Di era modern, salah satu tolak ukur kemajuan sains dan teknologi adalah peraih penghargaan Nobel. Penghargaan internasional ini diberikan setiap tahun kepada orang-orang yang telah berkontribusi luar biasa atau bermanfaat untuk masyarakat. Sains terbagi menjadi fisika, kimia, fisiologi, ekonomi, dan kedokteran.
Penghargaan Nobel juga bergerak pada bidang non sains yaitu sastra dan perdamaian. Pencetus penghargaan ini dimulai oleh Alfred Nobel seorang ahli kimia, insinyur, dan industrialis Swedia yang terkenal karena penemuan dinamit.
Alfred Nobel adalah ilmuwan asal Swedia yang populer pada masanya. Selain menjadi ilmuwan, Nobel juga penemu, pengusaha, sekaligus penulis puisi dan drama. Jadi dapat disimpulkan kalau Nobel memiliki banyak minat di berbagai bidang.
Penghargaan Nobel dimulai sejak tahun 1901 dan berlanjut sampai abad ke 20, setiap pemenang akan menerima medali emas, diploma, dan penghargaan uang. Sejak tahun 1901 hingga 2022 penghargaan ini telah diberikan kepada 975 pemenang.
Untuk bidang sains sebanyak 631 pemenang dan bidang non sains 344 pemenang, sebagian besar pemenang beragama Kristen dengan (68%), Yahudi (20,8%), Islam, (1,3%), Hindu (0,8%), dan Budha (0,4 %).
Penghargaan Nobel ini telah diberikan kepada 975 pemenang secara individu dan organisasi dengan 344 (35%) pemenang di bidang non sains dan 631 (65%) pemenang di bidang sains. Sebagian besar pemenang beragama Kristen dengan 68 %, Yahudi 20,8, Islam, 1,3%, Hindu 0,8 %, dan Budha 0,4 %.
Sampai saat ini hanya tiga orang Islam yang telah meraih penghargaan Nobel yaitu:
1. Abdus Salam peraih penghargaan Nobel di bidang fisika tahun 1979.
2. Ahmad Zewail peraih penghargaan Nobel di bidang kimia 1999.
3. Azis Sancar peraih penghargaan Nobel di bidang kimia 2015.
Saat ini sering kali kita hanya diperkenalkan dengan ilmuwan asal Eropa saja seperti Isaac Newton, Aristoteles, Albert Einstein, Pythagoras, dan sebagainya. Jarang sekali terdengar ilmuwan dari negara Timur Tengah (Islam).
Padahal angka atau bilangan yang saat ini digunakan oleh seluruh manusia adalah angka arabic yang di pelopori oleh Al-Khawarizmi. India merupakan penemu angka nol (0) yang ditambahkan ke angka-angka satu sampai sembilan.
Bintang-bintang yang ada di galaxy Milky Way dua pertiga nama yang telah diberikan berasal dari ilmuwan muslim pada masa keemasan Islam. Nama-nama bintang tersebut yaitu Meissa, Bellatrix, Betelgeuse, Mintaka, Alnilam, Alnitak, Rigel, dan Saiph.
Tiga Zaman Emas Peradaban Islam
Kejayaan Islam termanifestasi dalam tiga zaman yaitu:
1. Zaman Bani Umayyah
Dimulai setelah 29 tahun Nabi Muhammad SAW wafat, tepatnya pada tahun 661-750 M. Zaman ini diwarnai dengan tingkat toleransi yang tinggi khususnya pada bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Muawiyah ibn Abi Sofyan (602-680 M) merupakan pelopor sekaligus Gubernur atau pimpinan di Damaskus yang menjadi ibu kota Bani Umayyah selama 90 tahun.
Luas teritorial kekuasaan Umayyah sekitar 11.000.000 kilometer persegi yang terdiri dari Asia Tengah, Afrika Utara, Peninsula, Iberia (Spanyol/Andalusia dan Portugal). Teritorial ini jauh lebih luas daripada zaman sebelumnya.
Mayoritas populasi di zaman Umayyah yaitu beragama Kristen. Saat itu umat Kristen, Yahudi, dan non muslim lainnya diharuskan membayar pajak lebih tinggi dibanding kaum muslim yang hanya membayar zakat.
2. Zaman Abbasyiah
Zaman Abbasyiah yang merupakan masa keemasan Islam, mempunyai kekuasaan yang cukup lama pada tahun 750-1258 M. Zaman ini juga diwarnai dengan tingkat toleransi yang tinggi. Zaman ini sebetulnya dipelopori sebelum tahun 750 oleh Abbas ibn Abdul Muthallib (paman Nabi Muhammad SAW) pada tahun 565-653 M.
Ibu kota pertama Abbasyiah terletak di Kufa dengan mengambil alih kota Kufa dari kerajaan Umayyah pada tahun 750 M. Namun saat kepemimpinan raja al-Mansur, ibu kota Abbasyiah berpindah di Baghdah pada tahun 762 M. Kota Baghdad menjadi pusat ilmu pengetahuan, sains, filsafat, budaya, dan lain-lain yang melahirkan masa keemasan Islam.
3. Kerajaan Ottoman
Manifestasi kerajaan Islam yang ketiga terjadi di kerajaan Ottoman yang berlangsung sejak tahun 1299-1922. Zaman ini juga diwarnai dengan toleransi dan keterbukaan, namun tidak sekental seperti Abbasyiah dalam konteks kemajuan sains dan teknologi.
Kerajaan Ottoman ini di prakarsai oleh seorang kepala suku Turkoman yaitu Sultan Osman I (1254-1324). Ottoman mengakhiri kerajaan Bizantium dengan pengambil alihan kota Konstantinopel tahun 1453-1922 oleh Sultan Mehmed II yang berkuasa dari tahun 1431-1481.
Pada kerajaan Sultan Sulaiman tepatnya tahun 1494-1566 mengalami pengembangan sistem ekonomi dan sistem yang menyebabkan kejayaan Ottoman serta menjadikan pusat interaksi antara Eropa, Timur Tengah, dan Asia. Pengembangan ilmu alam pada kerajaan Ottoman tidak secanggih seperti zaman Abbasyiah, dan ini berakhir beberapa tahun setelah perang dunia pertama 1917.
Rumah Kebijaksanaan (Baty al-Hikmah)
Pada intinya kemajuan sains dan teknologi sangat termanifestasi oleh zaman Abbasyiah, terbentuknya rumah kebijaksanaan dalam bahasa Inggris House of Wisdom dan bahasa Arab Bayt al-Hikmah sebuah tempat yang dilahirkan oleh raja al-Mansur di zaman Abbasyiah.
Rumah kebijaksanaan ini menjadi tempat perpustakaan yang besar dan spektakuler, menjadi institusi pendidikan yang bisa mengumpulkan karya-karya luar biasa. Rumah kebijaksanaan ini disempurnakan oleh raja Harun al-Rasyid yang berkuasa 786-809 M.
Kemudian dibesarkan lagi oleh raja al-Mamun yang mengumpulkan koleksi pribadi raja al-Manshur, Harun ar-Rasyid, dan karya-karya dari seluruh dunia. Keterbukaan ini yang menjadi pembeda pada zaman Abbasyiah.
Berikut tokoh-tokoh muslim terkemuka yang warisan keilmuannya masih dipakai sampai saat ini yaitu:
1. Ibnu Sina
Ibnu Sina yang hidup pada tahun 980-1037 M. Keturunan asal Persia yang lahir di Bukhara, ia merupakan ahli filsafat, kedokteran, dan astronomi. Dalam bidang kedokteran ia menulis The Canon of Medicine (qanun kedokteran) yang menjadi acuan dalam ilmu kedokteran di dunia Islam dan Eropa sampai abad ke 19, bahkan menjadi acuan atau referensi nya di ilmu kedokteran masih digunakan pada zaman kontemporer.
2. Al-Biruni
Al-Biruni hidup tahun pada 973-1048 M. Keturunan asal Persia yang ahli pada bidang filsafat, matematika, fisika, antropologi, geografi, dan etnografi. Banyak teori-teori yang diperdayakan atau digunakan sebagai acuan oleh ilmuwan terkenal di Eropa pada ratusan tahun berikutnya. Al-Biruni dijuluki sebagai ahli gelologis atau antropologi pertama, ia juga dijuluki Leonardo da Vinci dunia Islam.
Al-Biruni menggunakan trigonometri sederhana untuk memperkirakan jari-jari dan keliling planet bumi dengan perhitungan (6.340 km). Perhitungan al-Biruni hanya meleset 1% dari perhitungan modern (6.371 km). Jadi bisa argumentasikan bahwa ilmuwan pada zaman Abbasyiah dan al-biruni sudah mengambil kesimpulan bumi itu bulat bukan datar, sebelum ilmuwan modern.
3. Ibn al-Haytham
Ibn al-Haytham dikenal sebagai “bapak optik modern” hidup pada tahun 965-1040 M. Berasal dari keturunan Arab yang lahir di Bazrah, Iraq. Al-Haytham memiliki keahlian pada bidang matematika, astronomi, dan, fisika. Ia juga dikenal sebagai salah satu pelopor metode ilmiah melalui eksperimental dan seorang polimas yang ahli pada bidang filsafat dan kedokteran.
4. Al-khawarizmi
Al-khawarizmi hidup pada tahun 780-850 M. Keturunan Persia yang Lahir di Uzbekistan, dengan keahliannya pada bidang matematika, astronomi dan geografi. Al-Khawarizmi juga penemu ilmu algoritma dan algebra, ia yang telah memperkenalkan aljabar dan bilangan Hindu kepada matematikawan Eropa. Selain itu, Al-khawarizmi juga kepala balai pengetahuan Bayt al-Hikmah di zaman khalifah al-Mamun.
5. Hunayn ibn Ishaq al-Ibadi
Seorang kristen yang sempat diangkat menjadi kepala Bayt al-Hikmah oleh khalifah al-Mamun, ia memiliki keahlian filsafat, penerjemah, kedokteran mata, ilmu agama dan tata bahasa.
6. Abu Mashar
Abu Mashar seorang yang memiliki keahlian pada bidang astrologi dan menerjemahkan karya-karya Aristoteles.
7. Al-Hajjah ibn Yusuf ibn Matar
Al-Hajjah ibn Yusuf ibn Matar seorang ahli matematika yang menerjemahkan karya-karya Euclid.
8. Abu Bakr al-Razi
Abu Bakr al-Razi keturunan Persia yang ahli pada bidang filsafat, kedokteran, alkimia, logika, dan astronomi.
Teladan, Keterbukaan, dan Toleransi
Bahasa-bahasa yang ada di Bayt al-Hikmah bukan hanya bahasa Arab saja, terdapat bahasa lain seperti bahasa Almaic, Persia, Syiriac, Yahudi, Yunani, dan Latin. Jadi bisa dibayangkan keterbukaan dan semangat belajar ilmuwan terdahulu begitu besar.
Esensi dari ulasan ini adalah sains has no border. Bukan sains Arab, sains Yahudi, sains Persia, ataupun sains Kristen yang ada hanyalah sains. Inti dari masa keemasan Islam dari zaman Umayyah, Abbasyiah, dan Ottoman adalah keterbukaan dan toleransi.