Lontong kupang atau kupang lontong merupakan makanan tradisional khas daerah Sidoarjo, Jawa Timur. Kabupaten yang dijuluki sebagai Kota Udang dan juga disebut sebagai Kota Delta karena wilayahnya terletak di atas delta atau dataran hasil sedimentasi dari aliran Sungai Brantas.
Meski bentuk dari sedimentasi, wilayah Sidoarjo cukup luas mencapai sekitar 71.424,25 hektar (Ha) dengan ketinggian sekitar 0 hingga 25 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Julukan Kota Udang juga melekat pada Kabupaten Sidoarjo karena mayoritas hasil tambaknya adalah udang dan bandeng. Itu juga alasan lambang logo Kabupaten Sidoarjo ada gambar udang dan bandeng.
Kupang adalah hewan laut sejenis kerang kecil yang memiliki ukuran sebesar beras atau biji kedelai. Hewan ini bisa ditemukan di pinggiran pantai atau lumpur berair asin serta hidup di daerah berombak kecil.
Bahkan, saat musim hujan dan keadaan ombak di pesisir pantai kecil, jumlah kupang yang ada di perairan pantai yang berlumpur menjadi lebih banyak. Tetapi saat musim kemarau, jumlah kupang justru lebih banyak daripada saat musim hujan.
Tidak semua jenis kupang dapat diolah menjadi lontong kupang, jenis kupang yang biasa dijadikan lontong kupang yaitu kupang putih (Corbula faba Hinds). Ada juga kupang merah (Musculitas Senhausia), namun harganya lebih mahal daripada kupang putih.
Kupang memiliki banyak kandungan yang baik bagi tubuh seperti Fe (zat besi) dan Zn (zinc). Zat besi diperlukan tubuh untuk pembentukan sel-sel darah merah. Sedangkan zinc merupakan komponen penting beberapa enzim untuk sistem metabolisme tubuh.
Kupang putih mengandung 12,31% LNA (asam linoleat), 6,52% EPA, dan 6,61 DHA. Asam lemak esensial omega-3 membentuk komponen yang melancarkan transportasi oksigen dan nutrisi makro (protein, lemak, dan karbrohidrat) ke dalam sel-sel tubuh.
Sehingga dapat membantu pembuangan produk sisa metabolisme seperti karbondioksida dari sel. Sedangkan EPA sangat efektif mengurangi kerusakan otot.
Untuk mengolah kupang juga terbilang cukup mudah, cuci bersih kupang lalu rebus hingga matang. Setlah itu tumis bawang putih yang telah dihaluskan, tunggu hingga tercium bau harum. Setelah tercium bau harum, tambahkan air putih dan tunggu hingga air mendidih. Lalu masukkan kupang yang telah direbus.
Sajian lontong kupang ini terdiri dari lontong, kupang, lentho dan sate kerang. Tak lupa juga bawang putih goreng, gula jawa, garam, dan petis yang diuleg dan dicampur dengan kuah kaldu rebusan kupang. Untuk menambahkan kenikmatan rasa, dapat ditambahkan perasan jeruk nipis.
Sajian kuliner khas Sidoarjo ini sangat khas akan cita rasanya. Kuahnya yang gurih dan berpadu dengan petis khas Sidoarjo yang kuat aroma udangnya. Lentho yang terbuat dari singkong yang diparut dan kacang tolo menambah sensasi renyah pada sajian lontong kupang.
Kurang rasanya apabila menikmati lontong kupang khas Sidoarjo ini tanpa es kelapa hijau atau es degan yang biasanya disajikan dengan tempurung kelapanya juga. Es kelapa hijau ini dapat menetralkan aroma amis pada olahan kupang.
Bagi orang yang belum terbiasa dengan makanan laut ini, kemungkinan akan merasa sedikit mual ataupun pusing, solusinya meminum es kelapa hijau yang dapat mengurangi alergi.
Kebanyakan penjual lontong kupang berasal dari Desa Balongdowo, Kecamatan Candi, Sidoarjo. Desa Balongdowo merupakan desa yang mana penduduknya Sebagian besar nelayan yang menangkap kupang.
Sejarah asal-usul lontong kupang tidak dapat ditelusuri, namun berdasarkan penelitian Rahma Sasi Safrida dan Dwi Kristiastuti Suwardiah dalam “Sejarah dan Keberlanjutan Kupang Lontong di Kabupaten Sidoarjo” di Jurnal Tata Boga Vol. 5, No. 3, 2017, lontong kupang bermula dari Desa Balongdowo yang diwariskan turun-temurun.
Menurut kepercayaan masyarakat Balongdowo, keberadaan kupang di laut yang melimpah erat kaitannya dengan Dewi Sekardadu, dewi kemakmuran. Dewi Sekardadu adalah seorang putri dari Blambangan yang meninggal di laut. Jasadnya ditemukan oleh nelayan kupang dari Balongdowo.
Sejak itu, para nelayan kupang melakukan upacara Nyadran setiap bulan Maulud, menjelang Ramadhan. Mereka meyakini Dewi Sekardadu menjaga keberadaan kupang agar dapat diambil dan dikonsumsi warga Balongdowo.
Keberadaan lontong kupang bisa dijejaki dari cerita para tetua di Sidoardjo “Saya tanya 10 orang tua di Sidoardjo. Usia mereka di atas 70 tahun. Mereka semua menjawab bahwa kupang lontong itu sudah ada sejak mereka kecil. Lontong kupang kemudian merambah ke Surabaya.
Bahkan, dalam Soerabaia Tempo Doeloe Volume 1, Dukut Imam Widodo menyebut lontong kupang sebagai salah satu makanan khas Surabaya yang sudah berusia lama. Seminggu sekali dia menyantap lontong kupang di Kenjeran (Surabaya) atau Sidoarjo.
Karena karakteristiknya, Lontong Kupang juga menjadi salah satu warisan budaya di bidang kuliner nasional yang berasal dari Jawa Timur. Oleh karena itu, wisatawan yang singgah di Jawa Timur khususnya di Sidoarjo tidak boleh melewatkan kesempatan untuk mencoba sepiring Lontong Kupang.