangkat-perangkat lunak, produk-produk Apple dan Microsoft.

Lain halnya dengan uang yang di dapat Rwanda dalam waktu setahun. Itu akan sangat mudah di gantikan oleh Cina dalam waktu sehari. Dengan melalui kesepakatan dan sistem perdagangan damai dalam peperangan global. 

Oleh karena itu, siapapun Anda akan mengatakan bahwa “perdamaian dan perdagangan” itu bukanlah suatu pemaknaan yang baru, melainkan sesuatu keniscayaan perang yang sungguh tidak bisa diterima dan tidak masuk akal bagi kita. 

Anda bisa lihat, ketika Amerika membawa kekisruhan di Mosul dan di Baghdad, tak ada satupun bom yang di ledakan di Chicago dan Los Angeles. Namun pada saat yang sama untuk masa depan manusia. Negara-negara Timur Tengah bisa mengubah bom materi menjadi bom logika.

Bisa saja menurut mereka, lampu listrik yang mati di California akan di hidupkan kembali di Texas, dan mematikan pajak di Asia. Tidak heran, sebab peperangan, konflik dan perdamaian tertinggi dalam dunia adalah pengetahuan. Sewaktu-waktu bom materi tidak akan mampu bekerja aktif dan sendiri, jika bom logika tidak mengendalikannya.

Bom logika, menurut mereka adalah bom di mana perangkat-perangkat lunak yang di tanam dan di operasikan dalam materi melalui perangkat-perangkat—jarak jauh.

Seperti yang Anda bayangkan pada saat ini dan di 2030 yang akan datang,—misalnya bahwa negara-negara Eropa sedang meluncurkan pesawat tanpa pilot, mobil tanpa supir, dan kapal tanpa awak.

Mereka sangat antusias dan begitu yakin bahwa remot, perangkat-perangkat kecil dan monitor yang mereka buat bisa mengatur dan mengendalikan mesin, dan medan perang yang mereka tempuh.

Anda Mungkin tahu, ketika perang cyber di luncurkan di media. Terasa betul akun, e-mail, sandi-sandi pribadi Anda akan mudah di retas oleh mereka. Perang memang mengisahkan kekacauan. Tetapi kekacauan mereka bisa mengubah Anda menjadi perdagangan dan perdamaian.