Apa yang membuat manusia dan hewan itu berbeda? Beberapa orang mengatakan karena manusia memiliki akal maka dia pun juga berbeda. Dia bisa berpikir sedangkan hewan tidak bisa. 

Tapi apakah benar-benar hewan tak bisa berpikir? Mereka memiliki otak sama halnya dengan manusia. Berpikir atau tidak, tidak ada yang benar-benar bisa mengetahuinya. Ini hanya masalah fenomena, dimana batasan untuk mengetahui begitu membingungkan kita.

Berpikir membuat kita berimajinasi tapi apakah dengan berpikir kita bisa mengubah seseorang? Dalam kasus mengubah seseorang sebuah ide itu memang perlu sebagai landasan untuk bertindak. Tapi sebuah ide haruslah diakui sebelum menjalankannya. 

Di sinilah perbedaan besar antara manusia dan hewan, manusia butuh pengakuan sedangkan hewan tak butuh untuk diakui. Pengakuan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk meyakinkan dirinya bahwa dia berbeda dari yang lainnya. 

Tidak ada makhluk lain yang butuh pengakuan selain manusia. Kita bisa mengetahui akal sebagai dasar perbedaan antara manusia dan hewan karena ide itu diakui sejauh ini.

Di era dimana media sosial mendominasi dalam kehidupan kita, pengakuan menjadi pusat perhatian dalam membuat popularitas seseorang. Misalnya, jika kita ingin terkenal, paling tidak ada seorang selebgram (selebritas Instagram) yang menyebut nama akun kita baik itu di dalam komentar maupun sebuah postingan. 

Penyebutan ini secara tidak sengaja merupakan sebuah pengakuan. Pengakuan juga kita bisa lihat dengan memamerkan apa yang kita konsumsi baik melalui akun media sosial kita maupun di dunia nyata itu sendiri, produk, makanan, bahkan prestasi pun yang kita pamerkan akan berakhir sebagai pengakuan.

Selain pengakuan, kebebasan juga merupakan hal yang mendasar yang membedakan manusia dan hewan. Bahkan kebebasan dipandang sebagai kutukan. Setidaknya itu yang dikatakan oleh salah satu filsuf eksistensialis Prancis, Jean Paul Sartre. 

Sebelum jauh memandang kebebasan sebagai kutukan, kita perlu mengetahui mengapa kebebasan begitu penting bagi kemanusiaan. Budak dan tuan merupakan salah satu rantai kekuasaan yang dulu pernah ada. Lantas apa hubungannya dengan kebebasan?

Seorang budak belum tentu mengetahui kalau dirinya bisa bebas begitu saja. Mengapa? Karena mereka dipercayai memiliki batasan dan tidak memiliki kebebasan yang sama dengan tuannya. Mereka tak mengetahui kalau mereka bisa bebas kapan saja. 

Pengetahuan akan kebebasan di sini sangatlah penting. Mengakui keterbatasan kita sama saja kita diperbudak oleh keterbatasan itu. Sedangkan para tuan bisa menikmati kemewahan dari kebebasan. Mereka bebas melakukan apa pun yang mereka inginkan. Apa karena mereka memiliki derajat yang lebih tinggi dengan para budak? Tentu tidak.

Spartakus merupakan contoh dari konflik antara budak dan tuannya. Tuan sebagai pemilik budak sedangkan budak hanya mengikuti keinginan sang tuan. Spartakus begitu terkenal karena dia berani melawan para tuan di kerajaan Romawi dulu. Namun, apa yang memicu Spartakus untuk melawan tuannya?

Sebagaimana kita ketahui Spartakus adalah seorang budak dan sekaligus seorang gladiator. Dia terpaksa melawan budak yang lain sesuai keinginan tuannya. Apakah dia dijanjikan sesuatu? Ataukah dia mungkin lelah mengalami kengerian kematian teman-teman sesama budak sehingga dia mulai bertindak melawan?

Namun, apa yang dikatakan Sartre kebebasan sebagai kutukan adalah hal yang menarik. Jika kita melihat apa yang dialami Spartakus, justru kebebasan merupakan sebuah berkah. 

Sartre mengatakan manusia dikutuk bebas karena dia menyadari kalau manusia hidup itu tanpa alasan. Dia mengatakan hal ini dengan jelas melalui idenya bahwa eksistensilah terlebih dahulu dibandingkan esensi.

Sartre lebih jauh lagi dan menjelaskannya melalui dua komponen, pengada yang tidak sadar dan pengada yang sadar. Pengada yang tak sadar merupakan seseorang yang percaya akan takdir. 

Jika seseorang ditakdirkan menjadi seorang pelayan kafe, maka dia tidak akan mencari hal baru yang lainnya. Pengada yang sadar mungkin saja akan mengincar menjadi seorang manajer sebuah perusahaan kafe. 

Namun, ketika dia menyadari dan bosan dengan perannya menjadi seorang manajer, dia akan mencari lagi sesuatu yang baru. Kita bebas, dan tentu saja ada banyak alasan, tapi manakah yang paling pasti?

Kebebasan merupakan hal yang pasti kita miliki sebagai manusia terlepas apakah itu kutukan atau berkah. Namun, yang menjadi masalah yaitu bagaimana kita mengakui kebebasan yang dimiliki oleh orang lain dan juga diri kita sendiri? Kebebasan dan pengakuan adalah dua hal yang dimiliki pasti oleh manusia. 

Kita tidak akan selamanya bebas jika tidak ada yang mengakuinya walaupun secara alami kita tercipta dengan kebebasan. Dan kita akan menjadi budak selamanya jika kita tidak menyadari kebebasan yang kita miliki. Kebebasan begitu sangat berharga bagi setiap manusia. 

Dari jaman Spartakus hingga kini kebebasan merupakan sesuatu yang terus diperjuangkan. Jika kebebasan tidak ada, maka penindasan akan terjadi dimana-mana.