Tidak ada yang paling suci dan bersih bagi seorang revolusioner muslim untuk membedah kitab suci Al-quran selain mengamati tentang soal-soal agama.

Anggap saja ini adalah sebuah majelis ta'lim, menelusuri sesuatu hal yang berharga sambil membaca kitab suci. Bagi yang tak bisa membaca Al-quran, silakan didengar saja. Dan tidak usah berpretensi mendapat dosa. Kadang-kadang pengetahuan lebih penting daripada dosa.

Bagi yang sudah pakar dan kuasai tentang soal ayat-ayat tuhan dan dasar agama, cukup disebarluaskan saja jika dianggap lebih penting. Bagi yang tak mengerti, silakan mendalami lagi lebih jauh dengan mengkaji buku-buku agama populer. Soalnya agama yang tak populer sangat sukar untuk menyelaminya.

Bagi yang merasa tersinggung atau kesal, tidak usah marah-marah atau menebar kebencian kesana kemari. Lebih baik energi kemarahan dan kebencian itu disalurkan lewat sebuah tulisan. Agar supaya nantinya, tulisan Anda bisa dinikmati oleh para membaca.

Sudah lama sekali saya ingin menelusuri tentang persoalan dasar-dasar agama. Tujuan saya, tentu bukan sebagai teori agama. Tetapi merupakan hasil refleksi dari buku-buku apa yang saya baca. Bagi saya apa yang saya temukan dan dengar,—tentang agama adalah hukum kausalitas. Maksud saya, hubungan alam dan manusia itu tidak bisa di pisahkan dari agama. Sebab setiap yang berfikir akan cepat menangkap kebodohan. Sedangkan yang tidak berpikir, dengan sendirinya, gurur kecerdasannya.

Pertanyaan saya; "mengapa dasar agama penting"?  Tiada lain dan tiada bukan karena, bagi saya ini adalah agama tentang segala hal (aim of essensial, AOE). Konsekuensinya bisa menjelaskan tentang esensi ketiadaan, keberadaan manusia, tuhan, bumi, langit, hingga cacar dan bakteri. Pokoknya apa saja, secara gamblang itu bisa dijelaskan dengan dalil agama.

Masih ingat sepongkak istilah yang dikembangkan para agamawan seperti Abraham, Nuh, Maryam, Yesus Kristus, Daud,  hingga Moehamed. Segala hal yang mereka sampaikan. Itu dengan komprehensif sudah di simpulkan dalam Al-qur'an. Anda cukup menikmati ceritanya dengan sangat bagus yang diproyeksikan oleh tokoh-tokoh Islam. Tidak seperti Einstain, Roger Penrose, Newton, dan Nail Amstrom. Mereka sesungguhnya adalah hasil daripada pengeruk agama dan produk kitab suci.

Intinya saya memakai istilah AOE di sini dalam terminologi agama. Agar siapapun nantinya, mereka bisa memahami secara sederhana. Di bandingkan istilah-istilah umum yang mereka gunakan kadang sulit menyusahkan pandangan awam.

Saya tak mau berdebat dengan siapapun tentang seputar AOE dan agama. Soalnya dalam agama dan kitab-kitab suci yang lainya itu cuman teori. Di bandingkan kenyataannya, sangat sedikit.

Kadang-kadang fiksi jauh lebih penting daripada pahala, kata para penyangka yang sedang memuji sains dan agama. Terbukti kenapa Islam kalah dalam pengetahuan. Di bandingkan bertumbuh dalam agama.

Tak bisa dipastikan lagi bahwa dunia Islam dan agama kita hari ini masih menjadi tempat di mana julang pengetahuan sudah tak bisa berkembang lagi. Sebab salah satu faktornya adalah kaum muslimlah yang paling sedikit memproduksi buku. Mereka paling sedikit minat bacanya, paling susah menerima kebebasan, dan paling sulit mendapatkan nobel. Di bandingkan negara-negara Barat dan Eropa. Sudah ketinggalan jauh dari kita (agama Islam).

Amerika adalah negara paling banyak mendapatkan pemenang nobel. Di susul Inggris, Jerman, dan kemudian Prancis. Mereka paling tinggi minat bacanya, paling senang menerima kebebasan, dan paling hebat mendapatkan nobel.

Sebagaimana hasil temuan The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO). Khususnya di negara Timur Tengah dan Asia, yang menduduki di posisi teratas adalah Cina (440.000 publikasi). Kemudian diikuti Rusia (120.512) dan India (90.000).

Sementara negara Islam di tingkat literasi berada diperingkat paling buntut. Sekitar 45 – 60 dari 61 negara yang diteliti adalah negara Islam yang paling bodoh. Paling suka menyalahkan sesama. Dan paling heboh membuat masalah. Hasil temuan The World’s Most Literate Nations ( 2016).

Salah satu bukti lainya adalah ditingkat Asia. Jepang mendapatkan peringkat 10 besar berada dirangking ke-enam dengan jumlah 24 pemenang nobel. Posisinya jauh di atas Rusia, Swiss, Malaysia dan Belanda. Berbeda halnya dengan Islam adalah pencapaiannya kurang dari 1 % . Padahal umat Islam, secara garis besar adalah populasi penduduk terbesar di dunia.

Ada yang salah dengan umat Islam? sepertinya tidak, tapi kenapa Islam mundur di bidang agama dan pengetahuan dibandingkan negara-negara Barat maju?

Salah satu alasannya adalah sejumlah kontribusi terbesar mereka terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dulu. Itu dikarenakan adanya pengaruh ilmuan-ilmuan besar. Seperti Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina, Ibn Rushd, hingga Mulla Sadra.

Sebagian mereka ada yang berjasa dibidang filsafat, agama, dan sains. Dan sebagian lagi ada yang berjasa di bidang Astrofisika seperti Al-Farghani dan Al-Khawarizmi. Demikian pula di bidang Kimia, Biologi, dan kedokteran. Mereka semua adalah salah satu pemicu terbesar terjadinya perkembangan Sains, agama, dan ilmu pengetahuan terhadap berdirinya Bayt al-Hikmah sebagai pusat peradaban Islam di dunia.

Tetapi jauh sebelum itu munculnya peradaban Bayt al-Hikmah sendiri. Itu sudah sangat bergantung pada pengetahuan dan perkembangan ilmuan-ilmuan mutakhir yang sudah bertumbuh pesat sebelumnya.

Seperti munculnya Alexandria di Yunani pada abad 3-4 M dan India pada 4 – 6 M, yang kemudian memicu lahirnya Bayt al-Hikmah pada abad 8 – 9 M. Artinya peradaban-peradaban itu terjadi bukan karena berubah begitu saja, melainkan sudah ada hasil pencipta sebelumnya.

Agama adalah pusat segala hal

Yang paling menyenangkan dalam agama, menurut saya adalah menyampaikan pusat segala hal. Apa saja yang sulit dan yang mudah itu secara runut bisa dijelaskan dengan agama. Dari hal-hal mikrokosmis terkecil yang tak nampak oleh kasat mata hingga hal-hal makrokosmos terbesar yang terlihat oleh mata. 

Agama bisa menjelaskan tentang asal-usul manusia, terjadinya konsesi alam semesta, pergerakan bumi, keberadaan tuhan, sejarah bahasa, dan bahkan perbedaan suku dan kepercayaan sekalipun. Hampir seluruh fonomena dalam dunia ini tak terjelaskan oleh dalil agama dan kitab suci.

Lihat contoh yang paling sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari: monyet. Bagi kaum yang tak berpikir, hewan ini adalah makhluk ciptaan tuhan dalam kehidupan manusia. Bagi kaum yang berpikir, monyet adalah hasil evolusi panjang yang asal asal-usulnya bisa diteliti pada keluarga simpanse, dan gorila.

Sekitar 18 ribu tahun yang lalu, tak ada monyet. Sama seperti anjing, serigala, harimau, kijang, kerbau dan kuda. Monyet adalah "produk agama" dari hasil kreativitas imajinasi yang dibentuk jutaan tahun selama proses kehidupan manusia. Kalau manusia tak mengenal hewan liar ini, kita tak akan mengetahui apa itu monyet. 

Ambil contoh yang agak abstrak: Agama. Dari mana sumbernya agama? Kalau mau jawaban sederhana yang mematikan penjelajahan: dari tuhan. Tapi bagi manusia yang berpikir. Agama jelas merupakan hasil sebuah evolusi panjang. Agama adalah salah satu hasil evolusi tercanggih yang pernah ada di muka bumi.

Tetapi problem kita tentang agama, menurut saya adalah: untuk menyelami dasar ini. Anda harus kuat imajinasi dengan IQ maksimum di atas rata-rata. Jika tidak, jangan menyesatkan diri: ambil bola, bermainlah di lapangan. Kalau Anda punya IQ rendah, sebaiknya ambil Handphone dan nontonlah klip video "Layangan Putus" di We TV, akan jauh lebih baik. 

Manusia akan lebih tenang jika orang lain memilih diam, ketimbang berteriak tapi hanya membuat bising.