Pemilihan Cashless dibanding cash

Dalam perkembangan zaman banyak sekali hal yang berubah. Mulai dari budaya, seni, teknologi, gaya hidup, pola pikir, dan lainnya. Salah satu contoh yang berubah dalam bidang teknologi adalah metode pembayaran. Hal ini cukup berpengaruh dalam kehidupan kita.

Pada zaman sekarang cukup banyak orang yang memilih untuk melakukan pembayaran dengan metode cashless dibanding cash. Di jaman modern yang semakin maju ini, kehadiran cashless sangat memudahkan kita untuk melakukan pembayaran.

Cashless merupakan istilah yang dikenal oleh banyak orang sebagai pembayaran tanpa menggunakan uang cash. Cashless dapat diartikan sebagai dompet digital yang berupa debit, kredit bank, Gopay, OVO, ShopeePay dan masih banyak lagi. Kita dapat melakukan pembayaran digital tersebut melalui smartphone kita masing-masing. 

Dengan menggunakan metode pembayaran cashless ini, kita tidak perlu membawa uang cash begitu banyak saat melakukan pembayaran di kasir jika nominal yang diperlukan cukup besar dan juga dengan cashless, kita dapat menghindari uang fisik kita akan dicuri. 

Selain itu, saat melakukan pembayaran tagihan listrik dan air rumah, kita tidak perlu lagi untuk datang ke tempat pembayaran karena kita dapat melakukan pembayaran tersebut melalui cashless di smartphone kita. Beberapa aplikasi cashless ini juga menyediakan cashback untuk penggunanya sehingga hal ini menjadi faktor mengapa orang lebih memilih cashless dibanding cash

Selain itu, cashless memiliki fitur yang bernama QR-Code. Kehadiran QR-Code semakin memudahkan orang yang membayar dengan via cashless. Hal ini pun juga termasuk ke dalam salah satu faktor mengapa orang lebih memilih cashless dibanding cash saat melakukan pembayaran.

QR-Code adalah metode pembayaran di mana kita hanya perlu melakukan scan barcode yang disediakan oleh penjual melalui kamera smartphone kita. Hal ini sangat menguntungkan kita sebagai pembeli, salah satu contohnya adalah kita dapat lebih menghemat waktu. 

Walaupun cashless memberi kemudahan kepada kita, pastinya cashless juga memiliki kekurangan yaitu adalah terkadang kita perlu membayar biaya administrasi saat melakukan pembayaran antar bank atau aplikasi tersebut. Selain itu, orang yang berlatar belakang kurang mampu dan kurang paham akan teknologi akan kesulitan saat melakukan pembayaran secara cashless

Masalah utama dari pengguna cashless sebenarnya adalah peretasan data. Hal ini terjadi karena jika data kita berhasil diretas, maka uang kita yang ada di dalam rekening bank atau aplikasi akan hilang dalam sekejap. Namun hal ini dapat ditangani jika kita langsung melapor kepada pihak yang berwajib.


Apa itu strukturalisme?

Sadar atau tidak sadar, sejak pandemi Covid-19 berlangsung, penggunaan cashless menjadi semakin banyak karena tidak sedikit toko yang hanya menyediakan pembayaran cashless untuk menghindari kontak fisik antara penjual dan pembeli dan juga meminimalisir virus yang tersebar melalui uang cash. Dengan itu, semua orang harus mengikuti gaya hidup ini dan juga beradaptasi dari pembayaran cash menjadi cashless

Hal ini tentunya menimbulkan strukturalisme. Strukturalisme adalah teori yang awalnya dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure, kemudian tokoh lainnya yang partisipan adalah Levi Strauss, Barthes, Foucault, Lacan, dan Derrida. 

Tokoh filsuf tersebut menyatakan bahwa strukturalisme adalah sesuatu dalam dunia kita yang telah dibangun oleh struktur dan secara sadar atau tidak, kita juga mengikuti hal tersebut. 

Strukturalisme merupakan sebuah pendekatan linguistik yang berdampak luas bagi dunia dalam disiplin ilmu lainnya, bukan hanya dalam ranah bahasa. Secara umum strukturalisme dapat dipahami sebagai sebagaimana struktur kehidupan sosial dan budaya kita terbentuk. Strukturalisme memiliki empat gagasan dasar yaitu Diakronis-sinkronis, Langue-Parole, Sintagmatik-Paradigmatik (Asosiatif), Penanda-Petanda.

Diakronis-Sinkronis merupakan hal yang dianggap penting di dalam strukturalisme, diakronis dipahami sebagai penelitian yang mempertimbangkan aspek sejarah dan sinkronis adalah penelitian menurut unsur yang sezaman tanpa melihat aspek sejarah. 

Dalam Langue-Parole, langue adalah penelitian bahasa yang telah menjadi konvensi dan parole adalah penelitian terhadap ujaran yang dihasilkan secara individual. 

Aspek lainnya adalah hubungan antara Sintagmatik dan Paradigmatik. Sintagmatik merupakan sebuah tampilan struktur dari teks yang nyata sedangkan Paradigmatik adalah paradigm yang muncul sebagai hasil analisa aspek sintagmatik sehingga dapat dinyatakan bahwa paradigmatik merupakan benang merah atau sesuatu yang menghubungkan menjadi satu kesatuan setelah melakukan analisis sintagmatik. Aspek terakhir adalah Penanda-Petanda yang memiliki arti sebuah entitas ganda yang terdiri dari bunyi bahasa dan bunyi dari suatu konsep atau proyeksi mental. 


Mengapa maraknya cashless pada masyarakat menimbulkan strukturalisme? 

Sejak masa pandemi berlangsung, banyak orang yang lebih memanfaatkan teknologi yang semakin maju ini. Walaupun ada orang yang kesusahan dalam mengikuti perkembangan teknologi, yang salah satu contohnya adalah metode pembayaran cashless ini, bagaimanapun ia harus tetap beradaptasi dengan mempelajari bagaimana cara penggunaan cashless di smartphone mereka masing-masing.

Hal tersebut termasuk ke dalam strukturalisme karena mereka harus mempelajari bagaimana cara melakukan metode pembayaran secara cashless. Ferdinand de Saussure dan tokoh filsuf strukturalisme lainnya menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk yang terkungkung dalam struktur yang menyebabkan secara sadar atau tidak, hal ini mempengaruhi kesadaran mereka.

Perubahan metode pembayaran dari cash ke cashless menimbulkan struktur di mana semua masyarakat harus mengikutinya. Secara tidak langsung, orang yang kurang memahami perkembangan teknologi pun juga dipaksa untuk mengikuti perkembangan masa kini, karena jika tidak memahami metode pembayaran cashless, mereka akan kesusahan saat ingin bertransaksi di toko yang hanya menyediakan metode pembayaran secara cashless.    


Akhir Kata

Cashless memang sudah diterapkan oleh sebagian orang sebelum masa pandemi Covid-19. Namun sejak masa pandemi, metode pembayaran secara cashless ini cukup meningkat begitu besar.

Istilahnya secara tidak langsung kita sebagai manusia yang terjebak dalam masa pandemi ini, harus mengikuti gaya pembayaran secara cashless ini karena jika tidak, kita akan kesulitan dalam melakukan pembayaran pada toko yang tidak menyediakan pembayaran secara cash. Sehingga banyak masyarakat yang menjadi strukturalisme karena secara tidak sadar mereka harus beradaptasi mengikuti pembayaran secara cashless.