Perahu Kita, Nahkoda Waktu


tidak perlu mendayung lelah perahu ini; nahkoda kita adalah waktu

menghantar detik ke menit menuju jam demi jam yang kian berlalu


kendali kemudi diatas-namakan sumpah para penjaga-penjaga laut

agar mereka menjaga ikrar setia pada gertak gelombang tak bertuan


hanya berlalu, memandang jauh di ambang awan berundak-undak

membiarkan tubuh terombang-ambing; sesekali pula berbalas tawa


tidakkah menikmati luruh senja di bagian terdepan begitu pukau?

                   

2014


Suatu Sore di Pelabuhan Kecil


serupa dermaga ini, dulu kau pernah mengatakan:

“Di sini, boleh jadi sebuah pertemuan dan perpisahan 

sama terjadi-terulangnya.”

 

karena siapa pun boleh berkunjung,

merapat bahkan bermalam di pelabuhan kita


maka hati berjenis putik apa yang dapat menghindari?


2014


Pesisir Kepulauan Seribu


/1/

pada semilir angin utara, damailah bunga-bunga cakrawala petang

camar-camar bergegas kembali; kepak memenuhi langit maha membentang

gelombang berbukit-bukit, menggulung setiap arah yang memasrahkan diri

lazuardi kita semakin matang jingga, matahari sayu pandang kian menyusut

di pesisir ini, tak urung usai namamu kutoreh dan kulukis-tulis

selepas itu, membiarkannya begitu saja tanpa mengindahkan sama sekali

dihapus oleh kecemburuan sekawanan anak-anak ombak bertubuh karang

 

/2/

adakah yang kita pahami dari keterpukauan bahasa laut ini?

gemerisik pasir putih menyenandungkan sabda jagat raya

ombak berdesir sepanjang haluan, menangkap kakimu

rumah keong tak berpenghuni; kemana kiranya?

jangkar diturunkan, kapal-kapal nelayan dilabuh ke pesisir

hari mulai gelap, mari bergegas pulang

 

2014

 

Snorkling


ikan-ikan kecil saling berkejaran; mempermainkan lambaian rerumput karang

lebih dekat tak kunjung terjaga dari lelap abadinya teripang-teripang hitam

“Lihat di sana, ikan-ikan itu jauh lebih besar ukurannya,” teriak seorang kawan

kembang kempis mengatur napas, berulang kali tersedak air laut, terminum


serasa diaduk-aduk,

cepat kembali menuju kapal


2014