Dalam bidang literasi, fiksi adalah salah satu genre yang paling digemari oleh kalangan remaja. Dari sekian banyak genre buku yang ada di perpustakaan dan toko buku, karya fiksi sering menjadi incaran para pembaca.
Bahkan, saking banyaknya penggemar karya fiksi, tidak jarang bagi para pecinta buku fiksi memperebutkan karya dari penulis yang digemari melalui situs pembelanjaan online, mereka menyebutnya dengan istilah “nge-war”.
Lantas, apa daya tarik yang dimiliki karya fiksi hingga menjadi genre yang paling banyak digemari? Jika bertanya kepada maniak fiksi, tentu semua aspek dalam karya fiksi yang dibaca menjadi hal yang digemari.
Aspek dalam karya fiksi tentu harus saling berkaitan agar menjadi karya yang diminati. Mulai dari tema, setiap penulis kerap mempunyai tema yang sering digunakan hingga menjadi ciri khas dari karyanya.
Namun, hal esensial yang menjadikan para pembaca sangat menyukai sebuah bacaan fiksi adalah karena peran tokoh yang berperan dalam cerita tersebut. Sering kali tokoh fiksi menjadi idola para pembaca.
Jika penulis berhasil membuat para pembacanya menggilai karakter tokoh yang ditulis, maka ia dapat dikatakan berhasil menggambarkan karakter tokoh hingga membuat para pembaca benar-benar mengenali tokoh seolah-olah itu nyata.
Tentu penggambaran tokoh saja belum cukup dijadikan sebagai patokan daya tarik suatu karya fiksi, penyusunan alur cerita juga menjadi poin yang cukup penting, karena proses pengenalan karakter tokoh ada pada aspek tersebut. Melalui pembawaan alur, pembaca bisa merasakan segala emosi dari setiap sudut pandang tokoh yang digambarkan.
Bagi para maniak fiksi, mengidolakan tokoh fiksi sembari meluapkan emosi yang dirasakan karena terbawa suasana dari apa yang dibaca merupakan sebuah kewajaran. Mungkin hal tersebut akan dianggap sedikit aneh oleh beberapa orang, bahkan dianggap cukup berlebihan.
Ada beberapa anggapan dari kalangan yang tidak menggemari fiksi, seperti “mengapa orang bisa tersenyum, tertawa, bahkan menangis hanya karena membaca fiksi?”
Tidak sedikit pembaca yang bisa merasakan dan mendalami emosi yang ada dalam bacaan, hal tersebut bisa terjadi dikarenakan emosi bahkan cerita dalam bacaan tersebut sebenarnya terjadi dalam kehidupan nyata sang pembaca.
Membaca sebuah karya fiksi yang mirip dengan apa yang dialami pembaca bisa menjadi wadah untuk menampung segala emosi yang tidak sempat diluapkan dan tidak bisa dieksperesikan secara langsung kepada orang-orang di sekitarnya.
Sebenarnya, ada banyak manfaat dari membaca buku fiksi yang tidak dirasakan secara langsung, hal tersebut bisa menjadi penyebab timbulnya anggapan bahwa para pecinta fiksi sedikit berlebihan dalam mengekspresikan bacaannya.
Manfaat membaca fiksi yang terlihat sangat jelas adalah sebagai hiburan dan penghilang stress, bacaan fiksi bisa menjadi alternatif untuk merehatkan pikiran dari permasalahan kehidupan yang menguras kerja otak. Membaca fiksi akan tetap menyenangkan jika masih dalam cakupan selera pembaca, walaupun bobot cerita di dalamnya cukup berat.
Jika ditinjau dalam kinerja otak, membaca fiksi bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berfikir. Saat membaca fiksi tentu kita akan membayangkan apa yang dideskripsikan oleh penulis, akan timbul imajinasi yang mungkin sangat berbeda dari dari apa yang terjadi di dunia nyata.
Kita bisa membangun dunia imajinasi yang kita inginkan tanpa perlu melihat kebenaran dari kehidupan nyata, dan kreativitas seseorang akibat sering berimajinasi akan meningkat secara tidak langsung. Semakin tidak terduganya suatu imajinasi, maka semakin unik cara berfikir seseorang.
Ketika sudah hanyut dalam imajinasi bacaan tentu akan membuat kita terfokus dengan apa yang kita baca, selama membaca kita akan teriisolasi dari dunia disekitar kita. Hal ini dapat melatih kita untuk fokus dan berkonsentrasi dalam melakukan pekerjaan.
Cerita dalam karya fiksi tentu saling terkait hingga akhir, keterkaitan tersebut membuat kita harus terus mengingat susunan kejadian dalam cerita. Berawal dari keharusan mengingat, menjadikan kita secara tidak sadar terbiasa untuk menata dan mengingat suatu hal agar penataan suatu memori bisa tersusun dengan baik.
Ketika kita mampu membayangkan keseluruhan cerita dalam karya fiksi tentu akan disertai pemahaman dalam merasakan emosi, dan mengenal berbagai macam pandangan yang bisa ditemukan dari hubungan antara alur dan tokoh.
Rasa empati yang mendong peningkatan pemahaman tentang emosi akan mempermudah kita dalam berkomunikasi dengan orang-orang sekitar kita, serta membantu dalam menyelesaikan permasalahan yang sebelumnya tidak ingin kita hadapi.
Tidak hanya karya non-fiksi yang bisa menambah wawasan pembaca, dalam karya fiksi tentu kita bisa menemukan wawasan baru. Mulai dari kosa kata, istilah, bahkan pengetahuan yang sebelumnya tidak memiliki daya tarik untuk dibaca menjadi menarik saat dicantumkan dalam fiksi.
Manfaat yang paling tidak disadari yaitu kita bisa menemukan jati diri. Akan terus bertambah karakter, pengalaman, dan nilai positif yang bisa kita pelajari ketika membaca fiksi. Bisa jadi kita akan menemukan karakter yang sangat menggambarkan diri kita dalam tokoh fiksi. Serta kejadian-kejadian yang seakan benar-benar pengalaman kita bisa menjadi bahan evaluasi dan motivasi dalam kehidupan.
Bacaan tidak bisa dinilai dari bagaimana reaksi yang ditunjukan oleh para pembacaanya, selama bukan diri kita yang membaca maka kita tidak berhak menilai bacaan tersebut, karena hanya diri kita yang bisa merasakan seberapa besar pengaruh bacaan tersebut terhadap diri sendiri.
Manfaat literasi bisa didapatkan pada karya apa saja, karena maanfaat tersebut bergantung kepada bagaimana cara pandang seseorang dalam memahami suatu bacaan.
Sebagai seseorang yang gemar membaca kita hanya perlu menyesuaikan bacaan yang kita minati, tidak perlu memandang buruk suatu karya yang tidak menarik berdasarkan penilaian pribadi. Tidak ada karya yang buruk, karena setiap karya memiliki daya tarik yang hanya bisa dilihat oleh seorang yang meminati karya tersebut.