Ratusan peserta yang berasal dari PTKIN se-Indonesia pagi itu memenuhi Ballroom Utama Lantai 2 Hotel Grand Tjokro Yogyakarta. Pasalnya, hari tersebut (19-20 April 2018) dilaksanakan Workshop Tracer Study untuk Suksesi Akreditasi yang diinisiasi oleh CENDI (Center for Entrepreneurship and Career Studies) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Kegiatan tersebut mengundang dua narasumber. Menarik bagi penulis untuk memaparkan uraian materi pertama yang mengundang salah satu tokoh, yaitu Mun’im Sirry, Ph.D. (University of Notre Dame). Pemikir Islam yang dikenal kontroversional di kalangan masyarakat Indonesia.

Mun’im memaparkan tentang tema Kontribusi Alumni Perguruan Tinggi Agama Islam di Era Globalisasi. Seakan sudah mafhum dengan opini yang beredar di masyarakat, Mun’im menyekak audiens bahwa kali ini beliau tidak akan menyampaikan sesuatu yang kontroversional, namun lebih pada pengalamannya sebagai alumni pada universitas di luar negeri.

Alumni program magister di The University of California Los Angeles dan program doktor di The University of Chicago Divinity School ini mengungkapkan bahwa almamaternya begitu konsen terhadap urgensi peran alumni. Setiap saat secara kontinyu alumni selalu diberikan informasi tentang perkembangan kampus. Serta begitu besarnya sumbangsih alumni dalam pengembangan lembaga, salah satunya berupa dukungan dana.

Dalam hal studi Islam, studi Islam di Barat juga begitu dinamis terhadap perkembangan dinamika zaman. Bahkan muncul anggapan bahwa Barat telah mencapai puncak keemasan (golden ages) dalam studi Islam. Fakultas-fakultas teologi dimanja atau diistemawakan dibanding fakultas lain. Hal ini berangkat dari pemikiran bahwa teologi merupakan ruhnya kampus, apalagi kampus yang jelas berbasis keagamaan.

Namun, dalam konteks Indonesia, Mun’im memandang jauh panggang dari api. Kampus-kampus Islam (baca: STAIN, IAIN, UIN) belum mampu mewujudkan alumni yang berkompeten. Alumni setiap kampus belum memiliki kekhasan yang membedakannya dengan PTKIN atau Universitas yang lain. Mun’im mencontohkan kampus di Barat telah memiliki kekhasan masing-masing, misalnya, Chicago yang fokus pada teori dan Harvard yang fokus pada case studies.

Ironisnya lagi, sebagai kampus yang berbasis agama, kurang memberikan perhatian yang serius kepada studi Alquran yang merupakan ruhnya Islam. Membaca Alquran dalam dunia akademik seyogianya sudah bukan lagi membaca dalam arti membaca teks, tetapi lebih kepada pengkajian dan penelitian yang mendalam tentang Alquran.

Lalu, apa sebenarnya yang diharapkan dari alumni PTKIN? Menurut penulis buku Islam Revisionis ini, setidaknya alumni memiliki tiga peran. Pertama, meningkatkan literasi keagamaan di tengah masyarakat. Alumni berperan memberikan pemahaman yang benar dalam beragama, baik melalui tradisi lisan maupun tulisan.

Kedua, mengurangi gesekan antara agama dan politik. Politisasi agama merupakan hal yang biasa di republik ini. Alumni PTKIN berperan untuk menyosialisasikan pemahaman yang benar mengenai kedudukan agama dan politik, sehingga gesekan antarumat tidak berkembang dan menimbulkan kekacauan.

Ketiga, garda terdepan dalam melawan kaum radikalis. Dewasa ini, isu pemahaman agama yang radikal dan tekstual kian merebak. Alumni PTKIN berperan untuk andil dalam mengurangi penyebaran pemahaman agama ekslusif yang rawan menimbulkan kekacauan.

Melalui ketiga peran tersebut, setidaknya sebagai upaya bagi alumni untuk andil dalam mewujudkan masyarakat yang kondusif di era global.

Adapun materi kedua disampaikan oleh Dr. Muh. Fakhri Husein (Ketua LPM UIN Sunan Kalijaga) tentang Tracer Study untuk Sukses Akreditasi Perguruan Tinggi. Beliau menyampaikan tentang hal-hal yang bersifat teknis berkenaan proses akreditasi, baik pada tingkat program studi, fakultas, maupun institut/universitas.

Setelah paparan narasumber selesai, dilanjutkan dengan tanya-jawab dan penyerahan sertifikat penghargaan. Sesi pertama workshop berakhir seiring terdengarnya suara azan zuhur. Tepuk tangan riuh peserta menggema menandai apresiasi kepada narasumber yang luar biasa.

Penyerahan Sertifikat Penghargaan. (Dok. Pri)