Zaman Socrates adalah zaman mengajukan pertanyaan yang melahirkan kesadaran setelah zaman pra-Socrates yang disebut dengan filsuf alam. Socrates pergi ke berbagai macam tempat dan bertanya kepada orang untuk menemukan kebenaran sejati, kebenaran yang dapat ditemukan oleh setiap orang asal ia mau bertanya dan bertanya. Generasi setelahnya yaitu Plato juga mengajukan pertanyaan untuk menemukan dunia ide sedangkan Aristoteles bertanya pada yang konkret.
Pada dasarnya tujuan dari filsafat adalah mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan filosofis sehingga meraih rasa cinta dan kebijaksanaan sesuai dengan asal kata dari filsafat itu sendiri yaitu Philosophia (cinta pada kebijaksanaan, kearifan atau pengetahuan).
Manusia adalah makhluk sempurna dilengkapai dengan akal, dengan akal inilah manusia bisa berpikir atau berfilsafat. Tak mengherankan bila Rene Descartes (1596-1650), bapak filsafat modern dari Prancis mengatakan “cogito ergo sum” (aku berpikir karena itu aku ada). Oleh karena itu kemampuan dan kualitas berpikir kita berbeda maka tidak semua manusia mampu menjadi pemikir ulung atau ahli filsafat.
Dari tokoh di atas penulis memberikan dua penekanan dalam kajian filsafat ini yaitu: “Berpikir dan Bertanya.” Perkembangan ilmu pengetahuan dengan berkembangnya filsafat dimulai dari bertanya. Diskusi-diskusi yang dilakukan oleh Socrates di atas menggunakan akal untuk berpikir.
Dalam kajian filsafat ini salah satu sudut pandang definisinya yang dikemukakan oleh Harold H. Titus dalam bukunya “Living Issues in philosophy: An Introductory Textbook bahwa filsafat itu kumpulan masalah yang sangat mendasar yang masih tetap tak terpecahkan. Meskipun para filsuf telah banyak mencoba memberikan jawabannya. Dengan berbagai macam pertanyaan yang mendasar kemudian timbul pikiran untuk memecahkan permasalahan tersebut.
Tentang berpikir, kita semua pasti berpikir namun ketika berpikir apakah pikiran itu benar atau salah maka di sinilah filsafat memberikan jawaban bagaimana metode dalam berpikir. Orang yang salah dalam berpikir itu bukan pengetahuannya yang salah melainkan jalan pikirannya yang tidak lurus. Di sinilah tugas logika, karena logika merupakan kajian atau disiplin ilmu yang menjadi bagian dari filsafat.
Logika memberikan penerangan bagaimana orang seharusnya berpikir. Ada yang menyebut bahwa logika itu mengutarakan teknik berpikir, yaitu cara yang sebenarnya untuk berpikir. Agar berbagai macam argumentasi sahih atau benar dan menghindari argumentasi yang keliru, perlu ada logika sebagai instrumen untuk membedakan yang benar dan yang salah.
Di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) setiap mahasiswa pasti sudah mempelajari yang namanya filsafat, namun terkadang filsafat membuat kita bosan mempelajarinya karena materinya begitu rumit dan membingungkan. Filsafat itu berlatih berpikir dalam hal yang sulit, Akan tetapi, bagi yang serius mendalami filsafat maka akan menemukan makna yang sebenarnya karena filsafat adalah pesta pora bagi jiwa yang berakal. Filsafat ditujukan untuk semua orang, namun memang tidak semua orang memahami filsafat.
Dengan filsafat kita membuka wawasan ilmu pengetahuan dengan cara bertanya dan berpikir, bertanya dan bertanya serta berpikir dan berpikir sehingga menjadikan kita bijak dan arif dalam segal hal karena semakin makin banyak kita bertanya maka kita semakin banyak kita tahu.
Mahasiswa dan Filsafat
Masa menjadi mahasiswa adalah masa-masa mencari pengetahuan. Pengetahuan di sini begitu luas, semakin banyak kita gali maka akan nampak sedikit yang kita ketahui. Oleh karena itu, gunakan semangat berpikir dan rasa ingin tahu yang kuat sehingga kita bisa meraih sesuatu yang kita inginkan atau dalam ranah filsafat akan menjadikan kita bijak dan penuh cinta.
Filsafat dipelajari secara kritis, radikal dan komprehensif. Ini bagus untuk mahasiswa agar tahu bagaimana bertindak, mengambil suatu keputusan secara tepat dan kritis terhadap suatu permasalahan. Melalui filsafat inilah dkita ilatih untuk berpikir secara benar.
Dalam buku Studi Filsafat Umum yang diterbitkan oleh Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Ar-Raniry manfaat filsafat bagi mahasiswa sebagai calon sarjana yang nantinya menjadi pemecah permasalahan di tengah umat bukannya menjadi pembuat masalah dengan pikiran-pikiran yang nyeleneh atau buat aliran yang menyesatkan.
Adapun manfaat itu antara lain: (a) Filsafat dapat membantu untuk memperluas pandangan calon sarjana, (b) Filsafat dapat membantu agar mahasiswa belajar berpikir kritis dan menganalisis masalah-masalah yang tajam, (c) Mengungkapkan pemikirannya dengan jelas dan tepat, (d) Mengerti lebih mendalam dunia dimana kita hidup, (e) Dapat menanamkan kesadaran etis dalam jiwa calon sarjana, (f) Berpikir strategis, dapat berpikir sistematis dan ilmiah dan yang terakhir (g) Mahasiswa mampu berpikir solutif.
Di sela-sela pengajian bersama seorang Syeikh dari Timur-Tengah, penulis menyimak dengan seksama dan beliau mengatakan orang tidak pernah berhasil dalam belajar ialah orang yang malu dan orang yang sombong. Malu di sini ialah malu bertanya tentang pelajaran sehingga wawasan pengetahuan itu tidak bertambah karena malu bertanya. So, agar kita menjadi filosof yang baik maka harus mempunyai rasa ingin tahu yang kuat dan rasa ingin tahu itu ialah dari bertanya dan berpikir. Pikir!!!