Gempa bumi berkekuatan magnitude 6,1 Skala richter mengguncang Samudra Hindia Selatan Jawa, 23 Januari 2018 sekitar pukul 13.34 WIB. Lokasi pusat gempa terjadi di laut pada jarak 43 KM arah selatan Muarabinuangen Kabupaten Lebak Banten kedalaman 61 KM sebagai dilansir di laman VIVA.com (24/01/2018).
Getaran gempa tersebut terasa hingga Bogor, Depon, Banten, DKI Jakarta dan sebagian kecil Jawa Tengah. Pada saat kejadian, kondisi masyarakat sedang melakukan berbagai aktivitas bahkan ada sedang tidur siang. Seketika masyarakat berhamburan keluar menyelamatkan diri karena panik dan kaget merasakan getaran yang cukup kuat.
Akibatnya, di Kabupaten Lebak sedikit 500 rumah rusa. Korban jiwa masih pendataan dinas terkait sampai beberapa bangunan umum seperti rumah Ibadah, lembaga pendidikan mengalami roboh bahkan rusak berat.
Pada saat yang bersamaan, mengutip berita dari VIVA.com, gempa bumi juga melanda Negeri Paman Sam, Amerika Serikat dengan kekuatan 7,9 Skala richter. Beberapa ahli mengatakan ada kaitan antara gempa yang terjadi di Lebak Banten dengan gempa yang menimpa Amerika Serikat.
Di mana pun dan kapan pun kejadian gempa yang menimpa berbagai wilayah dan negara tersebut, pada hakikatnya Tuhan sedang memberikan pelajaran penting kepada seluruh umat manusia bahwa gempa yang terjadi di Lebak kemarin bukan hanya ditujukan untuk masyarakat Kabupaten Lebak saja, tetapi Indonesia dan dunia pada umumnya.
Meski secara sains, gempa tersebut diakibatkan gerak antar lempeng bumi yang kita kenal dengan sebutan gempa tektonik, namun tetap saja hal itu menjadi pertanda penting bagi keberlangsungan hidup di muka bumi ini.
Semua Ciptaan Tuhan tak Sia-sia
Tuhan menciptakan segala sesuatunya mempunyai hikmah dan maksud tersendiri. Di bulan januari-Februari misalnya, Tuhan memberikan kasih sayangnya berupa hujan ringan. Ringan atau lebat, hujan mempunyai manfaat bagi kehidupan umat manusia.
Salah satu manfaat yang bisa kita dapatkan, seperti tanaman menjadi tumbuh, membantu proses penyerbukan, menyuburkan tanah, menyimpan cadangan air di dalam tanah sampai mengisi waduk yang membutuhkan air yang cukup banyak.
Belum lagi untuk kebutuhan sehari-sehari, seperti mandi, mencuci, masak, berwudlu dll. Walaupun dalam perkembangannya, hujan ada yang menimbulkan banjir. Namun banjir tersebut, bukan sebab karena hujan yang lebat tetapi karena jalan air yang dilaluinya sudah mengalami penyempitan atau tersumbat oleh sampah-sampah yang di buang ke sungai.
Contoh lain, gempa yang menimpa warga kabupaten Lebak Banten (23/01/2018) dengan kekuatan 6,1 Skala richter mempunyai pelajaran penting yang bisa diambil hikmahnya. Pada saat kejadian gempa, semua manusia pasti akan mengalami ketakutan.
Dalam pandangan Ilmu Kesehatan dan Psikologi, ketakutan yang berlebihan justru akan berdampak buruk pada kesehatan seseorang. Menurut plpakar kesehatan, kebanyakan pasien jaman sekarang banyak penyakit yang ditimbulkan dari penyakit kejiwaan. Salah satunya yaitu masalah ketakutan.
Ketakutan akan masa depan, ketakutan akan kehilangan pekerjaan termasuk takut akan kehilangan nyawa pada saat terjadi gempa adalah hal sangat wajar namun seyogyanya hal tersebut tidak berlebihan. Berlindunglah pada Tuhan yang memberikan ketenangan dari segala masalah yang membuat kita jadi ketakutan.
Di sisi lain, ketakutan menjadi lahan profesi para psikiater dan psikolog untuk memberikan penghasilan. Dari lahan tersebut kemudian melahirkan lahan-lahan berikutnya. Misalnya, Dosen psikologi, Dekan Fakultas Psikologi, Psikolog, Psikiater dll.
Bagi suatu Universitas yang membuka Fakultas Psikologi tentunya menarik minat mahasiswa psikologi. Dari adanya mahasiswa psikologi kemudian membutuhkan Dosen yang ahli psikologi. Setelah mahasiswa psikologi lulus dari masa studinya selama kurang lebih empat tahun kemudian melahirkan para ahli psikologi yang akan dipergunakan di berbagai instansi.
Baik instansi pemerintah atau swasta maupun instansi-istansi yang membutuhkan keahlian dalam bidang ilmu psikologi. Belum lagi ketika buka praktik secara mandiri akan membuka peluang pekerjaaan bagi orang lain. Misalnya, tukang parkir, rumah makan, tukang kebersihan, tukang masak sampai petugas security.
Begitupun gempa tsunami Aceh dan sekitarnya 2004 silam yang menelan korban ribuan orang, telah menarik banyak ilmuan untuk memasang perangkat peringatan dini tsunami untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
Pendidikan dalam Kegempaan
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (QS. Ar-Ruum: 41).
Ayat di atas menjelaskan bahwa kerusakan di daratan dan dilautan karena ulah manusia. Kerusakan hutan Sumatera dan Sulawesi misalnya akibat keserakahan manusia yang menebang hutan secara illegal bahkan ditaksir illegal loging mencapai sekitar 16 triliun.
Angka yang cukup besar yang dapat digunakan untuk membangun jalan tol di era Pemerintah Jokowi-JK ini. Dari penebangan hutan, daya serap air menjadi kurang yang pada akhirnya bisa menimbulkan banjir bandang seperti Banjir bandang Wasior di Papua 2013 silam.
Kejadian tersebut ditengarai karena ada pemalakan hutan besar-besaran sehingga mengakibatkan hutan gundul dan ketika turun hujan, air masuk ke pori-pori tanah tanpa diserap oleh tumbuh-tumbuhan yang menjadikan bumi papua banyak memakan korban.
Belum lagi penjarahan hasil tambang emas lewat kontrak kerja antara Amerika dengan Indonesia yang dinilai banyak merugikan masyarakat pribumi. Sementara pribumi hanya kebagian lumpurnya dan ironisnya ketika masyarakat papua memanfaatkan lumpur untuk didulang emasnya, ditembakin oleh para penjaga PT. Freeport.
Alhasil di mana keberuntungan kaum pribumi di sana. Belum lagi baru-baru ini tragedi campak dan kelaparan yang menimpa warga papua sana.
Dari sini kita belajar bahwa kejadian apa pun yang menimpa kita semua mempunyai hikmah untuk dipelajaran. Dari gempa kita belajar untuk menjadi orang yang selalu waspada.
Dari gempa kita belajar untuk menjadi orang sabar atas musibah yang terjadi. Dan dari gempa kita belajar pentingnya membantu sesama saudara-saudara yang terkena musibah.
Dengan kata lain, kita diajak untuk peduli, berempati dan bersimpati terhadap umat manusia tanpa memandang agama, ras, suku atau golongan tertentu, dan itu adalah perwujudan agama yang rahmatan lil alamin.
Dari sini kita menjadi ahli tafakur, segala sesuatu kejadian hendaklah untuk direnungkan dan diambil pelajaran untuk meniti kehidupan di masa akan datang. Para ulil albab yang biasa merenungkan dengan daya zikir dan pikirnya mempunyai beban berat untuk sama-sama melakukan penelitian baik secara normative maupun sains.
Semoga kejadian yang menimpa warga Lebak Banten dan sekitarnya, Tuhan berikan hikmah yang besar, pelajaran yang besar dan perhatian dari pemerintah yang besar.