Semua mahasiswa lulusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) maupun lulusan program studi Pendidikan dan Keguruan lainnya diharapkan mampu menjadi guru yang ideal dan profesional di bidangnya. Namun untuk menggapai harapan itu, tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Ada banyak tantangan yang harus dilalui oleh setiap mahasiswa.
Di antara salah satu tantangan tersebut adalah “Praktek Mengajar”. Memang terdengar mudah, tetapi kegiatan ini menjadi pengalaman tersendiri bagi mahasiswa.
Untuk mengetahui bagaimana pengalaman mereka, saya menyebarkan kertas kosong kepada 30 orang mahasiswa, kemudian saya memerintahkan untuk menuliskan pengalaman mereka masing-masing ketika praktek mengajar. Pengalaman mereka sangat beragam dan bervariatif. Berikut saya urutkan satu persatu:
Pertama, gugup. Ini pengalaman nomor wahid yang paling banyak dirasakan oleh mahasiswa, padahal mereka telah mempersiapkan diri tiga hari, bahkan seminggu sebelumnya, tetapi masih saja diguncang rasa gugup.
Rasa gugup ini dapat mengakibatkan mahasiswa yang sedang praktek mengajar tidak dapat mengontrol diri mereka. Maka tidak sedikit dari mereka menjadi terbata-bata dalam berbicara, berkeringat, nafas menjadi kuat berhembus, dan jantung terdengar nyaring berdetak.
Kedua, bingung. Kondisi dan situasi di kelas tidak statis, dapat berubah setiap saat. Kebanyakan mahasiswa yang praktek mengajar menjadi bingung ketika terjadi perkelahian antar siswa, mereka tidak bisa menetralkan suasana.
Kebingungan ini tentu karena sedikitnya jam terbang yang mereka lalui sehingga mereka gagal menyikapi peserta didiknya sendiri. Namun, tetap ada mahasiswa yang cepat menyesuaikan diri dan dapat segera menyelesaikan masalah serta mengelola kelas kembali membaik.
Ketiga, lupa. Lupa ini bisa saja berasal dari rasa gugup, namun bisa pula memang karena lemahnya daya ingat. Beberapa mahasiswa menceritakan bahwa mereka sering terbolak-balik menyampaikan materi, terutama yang terkait dengan urutan atau langkah-langkah tertentu. Begitu pula mengingat angka tahun suatu kejadian sejarah, tanggal dan bulan kelahiran dan kewafatan tokoh tertentu.
Keempat, takut. Sebagian mahasiswa menceritakan bahwa mereka takut bila materi yang disampaikan itu tidak dipahami oleh siswa-siswi dengan baik. Sedangkan sebagian yang lain ketakutan karena tidak berhasil menguasai kelas, sehingga banyak siswa asyik bercerita dengan teman sebangkunya, tanpa memperdulikan apa yang disampaikan oleh mahasiswa yang sedang praktek mengajar.
Kelima, kurang percaya diri. Salah seorang mahasiswa mengaku penyebab ia tidak percaya diri berbicara di depan kelas adalah karena lemahnya penguasaan bahasa Indonesia mereka. Mereka terlalu terbiasa berbicara dengan menggunakan bahasa daerah, sehingga ketika berbicara di depan kelas selalu saja ada bahasa daerah yang terbawa, hingga akhirnya mengundang gelak tawa dari siswa yang diajarnya.
Keenam, sulit. Beberapa orang mahasiswa mengakui kesulitan untuk menyesuaikan antara rencana pembelajaran yang telah dibuat dengan yang mereka praktekkan di kelas, sehingga sering kali tidak sinkron. Masalah ini berimbas pada capaian pembelajaran.
Meski ada banyak pengalaman negatif, namun sebagian mahasiswa mengaku mendapatkan pengalaman positif dari kegiatan praktek mengajar. Beberapa di antaranya adalah:
Pertama, senang. Beberapa orang mahasiswa mengaku bahagia karena dapat benar-benar membagi ilmu dan pengetahuan yang ia miliki kepada siswa-siswi. Kegiatan praktek mengajar itu menurut mereka merupakan langkah konkrit untuk menciptakan guru ideal dan profesional di bidangnya. Bukan sekedar teori yang mengawang-awang di alam khayalan tanpa praktek sedikitpun.
Kedua, membuat mereka murah senyum. Ada mahasiswa yang menuliskan pengalamannya bahwa prektek mengajar justru mengajarkan dirinya untuk menjaga mimik wajah di hadapan orang lain, salah satunya menebarkan senyuman pada siswa-siswi yang ia hadapi. Sehingga para siswa tidak ketakutan dan tegang ketika berhadapan dengan guru yang mengajar di depan kelas.
Ketiga, menambah kenalan. Salah seorang mahasiswa berargumen bahwa penyebab guru tidak dapat mengelola kelas dengan baik adalah karena guru tidak berhasil mengenal muridnya dengan dekat. Jika guru berhasil berkenalan dan menyambung kontak emosional dengan muridnya maka kondisi kelas akan mudah menjadi kondisif dan materi yang disampaikan oleh guru menjadi mudah dicerna oleh murid-muridnya.
Keempat, melatih kesabaran. Karena menghadapi siswa-siswi yang memiliki karekter yang berbeda dan daya tangkap yang tidak serupa maka praktek mengajar memberikan pengalaman untuk dapat bersikap sabar. Guru tidak boleh memaksa murid-muridnya, terkadang mereka usil dengan temannya, terkadang hyper aktif, ada lagi yang lamban mencerana materi yang diajarkan, maka mahasiswa memperoleh tempaan untuk semakin meningkatkan kesabaran.
Dari berbagai pengalaman yang dituliskan mahasiswa di atas, lebih banyak pengalaman negatifnya daripada pengalaman positifnya. Berkaitan dengan ini salah seorang mahasiswa ada yang menyimpulkan bahwa menjadi seorang guru ideal itu sungguh sangat tidak mudah.
Sebab ada banyak aspek yang harus mereka persiapkan dan banyak karekter yang harus mereka hadapi setiap hari. Oleh karena itu, hormati dan hargai jasa seorang guru.