Peran orang tua sangat penting dalam kehidupan seorang anak, namun apabila peran yang dilakukan salah maka akan berdampak pula pada kondisi seorang anak. 

Orang tua memang sudah banyak hal yang dilalui. Namun, tidak semua orang tua mampu dan paham akan kondisi keinginan dan hal yang terjadi dimasa sekarang. 

Perbedaan zaman yang semakin berkembang, namun pemikiran orang tua yang masih cenderung kolot dan kuno, sangat berpengaruh dalam hal apapun. 

Banyak orang tua yang merasa dirinya benar, padahal tidak semua itu benar. Banyak juga yang salah namun mereka memaksakan anak dengan dalih yang tua yang lebih tau. 

Orang tua sering memaksakan kehendaknya, tanpa mau tau apa keinginan anak. Hal ini lah yang menjadikan bakat seorang anak terpendam dan tidak tersalurkan. 

Banyak orang tua yang masih berpikir sukses itu jika pekerjaan sebagai Pns, padahal sukses yang sebenarnya adalah mampu hidup bahagia tanpa lilitan utang dan masalah keuangan. 

Kehendak orang tua yang bertentangan dengan anak, menjadikan anak tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Menjadikan seorang anak yang takut akan hal yang baru. 

Banyak orang tua juga yang tidak berlaku adil terhadap anaknya, ada rasa khusus dan istimewa untuk anak yang lain, namun menjadikan anak lainnya iri dan berbeda. 

Berbeda perlakuan, berbeda kasih sayangnya. Makanya banyak sekali anak muda yang hilang arah, karena tidak dapat perhatian khusus serta kasih sayang yang cukup di rumah. 

Rumah yang seharusnya menjadi tempat ternyaman seorang anak, malah menjadi tempat paling mengerikan yang membuat anak tidak betah untuk berada di rumah. 

Banyak anak yang akhirnya memilih memberontak, balapan liar, minum minum keras, dan kenakalan lainnya. Bertujuan untuk mencari pelarian di rumah yang tidak sehat. 

Lingkungan sehat sangat mempengaruhi hidup seseorang. Lingkungan yang positif akan menambah akan aura positif yang baik, begitupun sebaliknya. 

Aura positif mendatangkan kehidupan yang sehat dan bahagia, kehidupan yang jauh dari pertengkaran dan masalah yang silih berganti hadir. 

Pertengkaran disebuah keluarga memanglah hal mudah, namun jika terlalu sering maka akan dapat memengaruhi psikis dan mental anak untuk ke depannya. 

Anak yang terlahir dari keluarga rusak atau perceraian, menjadikannya ketergantungan kepada pasangannya, karena mereka tidak mendapat h tersebut di rumah. 

Seorang anak hanya ingin dimengerti dan diberi kepercayaan oleh orang tua. Bukan malah dikekang dan tidak boleh bersosial kepada teman-temannya. 

Yang anak rasakan adalah sedih, takut, tertekan, tidak bebas, terkekang, serba salah, dibanding-bandingkan, namun harus patuh dan tidak bisa melawan. 

Jika ingin bersuara dan berusaha membela diri,  akan dianggap durhaka dan membangkang karena berani melawan, padahal sebenarnya tidak. 

Anak itu sebuah anugrah dan kepercayaan dari Tuhan, yang dijaga dan dirawat dengan sebaik mungkin. Bukan robot yang harus mengikuti semua omongan orang tua. 

Anak, sering kali menjadi sasaran kemarahan orang tua, menjadi korban akan ketidaksanggupan orang tua dalam menahan ego dan amarah.

Racun paling mematikan bagi seorang anak adalah dibandingkan, dibandingkan akan prestasi, akan pekerjaan, akan segala hal yang bahkan anak tersebut sudah lakukan. 

Banyak beban ekspektasi keluarga yang dibebankan oleh seorang anak, anak harus sukses untuk mengangkat derajat orang tua dan menjadi kebanggaan orang tua. 

Setiap anak punya rasa sakit tersendiri, anak pertama dituntut menjadi baik agar memotivasi adiknya, anak tengah dituntut lebih baik dari kakaknya dan contoh untuk adiknya. 

Anak terakhir menjadi harapan terakhir keluarga, mengharuskan nya untuk menjadi lebih baik dari kakak-kakaknya, walaupun hakikatnya ia lebih sering dimanja. 

Yang lebih menyakitkan dari seorang anak adalah, kehilangan sosok dan peran orang tua walaupun keduanya masih ada. Namun, tidak menganggap nya ada. 

Dizaman sekarang, anak sudah kecanduan handphone. Anak sudah jarang bercerita atau mengungkapkan masalah dan beban pikirannya kepada orang tua. 

Bukan karena malu atau apa, tapi karena malas dan tau bahwa itu percuma, tidak ada hasil apa-apa dan hanya akan disepelekan tanpa adanya dukungan dan nasehat. 

Bunda, ayah anakmu ini hanya ingin dipeluk saat menangis, ingin disayang tanpa harus engkau bandingkan, ingin dibanggakan walau masih banyak kekurangan. 

Anakmu ini ingin diperlakukan baik olehmu, ingin diberi kepercayaan olehmu, ingin disayang olehmu, ingin diperhatikan olehmu, dan ingin menjalani hidup apa adanya. 

Terima kasih karena sudah memberikan kehidupan yang begitu hebat, sehingga membuatku menjadi kuat menjalani hidup yang begitu berat. 

Seorang anak tidak akan berani melawan orang tuanya, kecuali orang tua sudah terlalu menyakitinya. Bukan dipukul yang menyakitkan, namun perkataan dan bentakan. 

Seperti racun yang langsung membuat otak rusak, kehilangan rasa percaya diri, selalu overthinking setiap malam, dan menyalahkan diri karena tidak berguna. 

Maaf ayah dan bunda, jika hadirku hanya sebagai beban dalam hidupmu, sebagai sumber masalah dan pembawa sial dalam kehidupan mu. 

Maaf jika belum bisa membahagiakanmu, belom mampu mematuhi segala perintahmu, belom mampu menjadi yang terbaik yang engkau inginkan. 

Aku, hanyalah anak biasa yang rapuh akan hatinya, yang depresi dan kesepian akan dunia yang begitu keras. Anakmu yang hilang arah tanpa tau arah tujuan.