Dari penjelasan di atas, maka kita tahu bahwa sebenarnya manusia tidak akan lepas dari penyesuaian diri. Banyak kondisi yang membuat kita harus beradaptasi dengan situasi sesulit apapun, karena kemampuan tersebut secara alami ada pada diri manusia saat menghadapi tekanan dari eksternalnya (Lubis, dkk., 2022).
Apa, sih penyesuaian diri itu?
Menurut Putri, dkk., (2022), penyesuaian diri merupakan proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku, dimana individu membentuk dirinya agar mampu mengatasi kebutuhan, ketegangan, konflik, dan rasa frustasi akibat kondisi lingkungan yang berubah. Individu harus dapat menyelaraskan antara tuntutan dalam diri dengan tuntutan lingkungan.
Manusia, baik tua maupun muda memiliki tantangannya sendiri dalam menghadapi perubahan lingkungan dan juga tuntutan-tuntutan sosial. Hayani & Wulandari, (2017) menyatakan bahwa, sebagai mahasiswa yang berada pada fase perkembangan dewasa awal (emerging adulthood), tentu tuntutan yang dihadapi mulai memasuki fase yang cukup sulit dan serius. Mereka mengalami transisi dari remaja menjadi dewasa, serta transisi dari siswa menjadi mahasiswa yang tak lagi dituntun, melainkan dituntut mandiri.
Menurut Hulukati & Djibran, (2018), semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin banyak tanggung jawab yang perlu dilaksanakan. Hal tersebut didasari pada tugas perkembangan mahasiswa, yang muncul karena adanya perubahan beberapa aspek fungsional individu (fisik, psikologis, dan sosial) dan semakin banyak kebutuhan yang harus mereka penuhi. Salah satunya adalah kebutuhan finansial, dimana beberapa keluarga telah menuntut seseorang dengan tugas perkembangan dewasa awal mereka untuk secara mandiri menghasilkan uang, baik untuk memenuhi kebutuhan dirinya maupun keluarga.
Kebutuhan akan finansial yang dicampur juga dengan kebutuhan untuk aktualisasi diri (salah satunya dengan melanjutkan kuliah ke bidang yang mereka minati) membuat beberapa individu pada akhirnya memilih mengambil peran ganda, yaitu kuliah sambil bekerja.
Mahasiswa yang juga pekerja, harus menjalani peran lebih berat dibandingkan mahasiswa yang tidak bekerja. Mereka dibebani dengan tanggung jawab untuk mampu menyelesaikan tugas-tugas di tempat kerja mereka, sambil juga menjalankan perkuliahannya dengan tuntutan-tuntutan akademiknya (Felix, dkk., 2019). Dengan demikian, tentu mahasiswa perlu menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan yang menghampiri dan menyeimbangkan antara tugas kuliah dan juga pekerjaannya.
Menurut Oetomo, dkk, (2017) dampak buruk yang mungkin terjadi karena ketidakmampuan dalam self-adjustment antara lain kesehatan yang menurun, performa akademiknya merosot, hasil ujian tidak sesuai dengan harapan, mengalami kecemasan, rentan terhadap stres atau depresi, dan memiliki keinginan untuk berhenti dari perguruan tinggi. Dalam penelitian Felix, dkk, (2019) pada sejumlah mahasiswa STMIK Mikroskil Medan, menyatakan bahwa kuliah sambil bekerja memunculkan sejumlah kesulitan dalam manajemen waktu, penyelesaian tugas kerja dan kuliah secara bersamaan, serta dalam mengatur konsentrasi atau fokus antara kerja dan kuliah.
Penting bagi mahasiswa untuk meluruskan niat dalam menuntut ilmu, memantapkan tujuan, dan tidak pernah berhenti belajar (Suharsono & Anwar, 2020), yang menandakan bahwa motivasi dari mahasiswa untuk memilih kuliah—baik itu kuliah saja, maupun kuliah sambil bekerja—perlu ditinjau ulang tujuan awalnya oleh diri mereka sendiri.
Ada berbagai pertanyaan yang perlu kita telusuri kembali jawabannya dalam diri, seperti “Untuk apa aku kuliah?”, “Apakah untuk pekerjaaan yang lebih baik, atau untuk mengejar cita-cita?”, “Mengapa aku memilih jurusan ini?”, “Apakah aku memiliki ketertarikan dan potensi di bidang yang aku ambil sekarang? atau hanya karena jurusan ini bergengsi, jadi aku memilihnya?”, dan banyak pertanyaan lainnya.
Tentu, mungkin kita akan dibuat cemas jika terus terjebak dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut. Terkadang, kita sulit mengetahui jawabannya dan membutuhkan waktu lebih banyak untuk perenungan. Namun, membangun ulang alasan-alasan baru dapat membantu kita untuk mengkritisi pilihan terkait melanjutkan studi ke perguruan tinggi, yang harapannya dapat memotivasi kita untuk terus mencapai tujuan-tujuan.
Pada dasarnya, motivasi memiliki dua jenis—intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang mencakup dorongan terhadap sesuatu yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan individu itu sendiri, tanpa ada pengaruh dari luar. Sedangkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor luar kebutuhan individu. Jika dikaitkan dengan proses belajar, motivasi ini diperlukan di perguruan tinggi, karena tidak semua pembelajaran yang diberikan oleh instansi pendidikan dapat menarik minat peserta didik.
Menurut Karina & Jannah, (2021), motivasi (dalam kaitannya dengan prestasi) merupakan dorongan atau usaha seseorang agar mencapai keberhasilan. Besarnya motivasi individu dapat berpengaruh pada stres akademik, dimana semakin besar motivasi mahasiswa dalam berprestasi, maka semakin kecil kemungkinan mahasiswa mengalami stres (Sagita, dkk., 2017), dan kecilnya tingkat stres mahasiswa menandakan bahwa self-adjustment mereka sudah cukup baik.
Sebagai mahasiswa dengan peran ganda, kita tentu bisa membayangkan betapa padatnya waktu yang dijalani. Motivasi (khususnya instrinsik) dalam diri mahasiswa penting untuk ditanamkan. Mereka perlu untuk menumbuhkan motivasi dengan memantapkan tujuan dan bergerak untuk mencapainya, serta memikirkan bahwa pilihan mereka (untuk kuliah meski sambil bekerja) memiliki manfaat untuk masa yang akan datang. Mereka perlu menumbuhkan semangat dalam menjalan kewajibannya sebagai mahasiswa, sehingga kemampuan self-adjusment dapat terasah dengan baik.
Pada usia dewasa awal ini, wajar jika kita merasa lelah dengan berbagai tuntutan sosial. Tidak apa-apa jika ingin berhenti sejenak, namun jangan tenggelam dalam keletihan yang kita rasakan. Kita harus terus bergerak maju dan mencari jalan untuk memahami apa yang sebenarnya kita inginkan, menggali setiap potensi yang ada dalam diri.
Tidak ada kata terlambat untuk mengembangkan diri dan belajar hal-hal baru yang kita sukai. Tidak ada kata terlambat untuk menentukan mimpi dan tujuan, karena sesungguhnya belajar adalah proses seumur hidup.
Maka, sebagai mahasiswa, mari bersama kita tingkatkan motivasi dalam melaksanakan tugas-tugas perkembangan kita. Dengan begitu, perubahan ekstrim apapun dari lingkungan, kita akan terlatih untuk menemukan rumus-rumus dalam menyelesaikan permasalahan yang menghampiri kita.
Daftar Pustaka
Felix, T., dkk. (2019). Peranan Kecerdasan Emosional pada Pemilihan Strategi Coping pada Mahasiswa yang Bekerja. Persona : Jurnal Psikologi Indonesia, 2(1), 39-56.
Hayani, I. M. & Wulandari, P. Y. (2017). Perbedaan Kecenderungan Perilaku Agresi Ditinjau dari Harga Diri pada Mahasiswa. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan, 6(1), 32-42.
Hulukati, W. & Djibran, M. R. (2018). Analisis Tugas Perkembangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo. Jurnal Bikotetik, 02,(01), 73-114.
Karina, T. A. & Jannah, M. (2021). Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dengan Stres Akademik pada Atlet Pelajar di SMA Negeri Olahraga Jawa Timur. Character: Jurnal Penelitian Psikologi, 8(4), 1-10.
Lubis, H., dkk. (2022). Academic Stress Reviewed from Self-Adjustment, Learning Saturation, and Grit. Indonesian Journal of Educational Research and Review, 5(3), 491-501.
Oetomo, P. F., dkk. (2017). Faktor Penentu Penyesuaian Diri pada Mahasiswa Baru Emerging Adulthood Tahun Pertama dan Tahun Kedua. Mind Set, 8(2), 67-77.
Putri, R. N., dkk. (2021). Penyesuaian Diri, Dukungan Sosial, dan Gaya Belajar Visual terhadap Stres Akademik Siswa di Masa Pandemi. Psyche 165 Journal, Vol. 14(4), 329-335.
Safitri, M. (2021). Pengaruh Masa Transisi Remaja Menuju Pendewasaan Terhadap Kesehatan Mental Serta Bagaimana Mengatasinya. JPIS : Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 30(1), 20-24.
Sagita, D. D., dkk. (2017). Hubungan Self-efficacy, Motivasi Berprestasi, Prokrastinasi Akademik, dan Stres Akademik Mahasiswa. Bikotetik (Bimbingan dan Konseling: Teori dan Praktik), 1(2), 43-52.
Smith, R. L., dkk. (2020). Psychometric Properties and Factor Analyses of The Achievement Motivation Measure. British Journal of Guidance Counselling, 48(3), 418-429.
Suharsono, Y. & Anwar, Z. (2020). Analisis Stres dan Penyesuaian Diri pada Mahasiswa. Jurnal Online Psikologi, 8(1), 1-12.