Banyak sumber dan data sejarah yang mengemukakan tentang asal mula masyarakat Jawa yang berbeda. Buku “Dunia Mistik Orang Jawa, Roh, Ritual, Benda Magis” yang ditulis oleh Suyono dijelaskan bahwa menurut beberapa tulisan kuno mengenai Jawa, asal usul tanah Jawa baru diketahui agak jelas dari cerita mengenai kedatangan seorang Brahmana dari India yang bernama Empu Sekala atau dikenal sebagai Aji Saka.

Menurut Sejarawan Belanda, Olihaf yang berjudul asli Punika Serat Babad tanah Jawi wiwit saking Nabi Adam damenangi ing tahun 1647, artinya Babad tanah jawa mulai dari Nabi Adam sampai pada taun 1647, menjelaskan bahwa yang menjadi bapak moyang orang Jawa sekaligus rajanya ialah batara Wisnu.

Menurut catatan sejarah pada sekitar tahun 2500-1500 SM, Nusantara kedatangan gelombangan pendatang dari ras mongoloid serta tahun 300 SM kedatangan pendatang dari Asia Selatan dan Asia Tengah. Kelompok Migrasi tersebut mewarnai peradaban di pulau Jawa mereka berinteraksi dengan penduduk lokal dan membentuk bangsa yang baru.

Masyarakat Jawa Berdasarkan Peta Sosiologis

Masyarakat yang tinggal di bagian tengah dan timur pulau Jawa. Sub sukunya adalah osing, tengger, pedalungan. Suku lain yang ada yakni sunda, badui, betawi, madura. Pulau jawa berciri Argaris pertanian. Sebagian besar penduduknya adalah petani dan tinggal di desa-desa. Para petani jawa kebanyakan menyebut dirinhya Wong Cilik (Kawula). 

Masyarakat Jawa berciri feodal dan masyarakat jawa dibedakan dalam dua golongan yakni kawula (rakyat biasa) dan kaum priyayi (bangsawan, pehawai dan kaum intelektual).

Sebaran Suku Jawa di Nusantara

Suku Jawa adalah suku terbesar dari segi populasi di Indonesia, diperkirakan jumlahnya mencapai 85-100 juta jiwa (baik asli maupun keturunan). Suku Jawa terpusat di propinsi Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur. Persebaran lainnya ada di pantai utara Jawa Barat dan Banten (dari pesisir Serang sampai Cirebon).

Propinsi-propinsi bagian selatan Sumatra juga ada suku Jawa seperti Bengkulu (25%), Sumatra selatan dan yang terbesar di propinsi Lampung (Lebih dari 60%). Kemudian pula mempunyai persentase diatas 20% di Sumatra Utara,600 ribu orang di Aceh dan Sumatra barat (dengan kosentrasi terbesar di kabupaten Dharmasraya sebanyak 25% dari penduduk kabupaten).

Daerah-daerah transmigrasi dibagian wilayah dikalimantan,sulawesi hingga papua. Hampir setiap wilayah Indonesia dapat dijumpai orang jawa (baik asli maupun pendatang). 

Masyarakat Jawa menurut  Clifford Geertz

Masyarakat jawa dibedakan dalam itensitas pengantur agama : Santri, Abangan, dan Priyayi. Pertama Masyarakat Santri. Masyarakat Santri disebut kelas penganut Rukun Islam, dan eklusif tinggal bersama dalam wilayah kauman. Biasanya masyarakat Santri tinggal di dekat pesantren, masjid. Selain itu di sekitar masjid ada pasar yang biasanya masyarakat Santri berjualan. 

Kedua masyarakat Abangan. Masyarakat aabangan orang Jawa kebanyakan tidak sepenuhnya menjalankan rukun islam, cara hidupnya dipengaruhi tradisi jawa pra islam (Animisme dan kejawen). Misalnya budaya Sunat. Budaya sunat atau dalam bahasa jawa di sebut dengan selam adalah tanda bahwa masyarakat tersebut sudah masuk Agama Islam. 

Ketiga, masyarakat priyayi. Masyarakat priyayi adalah keturunan bangsawan dan kaum terpelajar. Masyarakat priyayi di bedakan dengan wong cilik atau rakyat jelata, dalam  bahasa jawa disebut dengan kawula alit. Umunya mereka (masyarakat priyayi) adalah penganut Hindu Jawa dan Kejawen (semacam kepercayaan dari kebudayaan Jawa)

Masyarakat Jawa juga dapat di bedakan dalam budaya spiritual berdasarkan sejarah. Budaya pesisiran dan Budaya pedalaman (Yogyakarta dan Surakarta) yang biasa disebut dengan budaya kejawen. Kaum priyayi masuk dalam kelompok budaya kejawen karena ikut mengembangkan budaya tradisional jawa (nyadran, ruwatan, slametan, tari, gamelan, wayang kulit, dan lain-lain).

Masyarakat Jawa melalui Keluarga.

Secara umum, garis keturunan dalam masyarakat jawa adalah patrilineal. Kekerabatan dan keturunan dari ayah dan ibu memiliki hak yang sama, termasuk dalam pewarisan. Keluarga inti adalah ayah, ibu, dan anak-anak (kekerabatan dasar/nucleus family). Anak laki-laki cenderung lebih di prioritaskan dari pada anak perempuannya.

Setiap anggota punya kewajiban menjaga ikatan kekeluargaan dengan perhatian, dan dukungan bantuan yang maksimal (tenaga, dana, dan lainnya). Melalaikan keluarga adalah tindakan tercela dan kesalahan besar. Hal ini nampak pada setiap keluarga Jawa selalu anak selalu bergantung apa yang dikatakan oleh orang tua. Jika tidak maka anak tersebut melawan dan biasanya dihukum oleh orang tuanya. 

Bahasa Jawa sebagai bahasa Orang Jawa

Suku Jawa sebagian besar menggunakan bahasa hawa dalam bertutur kata sehari-hari. Dalam sebuah survei yang diadakan tempo awal tahun 1990-an, kurang lebih hanya 12% orang Jawa yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa mereka sehari-hari, sekitar 18% menggunakan bahasa Jawa dan Indonesia secara campur dan selebihnya hanya menggunakan bahasa Jawa saja (70%).

Bahasa Jawa memiliki aturan perbedaan kosa kata dan intansi berdasarkan hubungan antara pembicara dan lawa bicara yang dikenal dengan unggah-ungguh, aspek, kebahasan memilikii pengaruh sosial yang kuat dalam budaya Jawa dan membuat orang Jawa biasanya sangat sadar akan status sosialnya di masyarakat. 

Basa Jawa adalah salah satu bahasa rumpun Austronesia yang dituturkan oleh masyarakat Jawa di Indonesia dan berbagai wilayah lainnya. Berdasarkan jumlah penutur dan wilayah sebarnya, bahasa jJwa merupakan salah satu bahasa terbesar di dunia dengan jumlah penutur asli sekitar 80 juta orang, dan merupakan bahasa lokal terbesar dan terbanyak penggunaanya di Indonesia.

Basa Jawa atau bahasa Jawa sangat beragam, dan keragaman ini masih terpelihara sampai sekarang, baik karena dituturkan maupun melalui dokumentasi tertulis. Dialek geografi, dialek temporal, dalam bahasa Jawa sangat kaya sehingga sering kali menyulitkan orang yang mempelajarinya.

Berbagai dialek bahasa Jawa adalah dialek Yogyakarta-Surakarta, Cirebonan, Tegal- Bayumasan, Kedu, Pesisiran, Suroboyoan, tengger, pedalungan, dan Osing. Dialek digunakan untuk memiliki ciri khas di setiap daerah. Dengan dialek setiap orang tahu bahwa orang tersebut berasal dari kota tersebut atau bukan. Setiap dialek akan berbeda satu daerah dengan daerah yang lain.

Ada tiga tingkatan dalam bahasa Jawa. Pertama basa Jawa Ngoko. Kedua basa Jawa Madya, dan ketiga basa Jawa Krama alus. Basa Jawa Ngoko biasanya digunakan untuk bertatap muka dengan orang sama umurnya. Misalnya dengan teman sebaya. Sedangkan basa Krama Madya biasanya digunakan untuk orang yang lebih tua atau orang yang belum dikenal. Ketiga basa Krama alus biasanya  digunakan untuk orang yang lebih tua seperti orang tua. 

Dengan demikian melihat sejarah orang Jawa tentu sangat luas dan sangat beragam versi. Masyarakat Jawa bukan hanya ada di pulau Jawa tetapi ada di berbagai daerah di Indonesia. maka dengan banyaknya orang Jawa semua masyarakat bisa mengenai budaya Jawa yang juga budaya Indonesia.