Berbicara kaum muda dan politik, memang tidak pernah lepas dari keduanya. Dimana seperti ada gaya tarik menarik antar kedua istilah tersebut- Anak Muda dan Politik.
Mungkin yang paling melekat pada ingatan manusia Indonesia tentang anak muda dan politik, ialah di era 89, kala itu semangat muda yang berkobar-kobar mengguncang dunia perpolitikan negeri ini atau bahkan merobohkan sekalipun, dengan lautan anak muda yang meduduki gedung MPR. Tetapi sayang, penulis tidak akan membahas dibalik 98 itu, tinggal bayang-bayang terhempas bersama debu asap kendaraan pelaku elit politik negeri saat ini.
Semangat muda sekarang tidak lagi seperti apa yang pernah ditulis oleh Sutan Ibrahim lewat salah satu buku karangannya “Kelak rakyat keturunanmu dan angin kemerdekaan akan berbisik-bisik dengan bunga-bungaan diatas kuburanmu: Disini bersemayam semangat revolusioner”. Bahwa semestinya kaum muda yang manjadi lokomotor dari beerbagai aspek kehidupan bangsa ini.
Namun perpolotikan mengubah semuanya, dimana kaum muda terasa terhimpit oleh lingkaran-lingkaran, tidak terbendung hidup dengan ritme kehidupan yang itu-itu saja (monoton). Kaum muda semakin tenggelam entah belayar kemana, mangarungi nafsu dan kehendak masing-masing, terombang-ambing bebagai kebijakan, mungkin begitulah desahan manusia modern saati ini.
Kemerosotan Kaum Muda
Menurut salah seorang kritikus Indonesia yang paling tajam, pastor-pengarang-arsitek Y.B. Mangunwijaya, budaya Indonesia belum mencapai pada tahap pencerahan. Pemikirannya masih mitologis. Individu masih dikuasai oleh kelompok, masyarakat-masyarakat masih didominasi oleh kekuasaan feodal.
Cuma segelintir orang yang paham betul apa ilmu pengetahuan barat itu dan mereka yang piawai menangani sebuah teori-teori. Abstraksi yang sistematis dan berdisiplin sukar dimengerti orang banyak, karena hal itu adalah kebenaran yang senag memungut kebenaran dari pengalaman dan spekulasi sesuka hati.
Kaum muda sekarang sering terjebak pada budaya-budaya komsumtif buatan penguasa, dimana semakin membuatanya terhadap sosialnya. Adanya suatu perpindahan titik berat atau dalam budaya Eropa disebut “Reich” dimana ketika suatu kebiasaan sudah tidak tidak lagi didalami secara serius dan berkepanjangan, ini menimbulkan sebuah titik-titik menuju kepada kemunduran maupun kemerosotan baik secara budaya maupun moral dewasa ini.
Kaum muda sekarang hanya dapat berdesah, protes, tapi tak sampai pada yang namanya sebuah Praxis kalau dalam bahasa Yunani nya. Inilah yang dibilang oleh salah satu pemikir barat yang paling gila, sebuah petualangan-petualangan manusia bukan waktunya- seorang revolusioner, tetapi cukup menahan diri karena takut.
Terkekang dihadapan semua yang memiliki kekuasaan dan kekuatan (opini publik, akademi, pengadilan), cukup kualitasnya sebagai penyair dan setengah-perempuan sehingga bisa merasakan bahwa kebesaran itu kekuasaan.
Moral yang ada pada kaum muda sekarang, seharusnya menjadi kajian yang paling serius dalam hal memajukan atau menggerakkan suatu bangsa, dimana ia akan dapat begerak bebas mau dibawa kemana bangsa ini, dengan politik idealis nya kaum muda mungkin masih ada suatu harapan hubungan kaum muda dan politik ini.
Namun seperti apa yang disebutkan tadi, Cuma segelintir orang muda yang paham atau mengerti tentang politik atau teori barat, sehingga kenapa selama ini, anak muda mayoritas apatis terhadap apa yang namanya sebuah politik (perpolitikan).
Pandangan Kaum Muda Terhadap Politik
Dari revolusi Prancis sampai tragedi 98 merupakan rekam jejak perpolitikan yang dibumbui oleh kaum muda, semua itu hanyalah tinggal serpihan kenangan yang mungkin boleh dibilang superhero dibenak kalangan manusia. Sebuah pengetahuan yang tidak cukup hanya seperti itu, untuk memahami tentang sebuah politik.
Selama ini anak muda disuguhkan informasi-informasi tentang politik yang kurang benar, pandangan kaum muda tentang politik tumbuh, ketika ia hanya terjaring dalam komoditas-komoditas tertentu, sedangkan kaum muda sekarang semakin sedikit yang mau bergabung ikut terjun dalam sebuah orgnisasi.
Sehingga apa yang tersirat pada benak kaum muda tentang politik, seakan-akan politik merupakan sebuah trik penipuan dalam segala hal, diyakinkannya lagi kaum muda dengan berbagai kasus dan polemik yang dilatarbelakangi oleh partai politik (parpol) menumbuhkan pandagan yang begitu menyeramkan dikalangan muda dewasa ini.
Pendidikan politik mungkin sudah waktunya masuk dalam sebuah program pembelajaran, bukan hanya pada tingkat pendidikan tinggi saja, pemahaman tentang politik perlu ditumbuhkan sejak dini. Sehingga kaum muda penerus punya pengetahuan tentang politik dasar maupun arti esensi dari sebuah perpolitikan tersebut.
Mungkin apa yang ada pada pikiran kaum muda bahwa politik itu tentang tipu daya seperti apa yang disuguhkan berbagai media, tidak menyadari bahwa dalam kesehariannya selalu berbau politik, bahkan hari-harinya tidak luput dari proses terjadinya sebuah politik atau rekayasa, dan itu tidak bisa dipungkiri kalau setiap harinya tidak pernah lepas dari apa yang disebut sebuah politik.
Dalam buku The Politic Of Education karya Paulo Freire- Gaya kehidupan politik yang baru didalam masyarakat transisi ini tidak hanya terbatas pada peran manipulatif pemimpinnya saja, yang menjadi mediator antara massa dan elit penguasa. Sesungguhnya gaya kehidupan politik ini mengakhiri terciptanya kondisi yang bagi anak-anak muda dan kaum intelektual untuk mencoba berpartisipasi dalam kehidupan politik bersama dengan masyarakat.
Kebanyakan peran-peran politik selama ini hanya terbatas pada kaum-kaum elit, sehingga peran anak muda tidak tampak, kaum elit yang hanya mempunyai jalan-jalan terselubung pada atasannya yang dapat berperan atau diberikan peran politik, menjadikan kaum muda semakin apatis dan tak mau mengerti, karena apa yang ia anggap selama ini, segala bentuk kegiatan aspirasinya hanya sampai pada mata dan telinga kaum elit tidak sampai pada apa yang namanya Kegiatan (Praxis dalam bahasa Yunani).
Sehingga dewasa ini perlu adanya untuk menimbulkan peran-peran baru dikalangan kaum muda, secara otomatis ketika sudah banyak golongan muda yang ikut terjun dalam politik, bukan tidak mungkin peran anak muda terhadap politik dan bangsa ini tercipta dengan bungkusan yang progersif dalam menggandeng masyarakat ikut terlibat dalam perubahan-perubahan atas dasar kemajuan bangsa dalam dunia perpolitikan.
#LombaEsaiPolitik