Kerja begini kapan kayanya? jualan hasil cuman segini kapan bisa cukup? gaji cuman segini tiap bulan habis kapan bisa punya rumah?

Sering mendengar seperti itu? Atau bahkan Anda sendiri yang mengeluh seperti itu? Apa yang terjadi selanjutnya? Yang terjadi adalah Andatidak bersemangat melakukan apa yg saat ini sedang Anda lakukan. Karena logika Anda tidak bisa menghubungkan apa yang Anda lakukan dengan apa yang menjadi keinginan Anda.

Kita ini akan bersemangat kalau apa yang kita lakukan secara logika kita terhubung dengan apa yang menjadi keinginan kita. karena itu saat mimpi kita terlalu jauh dari kenyataan yang ada saat ini, sering kali justru menjadi bumerang karena malah membuat frustrasi. Padahal suatu tujuan itu terwujud karena adanya energi. Ya energi. Energi yang tertuju pada goal atau tujuan tersebut.

Ingat dengan kisah Siti Hajar? Dia berlari ke sana kemari meyakini yang didatangi ada air. Namun apakah di tempat itu dia menemukan air? Tidak. Air itu keluar di dekat kaki Ismail. 

Bisakah kita mengatakan, kalau seperti itu lebih baik tidak usah capek-capek lari seperti tadi. Toh airnya keluar bukan dari tempat dia lari. Secara logika tidak ada hubungannya antara yang dia upayakan dengan bagaimana air akhirnya hadir.

Peristiwa lain. Pada tahun 97 bank tempat adik saya bekerja terkena likuidasi. Dia menjadi korban PHK. Akhirnya dia mengirim lamaran dalam jumlah banyak. Pada masa itu surat lamaran masih menggunakan surat yang dilengkapi dengan berbagai berkas seperti, lampiran riwayat hidup, fotocopy ijazah, berbagai copy sertifikat yang dikirim lewat pos.

Hingga suatu hari dia datang ke perpustakaan kampus tempat dia dulu mengambil S2. Di situ dia bertemu temannya yang sedang punya proyek survey. Akhirnya dia ikut kerja di proyek itu dan berikutnya berlanjut dengan pekerjaan lain.

Dalam karier selanjutnya tidak ada pekerjaan yang dia peroleh dari puluhan lamaran yang dia kirim. Bisakah kita mengatakan, “Caranya begitu sebenarnya ngapain kemarin kirim lamaran puluhan begitu?”

Dari dua kejadian di atas apa yang didapat tidak diperoleh langsung dari upaya yang sebelumnya dilakukan. Tapi pada saat melakukan upaya, keduanya meyakini bahwa yang dilakukan itu menuju tujuan yang diinginkan. Di situlah terbentuknya energi untuk manifestasi. Jadi energi itu terbentuk dari upaya apapun disertai keyakinan bahwa upaya (action) tersebut terhubung dengan goal.

Beruntung kalau modal yang kita miliki atau tindakan yang kita lakukan secara logika memang terhubung dengan tujuan kita. Kita ingin punya rumah, ada tabungan yang cukup untuk membayar tunai. Atau penghasilan cukup untuk membayar uang muka dan membayar cicilan KPR. Ingin melamar pekerjaan, Anda lulusan perguruan tinggi terkemuka.

Namun tidak selalu kita berada dalam kondisi keberuntungan seperti itu. Apa yang kita miliki saat ini sering kali terlalu jauh dengan apa yang ingin kita raih. Sehingga kita sering mengurungkan keinginan untuk meraih mimpi yang besar

Lantas bagaimana kalau secara logika memang upaya yang saat ini dilakukan secara logika sulit untuk bisa terhubung dengan impian atau tujuan kita seperti contoh di awal tulisan ini. 

Ada Tuhan, atau bisa saja kita katakan kerja semesta. Niatkan bahwa yang kita lakukan diserahkan pada semesta(atau Tuhan) untuk dikonversi atau diperkuat agar termanifestasi menjadi goal yang kita inginkan.

Saat bekerja dengan penghasilan 3 juta sebulan dan ingin beli rumah. Niatkan saat bekerja, pekerjaan itu diserahkan ke Tuhan agar diperkuat dan dikonversi menjadi sebuah rumah. Karena itu lakukan semaksimal dan sebaik mungkin.

Doa yang kita lakukan itu sejatinya adalah meminta Tuhan/semesta mengkonversi sesuatu menjadi tujuan yang kita doakan. Kalau kita tidak melakukan apa-apa yang bisa terhubung dengan tujuan tadi maka apa yang akan dikonversi atau dikuatkan.

Kita tidak akan bisa memanifestasikan sesuatu dengan action atau tindakan yang logika kita tidak menerimanya. Misalnya dengan menempel gambar-gambar, kemudian tiap hari melihat gambar itu untuk memanifestasikan. Logika kita semakin dibombardir akan semakin kuat menyatakan bahwa itu tidak mungkin. Action tanpa keyakinan tidak akan menjadi energi.

Sampai kita melakukan sesuatu yang logika kita bisa menerima bahwa tindakan itu sebuah langkah menuju tujuan. Barulah itu menjadi energi. Hubungkan setiap langkah yang dilakukan dengan tujuan. 

Kalau itu tidak masuk akal jadikan Tuhan perantaranya. Karena logika kita tidak menolak bahwa yang kita lakukan bisa disampaikan ke Tuhan. Tuhanlah yang akan mengkonversi dan memperkuatnya untuk menuju tujuan kita

Begitulah langkah menuju tujuan sejatinya merupakan mozaik energi dari langkah-langkah yang seakan tidak terhubung dengan tujuan kita. Namun biarkan semesta yang akan menyusun potongan-potongan energi itu menjadi jalan menuju tujuan kita.