Kenakalan remaja merupakan kenakalan anak remaja yang sering kali melenceng dari norma sosial. Kenakalan remaja biasanya juga menimbulkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Kenakalan remaja ini juga sering dianggap negatif oleh sebagian kelompok masyarakat, dan kerap kali menuai respon negatif dari kelompok masyarakat. 

Remaja yang berada di tahap ini sebenarnya sedang dalam masa pencarian jati diri sehingga apa yang mereka lakukan kerap kali hanya semata-mata agar mereka dianggap telah dewasa dan berani melakukan hal tersebut, padahal tindakan yang mereka lakukan itu sangat tidak penting dan merugikan banyak orang termasuk diri mereka sendiri.

Banyak orang menganggap hidup remaja zaman sekarang ini sangat mengenaskan, akibat banyaknya berita yang mulai membeberkan tentang kenakalan remaja. Perilaku dari kenakalan remaja ini sangat beragam, ada yang masih dapat dimaklumi hingga tidak. 

Oleh karena itu banyak kelompok masyarakat yang sangat menentang dan ingin kenakalan remaja ini untuk dihilangkan. Meskipun kenakalan remaja ini merupakan siklus alami dari kehidupan seorang manusia. Kenakalan remaja yang sering terjadi yaitu, tawuran, pemerkosaan, penggunaan narkoba, dll.

Di masa sekarang yang serba mudah mendapatkan informasi remaja sering kali memanfaatkan kemudahan ini untuk hal yang salah. Akhir-akhir ini mulai kembali marak tawuran antar pelajar yang penyebabnya tak lain dan tak bukan berawal dari banyaknya konten youtube yang membahas tentang tawuran. 

Konten-konten youtube inilah yang membuat sebagian besar remaja zaman sekarang mulai tawuran lagi karena mereka fomo atau fear of missing out. Awalnya mungkin hanya sedikit dari oknum remaja yang mengikuti tawuran akan tetapi lama kelamaan menjadi banyak karena mereka tidak ingin tertinggal tidak mengikuti trend tawuran tersebut.

Kasus gangster yang menjamur di berbagai daerah akhir-akhir ini juga merupakan contoh dari fomo pada kenakalan remaja. Berawal dari naiknya berita kasus gangster di sebuah daerah di Indonesia menyebabkan kemunculan gangster-gangster di daerah lain di Indonesia. 

Kemunculan gangster ini sempat menimbulkan ketakutan di masyarakat karena mereka acak memilih siapa korbannya. Hal ini menimbulkan banyak kerugian dalam masyarakat dan diri mereka sendiri. Masyarakat yang menjadi korban penyerangan mereka bisa saja mengalami luka di tubuh bahkan kematian, sedangkan imbas dari perbuatan mereka yaitu mereka dapat ditahan di penjara.

Hal-hal inilah yang sering kali tidak dipikirkan remaja atas apa yang hendak mereka lakukan. Remaja yang mengalami fomo atau fear of missing out ini mereka sebenarnya takut dan khawatir akan kehilangan pengalaman seperti yang orang lain alami, meskipun pengalaman yang menyalahi norma. 

Oleh karena itu, remaja zaman sekarang ini mulai dan mudah mengikuti hal yang trend di sekitarnya, bahkan termasuk tawuran dan kenakalan remaja lainnya tersebut.

Teori Pembelajaran Sosial dari Neil Miller dan John Dollard

Hasil dari percobaan yang dilakukan oleh Neil Miller dan John Dollard menjelaskan bahwa manusia meniru orang lain tidak hanya karena hal secara biologis atau instinknya saja tetapi bisa terjadi karena adanya proses belajar yang terjadi. 

Hal tersebut diberikan nama oleh Miller dan Dollard “Social Learning” atau yang disebut pembelajaran sosial. Peniruan perilaku yang terjadi disini tersebut, karena saat kita meniru perilaku tersebut akan ada imbalan yang didapat dan sebaliknya jika kita tidak meniru perilaku yang ada maka akan ada hukuman yang didapat.

Akan tetapi, dari penelitian yang dilakukan oleh Miller dan Dollard menampilkan bahwa seseorang melakukan peniruan ini tidak hanya menginginkan imbalan yang diinginkannya saja, seperti seorang anak yang hanya menginginkan permen, melainkan seseorang melakukan peniruan ini dari hasil belajarnya dan mencari rangsangan yang sama. 

Misalnya, seseorang condong meniru orang lain yang ia rasa mirip dengan dirinya tanpa memikirkan imbalannya. Ada 2 faktor yang mendorong seseorang untuk meniru orang lain, yaitu meniru karena menginginkan imbalan dan kemudian meniru karena menginginkan mirip dengan orang yang ada di masa lampau.


Pengembangan Teori John Miller dan Dollard oleh Albert Bandura

Ide-ide pemikiran Bandura ini juga merupakan pembaharuan dari teori Miller dan Dollard. Di beberapa pemikirannya, Bandura menyatukan tentang proses belajar dengan kognitif dan perilaku seseorang yang di mana bisa membuat pengaruh dalam proses belajar sosialnya. Teori ini menunjukkan garis besar bagaimana proses seseorang belajar dalam lingkungan sosialnya, hal inilah yang disebut dengan teori kognitif sosial.

Bandura mengatakan saat kita mengamati seseorang, maka kita akan mendapatkan pengetahuan baru, keyakinan, aturan, dan sikap-sikap baru yang menurut kita, hal tersebut dapat sesuai dengan apa yang kita miliki dan sejalan dengan apa yang kita yakini. 

Contohnya, seseorang yang meniru seorang model karena ingin mempelajari kesesuaian perilaku dari model, kemudian mereka bertindak sesuai keyakinan yang dimiliki orang tersebut, dan mengharapkan hasil sesuai dengan harapan dari tindakan yang dilakukan.

Orang melakukan perilaku tersebut tidak hanya untuk menyesuaikan dengan hal-hal yang sering dilakukan orang lain saja, melainkan mereka memiliki motivasi yang berguna untuk penilaian dirinya sendiri. 

Bandura menyimpulkan bahwa perilaku, kejadian, dan lingkungan pada seorang yang belajar, maka akan ada nilai dan harapan yang akan saling mempengaruhi hubungan tersebut. Maka orang melakukan peniruan tidak hanya meniru semata saja, tetapi menginginkan imbalan untuk memenuhi keyakinan dan keinginannya.

Hubungan Perilaku Nakal dari Sudut Pandang Teori

Seperti fenomena yang sudah dijelaskan sebelumnya, jika dihubungkan dengan teori yang ada, manusia itu melakukan suatu peniruan tingkah laku disebabkan oleh proses belajar. Seperti hal yang dikemukakan oleh Miller dan Dollard bahwa peniruan yang dilakukan oleh seseorang ini, karena menginginkan sebuah imbalan dan ingin menghindari sebuah hukuman. 

Sama halnya dengan remaja, mereka melakukan suatu tindakan yang melanggar norma dengan melakukan kenakalan-kenakalan karena ingin mendapatkan validasi dari teman-temannya, supaya tidak dibully atau disingkirkan dari lingkungannya jika tidak melakukan hal tersebut.

Selain itu juga, Miller dan Dollard mengatakan bahwa suatu perilaku meniru ini memiliki faktor pendukung untuk seseorang meniru orang lain. Disitu dikatakan bahwa seseorang meniru bukan hanya menginginkan imbalan saja, melainkan ingin menjadi seperti seseorang dimasa lampau yang dianggap memiliki kesamaan dengan dirinya. 

Seperti fenomena yang ada pada sebelumnya bahwa anak-anak di zaman sekarang ini ingin menjadi seperti anak-anak yang ada di masa lampau, yang melakukan berbagai kenakalan remaja, kemudian hal tersebut dikenalkan di berbagai media dan menjadi tontonan anak-anak zaman sekarang.

Kemudian dari teori Miller dan Dollard, dikembangkan lagi oleh Bandura jika proses belajar dapat membuat seseorang memiliki pengetahuan baru, keyakinan, aturan, dan sikap-sikap baru yang menurutnya akan membuat dirinya menjadi tampak mirip seperti apa yang ditirunya. 

Sehingga orang akan meniru suatu hal yang menguntungkan atau memuaskan bagi dirinya, serta hal-hal yang mirip dengan sesuatu yang ia yakini. Sama dengan anak-anak yang nakal di zaman sekarang ini meniru seseorang dari proses belajar yang ia tonton dari berbagai media, karena hal tersebut ia yakini memiliki kepuasan dan aturan baru untuk dirinya di lingkungannya tersebut.

Kesimpulan

Jadi kesimpulan yang didapatkan dari hal ini adalah proses peniruan seseorang dimulai dari proses belajar akan suatu hal. Seseorang akan meniru hal-hal yang menurutnya menguntungkan baginya dan sesuai dengan apa yang ia yakini.

Seperti anak-anak yang melakukan kenakalan remaja di zaman sekarang ini, memiliki pengetahuan dan keyakinan yang ia dapatkan dari proses belajarnya untuk mengamati orang-orang yang ada di masa lampau atau dari tontonan yang ada di berbagai media. Ditambah sekarang semakin banyak media yang bisa memberikan akses untuk menampilkan berbagai informasi. 

Peniruan ini juga dilakukan seseorang untuk mendapatkan imbalan yang ia inginkan dan menghindari sebuah hukuman. Hal tersebutlah yang menjadi pendorong terjadinya proses peniruan seseorang. 

Sama halnya dengan anak-anak yang meniru hal-hal yang melanggar aturan ini hanya untuk diterima di lingkungannya yang juga melakukan kenakalan remaja tersebut. Oleh karena itu, anak-anak melakukan peniruan pada sebuah modelnya, agar bisa diterima dan tidak disingkirkan di lingkungannya.

Itulah sebabnya Miller dan Dollard berkata proses peniruan tidak semata-mata berdasarkan pada faktor biologis atau instink akan tetapi ada proses belajar yang mempengaruhi. 

Teori ini juga disebut teori kognitif sosial karena teori ini juga menunjukkan garis besar bagaimana proses seseorang belajar dalam lingkungan sosialnya. Kemudian teori ini disempurnakan lagi oleh Bandura yang menyatukan tentang proses belajar dengan kognitif dan perilaku seseorang yang dimana bisa membuat pengaruh dalam proses belajar sosialnya.