Tergelitik dengan status seorang teman di media sosialnya yang kurang lebih berbunyi, industri musik tidak akan maju jika musik masih dianggap sebatas hobi. Dari status itu, saya jadi berpikir jauh. Apa sih sebenarnya musisi itu? Sambil berpikir beberapa lama (hari), sampai saya pada hipotesa tentang musisi. Jika ingin disebut musisi, seseorang harus terobsesi dengan musik. Obsesi, bukan sekadar hobi.

Lalu apa itu obsesi? Dari definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia, ‘obsesi’ itu adalah gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan. Saya hanya mengutip referensi dari satu sumber saja mengenai ‘obsesi’ karena definisi ini dirasa cukup mewakilkan dalam tulisan ini.

Artinya, obsesi dengan musik adalah suatu pikiran tentang musik dan berbagai dimensi di dalamnya yang tidak mudah hilang dari pikiran atau bahkan tidak pernah akan hilang. Jika kita memiliki suatu keadaan jiwa seperti itu, kemungkinan besar kita adalah musisi. Tidak harus bisa bermain instrumen dengan sempurna untuk bisa disebut musisi selama ia ’terganggu jiwanya’ karena musik.

Eksplorasi adalah satu variabel penting dari definisi seseorang yang terobsesi dengan musik. Musisi tidak berhenti mendengar dan melakukan eksplorasi musik. Musik yang di luar genre kesukaannya atau genre tempat dia dibesarkan atau hidup. Musik di luar habitat kenyamanannya. Jika ada yang mengaku musisi tapi ia menolak untuk mengeksplorasi musik di luar habitatnya tadi, mungkin harus dipertanyakan apakah benar ia seorang musisi?

Ini sudah dibuktikan oleh musisi-musisi besar dunia dan dari negeri sendiri yang selalu melakukan eksplorasi atau, sederhananya, kolaborasi dengan musisi lain di luar genrenya. Sebut saja The Beatles (masing-masing Beatle pernah berkolaborasi dengan musisi lain), David Bowie, Sting, Indra Lesmana, Chrisye dan masih banyak yang lain. Orang-orang ini terobsesi dengan musik.

Variabel lain adalah ‘terganggu’ dengan musik baru. ‘Terganggu’ ini artinya selalu ada rasa penasaran, tergoda, tertantang dan ingin ‘ngulik’ jika seorang musisi mendengar musik ‘baru’. Musik baru yang tidak selalu harus berasal dari genre favoritnya. Ia selalu ingin mengkaji musik baru tersebut. Apa yang membuat musik baru ini unik, apa alasan di belakang penulis lagu ini, bagaimana kira-kira sang penulis lagu menulis ini, apa inspirasinya, dan bermacam pertanyaan lain yang muncul.

Masih butuh pembuktian hipotesa di atas. Tulisan singkat ini hanya ingin membuka wacana bahwa jadi musisi bukan sekadar bisa main musik, rekaman, pentas. Tidak cukup hanya menghafalkan naik turunnya tangga nada harmonic minor atau mode Lydian saja. Ada nilai yang lebih dalam dari itu semua. Mungkin jika bisa menjawab hipotesa yang saya tawarkan di atas, bisa sekalian menjawab hipotesa status medsos teman saya itu.