Zulhijjah ini, Muhammadiyah mencapai 112 tahun. Usia yang sudah melampaui pendirinya. Kiai Dahlan yang menginisiasi persyarikatan ini, walaupun kemudian tidak ada juga usulan untuk menggantikanya dengan Dahlaniyah.

Boleh jadi, ini sudah menjadi pesan beliau kepada para sahabatnya yang turut membesarkan Muhammadiyah. Begitu pula kemudian disusul dengan pembentukan Aisyiyah yang melengkapi keberadaan Muhammadiyah dengan amal usaha seperti panti asuhan, bustanul athfal (taman kanak-kanak).

Bahkan kemudian, perkembangan terkini bukan saja perguruan tinggi Muhammadiyah. Bahkan kini mulai berkembang perguruan tinggi Aisyiyah. Dimana sudah berdiri Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

Muhammadiyah Papua

Saya hanya mengadopsi istilah yang dikemukakan Najib Burhani (2010) dengan Muhammadiyah Jawa. Sehingga kemudian saya ketikkan dalam istilah Muhammadiyah Papua.

Sebagaimana Muhammadiyah Jawa yang melingkupi aktivitasnya dengan kepedulian terhadap urusan umat melalui pendidikan, kesehatan, kepentingan sosial, itu pulalah yang juga digerakkan di Tanah Papua.

Dimana baik di Papua, maupun Papua Barat, amal usaha Muhammadiyah juga berbentuk sekolah, perguruan tinggi, panti asuhan, dan fasilitas kesehatan.

Seiring dengan amanat Muktamar Makassar ke-47 2015 di Makassar bahwa pengembangan pondok pesantren menjadi agenda organisasi. Di Kota Sorong sendiri sudah dimulai rintisan pembanguan boarding school Muhammadiyah.

Pembangunan rumah sakit sudah menjadi agenda tersendiri bagi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Papua Barat. Dimana dengan sinergi Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong Sudha tersedia lahan, dan juga diskusi dengan PWM Jawa Tengah yang selama ini sudah sukses mengembangkan rumah sakit.

Untuk saat ini, sudah ada klinik Kesehatan di Aimas, satu lokasi dengan UniMUDA Sorong.

Sebelumnya, telah berkembang panti asuhan. Amal usaha ini tidak hanya menjadi sarana dalam memberikan perlindungan dari hujan dan panas bagi warganya. Melainkan juga memberikan pembinaan iman.

Diantara warga panti asuhan itu, ada yang berasal pulau-pulau sekitar. Dimana mereka dikirim oleh keluarga untuk menempuh pendidikan di Sorong. Sementara sekolah belum menyediakan fasilitas asrama.

Amal usaha saling melengkapi. Dimana panti asuhan menjadi asrama siswa. Sementara sekolah tetap mendapatkan kesempatan untuk melayani warga, tidak dibatasi wilayah geografis yang terdekat saja.

Pendidikan tinggi yang dikelola, terdapat empat perguruan tinggi. Tiga diantaranya di Papua Barat, dan satu di Jayapura, Papua. Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Muhammadiyah setahun yang lalu bertransformasi menjadi Universitas Muhammadiyah Papua. Kini, dipimpin Prof. Dr. Pratikno sebagai rektor pertama.

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Papua Barat sementara menyiapkan pendirian satu perguruan tinggi di Bintuni yang akan melengkapi empat perguruan tinggi di wilayah Papua Barat.

Mu’ti (2010) mengemukakan praktik Pendidikan yang dioperasionalkan Muhammadiyah yang tidak secara esklusif menerima warga belajar dari kalangan Muslim saja.

Kristen Muhammadiyah menjadi istilah untuk menggambarkan dari tiga provinsi, Papua, Kalimantan Barat, dan Nusa Tenggara, pada sekolah-sekolah Muhammadiyah tetap saja menerima murid atau siswa dari kalangan non muslim.

Begitu pulalah tipikal sekolah dan perguruan tinggi Muhammadiyah Papua Barat.

Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong, bahkan Sebagian besar mahasiswanya justru merupakan mahasiswa non muslim. Namun, ini tidak menjadi masalah. Justru sebuah kesempatan bagi kita yang muslim untuk menunjukkan sisi Islam yang rahmatan lil alamin.

Layanan pendidikan yang diusahakan masyarakat muslim tidak terbatas untuk kalangan internal saja. UniMUDA secara khusus melaksanakan pengembangan masyarakat melintasi batas-batas kampus.

Kondisi ini kemudian menjadikan UniMUDA Sorong sebagai salah satu subyek pengembangan Pendidikan multikultural melalui skema Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, ketika itu masih dipimpin Prof. Dr. Muhammad Natsir.

Sementara itu, untuk aspek ekonomi, pembentukan Baitul Mal wa Tamwil yang sudah berjalan di Kota Sorong.

Tidak hanya itu, jika melihat wilayah dan daerah lain yang telah mengembangkan Surya Mart, maka melalui amal usaha juga telah berkembang koperasi dan toko. Ini juga menjadi amanat muktamar terakhir yang berlangsung di Makassar. Dimana salah satu amanatnya adalah pengembangan sektor ekonomi.

Rektor dan pimpinan UniMUDA Sorong melaksanakan terobosan. Untuk parcel hari raya tidak diberikan dalam bentuk barang. Sebaliknya berbentuk voucher yang dapat digunakan membeli keperluan yang diinginkan masing-masing penerima voucher.

Ini kemudian dijadikan sebagai pola untuk penyerahan bantuan. Dimana boleh jadi setiap orang punya keperluan yang berbeda. Demikian dituturkan H. Rustamadji yang juga menjadi rektor pertama UniMUDA Sorong setelah transformasi dari STKIP Muhammadiyah Sorong.

Terkhusus pengembangan sekolah laboratorium, UniMUDA ketika masih dalam kelembagaan sekolah tinggi, sudah mengelola sekolah di Pulau Arar, dan juga di kampung Kokoda. Kedua lokasi ini secara khusus mendapatkan pembinaan dalam pelbagai skema.

Tidak saja dalam kegiatan pengabdian masyarakat, tetapi juga bersinergi dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sorong untuk pengembangan cabang dan ranting. Sehingga keberlangsungan perguruan tinggi, juga sekaligus menggandeng program konsolidasi organisasi.

Muhammadiyah dengan amal usaha, dan juga program pengembangan yang dilaksanakan tidak lagi setakat menjadi wadah pengembangan masyarakat Islam. Organisasi mengusung misi kemanusiaan. Tidak sebatas pada identitas agama saja. Termasuk memberi layanan cukup dengan status kemanusiaan.