Partisipasi politik ialah bagian dari demokrasi yang memiliki kedudukan sangat penting. Apabila tidak ada partisipasi politik, demokrasi tidak akan berjalan dengan baik. Partisipasi politik ini ialah wujud dari kepedulian tentang politik.
Partisipasi politik ini dapat berupa hak suara dalam pemilu (pemilihan umum), menjadi anggota partai atau kelompok berkepentingan dan membentuk hubungan dengan pejabat-pejabat yang berwenang.
Partisipasi politik memiliki tujuan untuk mempengaruhi pemerintah dalam pengambilan keputusan. Hal ini bisa dilakukan dengan spontan ataupun berkesinambungan secara damai maupun kekerasan, efektif, ataupun tidak efektif.
Garis besar dari tujuan partisipasi politik ialah pemenuhan hak keinginan rakyat pada kebijakan yang akan ataupun telah diputuskan oleh pemerintah sehingga hal ini bisa menjadi pertimbangan pemerintah apakah sudah memenuhi keinginan masyarakat atau belum.
Generasi millennial adalah generasi yang dikenal dengan generasi Y, yaitu merupakan generasi yang hidup pada era berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi. Generasi millennial merupakan generasi yang dianggap apatis terhadap politik.
Apatisme politik merupakan sikap yang dimiliki orang yang tidak berminat dan tidak punya perhatian pada orang lain, situasi, baik gejala-gejala umum atau khusus yang ada dalam masyarakat.
Menurut data dari EACEA (2012) menyebutkan bahwa generasi millennial ini relative sangat sedikit yang mau bergabung dalam partai politik. Mereka cenderung memilih menjadi warga negara biasa dan justru memilih tindakan golput saat pemilu berlangsung.
Banyak alasan yang menjadikan generasi millennial ini cenderung apatis terhadap politik, diantaranya ialah:
- Pengalaman politik di masa sebelumnya yang menyebabkan kekecewaan terhadap politik, sikap para politisi yang merusak kepercayaan dari masyarakat,
- janji-janji pada masa kampanye yang akhirnya tidak terealisasikan
Alasan-alasan tersebut menimbulkan rasa tidak peduli terhadap politik, memunculkan pola pikir mau peduli atau tidak akan sama saja hasilnya mengecewakan. Hal-hal inilah yang bisa menyebabkan keengganan masyarakat untuk berdemokrasi, mau itu berujung hal baik ataupun tidak baik.
Berbicara tentang partisipasi politik, partisipasi politik pada era sekarang dan era sebelumnya sangatlah jauh berbeda. Partisipasi politik dahulu terbilang masih konvensional dengan cara melakukan aksi demonstrasi turun ke jalan demi menyampaikan aspirasi.
Memang aksi ini masih ada hingga sekarang, namun cenderung lebih sedikit daripada sebelumnya.
Partisipasi politik sekarang ini lebih banyak dilakukan melalui internet dan juga media online. EACEA (2012) menyebutkan bahwa partisipasi politik generasi millennial memiliki sifat yang cenderung lebih individual, spontan, berdasarkan isu tertentu, dan kurang terkait dengan perbedaan sosial.
Walaupun generasi millennial banyak dianggap apatis dengan politik, tetapi juga sebagian generasi millennial aktif terhadap politik. Generasi millennial kurang tertarik dengan partisipasi politik secara konvensional dengan berbagai alasan.
Oleh karena itu, mereka lebih menyukai partisipasi politik di media sosial atau media online.
Tujuan dari partisipasi politik secara online ialah dengan adanya media sosial, informasi dapat tersebar secara luas dengan cepat dan dalam menyampaikan informasi politik sarana yang dibutuhkan sangat mudah. Lingkungan media sosial sangatlah mendorong partisipasi politik generasi millennial.
Banyak kegiatan yang membantu generasi millennial dalam mengambil keputusan politik salah satunya ialah diskusi tentang politik di ruang media sosial.
Selain memiliki efikasi dari pribadi masing-masing, faktor lingkungan dan pengalaman baru juga merupakan faktor generasi millennial untuk mengikuti partisipasi politik baik secara online maupun offline.
Dinamika politik yang sangat dinamis dengan tingkat perubahan yang sulit diprediksi membuat siapapun yang terjun ke dunia politik harus memiliki pengetahuan yang cukup serta analisa-analisa yang tepat dalam memprediksi keadaan fenomena politik yang sangat dinamis.
Melihat perkembangan politik di Indonesia saat ini, dapat dilihat beberapa tantangan generasi millennial ketika berpartisipasi di dunia politik, seperti hoaks, ujaran kebencian, kurangnya edukasi yang baik, serta mencuatnya politik identitas yang sangat berbahaya bagi kebhinekaan bangsa Indonesia.
Tantangan yang muncul dalam proses ini haruslah disikapi dengan bijaksana dan santun sehingga pendidikan etika sangat penting ditanamkan bagi generasi sekarang.
Selain tantangan, banyak juga hambatan yang muncul ketika generasi millennial ini aktif terjun di dalam dunia politik, seperti faktor usia, pengalaman, serta senioritas.
Dari pemaparan-pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa generasi millennial merupakan aset yang berharga yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Generasi millennial saat ini memiliki momentum yang sangat luas, salah satunya adalah dalam hal partisipasi politik di Indonesia.
Keaktifan generasi millennial ini akan mengubah arah laju perpolitikan Indonesia ke arah yang identik dengan habit generasi ini. Generasi millennial lebih menyukai partisipasi politik dengan cara yang berbeda seiring berkembangnya jaman.
Media sosial telah digunakan secara luas oleh anak-anak generasi sekarang karena di dalam media sosial mereka dapat saling berkomunikasi dan bertukar informasi secara nyaman tanpa harus memperlihatkan atribut-atribut kepribadian mereka secara terbuka.