Terjun dalam kegiatan sosial dan menjadi seorang relawan mungkin bagi sebagian besar orang di era milenial seperti sekarang ini merupakan kegiatan yang sangat merepotkan. Bagaimana tidak, menjadi seorang relawan harus menyediakan banyak waktu, tenaga, serta pikiran. Hal itu bukan tanpa sebab, karena dalam kegiatan di lapangan seorang relawan akan menghadapi banyak persoalan.

Banyaknya persoalan yang akan dihadapi seorang relawan terlebih lagi apabila harus dihadapkan dengan keadaan bencana ataupun konflik. Beratnya medan yang harus ditempuh, terpencinya letak daerah yang dibantu, kondisi korban yang memerlukan tindakan darurat merupakan segelintir persoalan yang harus bisa diatasi oleh seorang relawan.

Seorang relawan harus bisa beradaptasi dengan segala keadaan ditempat dimana ia ditugaskan. Seorang relawan harus tanggap apabila ada keadaan darurat serta harus bisa beradaptasi dengan kondisi yang serba terbatas.

Walaupun dengan keadaan tersebut seorang relawan dituntut untuk profesional, totalitas, serta dengan penuh tanggung jawab dalam mengemban tugasnya tanpa mengharapkan imbalan. Bahkan sering kita dengar banyak relawan yang sampai mempertaruhkan nyawa mereka demi mengemban tugas dengan penuh tanggung jawab.

Memang mendengar keadaan, persoalan, serta resiko yang dihadapi seorang relawan membuat sebagian besar orang enggan menjadi seorang relawan dan terjun dalam kegiatan tersebut. Namun ada juga segelintir orang yang secara suka rela memenuhi panggilan hatinya menjadi seorang relawan. Dan saya adalah salah seorang dari segelintir orang yang tertari menjadi seorang relawan.

Senin (12/2/2018) terjadi bencana banjir di Kabupaten Brebes. Banjir tersebut disebabkan oleh meluapnya sungai Pemali hingga membuat tanggul disungai tersebut jebol. Banjir merendam 3 kecamatan di Kabupaten Brebes. Tiga kecamatan yang terendam banjir antara lain: Jatibarang, Wanasari dan Brebes.

Bencana banjir tersebut mengakibatkan kerugian yang cukup besar. Puluhan rumah serta kantor instans mengalami kerusakan, terjadi pemadaman listrik hampir diseluruh wilayah Kabupaten Brebes, kurangnya ketersediaan air bersih serta tersendatnya akses jalur pantura Brebes – Tegal akibat dari bencana banjir tersebut.

Bukan hanya kerugian material saja yang diakibatkan banjir tersebut. Banjir yang terjadi di Kabupaten Brebes juga mengakibatkan dua orang warga tewas karena hanyut oleh derasnya arus sungai saat banjir dan puluhan warga mengalami luka – luka akibat tertimpa puing bangunan yang roboh akibat banjir.

Mendengar berita bencana banjir tersebut kami dan teman – teman mahasiswa yang tergabung dalam KSR ( Korps Suka Rela ) PMI Universitas Pancasakti Tegal terpanggil untuk terjun menjadi relawan untuk membantu menanggulangi bencana banjir tersebut.

Kami KSR PMI Universitas Pancasakti Tegal menjadi relawan dibawah naugan PMI Kota Tegal dan kami bekerja sama dengan pihak TNI dan POLRI. Kami ditugaskan untuk membantu pendistribusian bantuan dan membantu para korban banjir terutama anak – anak yang mengalami trauma karena bencana tersebut.

Di lapangan kami membantu pendataan serta mendistribusikan berbagai bantuan yang kami terima dari berbagai pihak di seluruh Indonesia. Berbagai jenis bantuan kami terima seperti: bantuan makanan, pakaian, dan obat – obatan. Kemudian bantuan tersebut kami data dan salurkan secara merata sehingga semua warga yang membutuhkan dapat menerima bantuan tersebut.

Dibantu pihak TNI dan POLRI kami mendirikan sekolah darurat. Sekolah darurat tersebut didirikan menggunakan tenda dari KODIM Kabupaten Brebes. Sekolah darurat tersebut bertujuan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan serta menghibur dan mengembalikan semangat anak – anak korban banjir.

Disamping mengajarkan ilmu pengetahuan seperti di sekolah umum, kami juga memberikan berbagai kegiatan yang menyenangkan agar anak – anak korban banjir semakin antusias dan semangat mengikuti kegiatan yang kami berikan di sekolah darurat.

Kami mengajarkan ilmu pengetahuan di sekolah darurat dengan cara memberikan permainan yang menyenangkan. Kami juga mengajak mereka bernyanyi dan menari untuk menghibur mereka. Hal tersebut membuahkan hasil dan membuat mereka bahagia walaupun mereka tengah dilanda musibah.

Tidur di tenda yang panas dan pengap secara beramai – ramai, kondisi lingkungan yang kotor, terbatasnya segala hal memang tidak nyaman baik bagi korban banjir maupun bagi relawan. Namun, inilah kondisi yang terjadi saat itu. Di tengah duka yang sedang dihadapi para korban banjir serta suasana yang serba tidak nyaman, saya mendapatkan banyak pelajaran yang sangat berharga.

Melihat bantuan yang dari berbagai pihak serta banyaknya relawan dari daerah lain yang datang membantu tanpa memandang suku, agama, ras, serta status sosial menyentuh kalbu saya. Saya sangat takjub melihat hal tersebut lalu merenungkannya.

Saya sadar bahwa banyaknya perbedaan bukanlah hal yang seharusnya menciptakan perpecahan. Namun, perbedaan adalah pemersatu dan pemberi warna serta membuat harmoni yang indah dalam kehidupan ini.

Saya percaya bahwa tidak ada satu agama pun yang mengajarkan kita untuk menciptakan perpecahan dan konflik. Semua agama pasti mengajarkan kita untuk menciptakan kerukunan serta kedamaian dalam kehidupan.

Semua agama pasti mengajarkan berbuat baik kepada setiap manusia tanpa memandang perbedaan yang ada. Negara Indonesia sendiri sudah berdiri dengan perjuangan berbagai golongan termasuk berbagai golongan agama serta kebudayaan.

Keberagamaan agama dibalut dengan keberagaman kebudayaan berhasil mempererat persatuan di Indonesia sejak dahulu. Sejak dahulu budaya di Indonesia sudah mengajarkan untuk hidup tolong – menolong kepada setiap manusia. Namun, beberapa waktu ini perbedaan yang ada justru dijadikan bahan untuk memecah persatuan.

Beberapa waktu ini banyak tersebar isu – isu tentang SARA yang digunakan oleh beberapa orang yang tidak bertanggung jawab untuk memecah persatuan serta menimbulkan kekacauan terutama di Indonesia. Hal ini memang bertentangan dengan apa yang telah diwujudkan serta menjadi cita – cita pendiri bangsa yaitu bangsa Indonesia yang rukun dalam perbedaan yang ada.

Bhineka Tunggal Ika harusnya dijadikan cerminan bagi kita bangsa Indonesia agar bisa selalu menerima semua perbedaan yang ada di Indonesia karena sejatinya negara Indonesia ini berdiri karena persatuan dari setiap perbedaan yang ada sehingga tercipta persatuan bangsa yang kokoh dan kerukunan kehidupan berbangsa.

Salah satu bentuk persatuan yang dapat dilakukan adalah solidaritas kita sesama bangsa Indonesia untuk menolong saudara sebangsa yang sedang tertimpa musibah dimanapun mereka berada tanpa terhalang oleh setiap perbedaan yang ada.

Rasa kemanusiaan dan persatuan merupakan suatu panggilan bagi beberapa orang untuk terjun membantu saudara sebangsa yang sedang memerlukan uluran tangan. Sebagai bangsa Indonesia kita di ibaratkan sebuah tubuh. Bila salah satu anggota tubuh yang sakit maka anggota tubuh yang lain juga akan merasa sakit.

Dibawah naungan sang merah putih dan atas rasa kemanusiaan kami relawan kemanusiaan akan selalu siap menunaikan tugas membantu saudara kami terutama saudara sebangsa dimanapun mereka berada tanpa terhalangi setiap perbedaan yang ada karena kita semua mempunyai derajat sama dimata tuhan.

Rintangan apapun yang menghalang akan kami lewati demi menjawab panggilan kemanusiaan serta panggilan dari mu sang Ibu Pertiwi.