Masyarakat Global kini mulai sadar dengan kelestarian lingkungan hidup Bumi. Krisis iklim yang melanda seluruh dunia perlahan menyulut aksi menyelamatkan bumi, salah satunya aksi mengurangi emisi Global. Sumber emisi diklaim oleh mayoritas masyarakat global berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan energi fosil.

Salah satu inovasi teknologi untuk mengurangi emisi adalah Mobil Listrik. Kelebihan mobil listrik adalah sangat ramah lingkungan, emisi karbon yang dikeluarkan mobil listrik sangat rendah. Hal tersebut bisa mengurangi polusi udara yang sangat tinggi akibat penggunaan mobil bertenaga BBM.

Ceo Tesla, Elon Musk membuat tren mobil listrik lebih dikenal oleh masyarakat global. Kini, Tesla Motors Inc adalah pionir perusahaan mobil listrik karena Inovasinya begitu revolusioner. Di tengah gempuran industri mobil berbahan bakar minyak, Tesla tampil beda.

Tesla mewujudkan mimpi mobil listrik dapat diterima peradaban. Bahkan, Tesla menciptakan sekaligus mobil listrik yang aman, andal, gagah, bertenaga, hemat bahan bakar, dan dapat mengemudi sendiri. Alhasil, Tesla menjelma menjadi perusahaan paling bernilai.

Perkembangan Mobil Listrik Global

Perusahaan riset yang berfokus pada industri baterai dan mobil listrik (EV), Cairn Energy Research Advisors memprediksi lonjakan penjualan kendaraan listrik pada tahun 2021. Laporan itu menyebut kenaikan itu sejalan dengan upaya negara-negara di seluruh dunia mendorong konsumen untuk membeli kendaraan bertenaga baterai. Cairn Energy Research memperkirakan pertumbuhan terbesar dalam penjualan kendaraan listrik tahun depan akan terjadi di Eropa, terutama karena pemerintah di Uni Eropa berkomitmen untuk menurunkan emisi karbon dioksida.

Cairn memperkirakan penjualan global dari mobil listrik pada 2021 akan melonjak 36 persen dan menjual setidaknya 3 juta kendaraan untuk pertama kalinya. "Ada permintaan terpendam untuk kendaraan listrik. Kita akan melihat kombinasi faktor yang menjadikan 2021 sebagai titik belok untuk penjualannya," kata Sam Jaffe, Direktur Pelaksana Cairn Energy Research Advisors.

Jaffe percaya dua faktor terbesar yang akan memicu permintaan kendaraan listrik adalah pasar di Eropa dan China. China sudah menjadi pasar terbesar di dunia untuk kendaraan listrik, dengan satu juta model bertenaga baterai dibangun di negara itu tahun lalu, menurut Sanford C. Bernstein.

Pada tahun 2040 di hampir seluruh negara Eropa, kendaraan berbahan bakar fosil (BBM) akan dilarang. Bahkan target Belanda dan Norwegia lebih progresif, tahun 2025 menjadi tenggat waktu penjualan kendaraan pemapar emisi karbon.

Kawasan Eropa merupakan pasar terbesar untuk jenis kendaraan ramah lingkungan seperti mobil hybrid hingga mobil listrik. Dari banyak negara di Eropa, Norwegia menjadi salah satu negara dengan populasi terbesar mobil listrik di benua biru.

Kondisi ini juga disebabkan tingginya kesadaran masyarakat Norwegia dalam menjaga kelestarian lingkungan sehingga mereka pun tidak butuh banyak pertimbangan untuk beralih dari penggunaan mobil konvensional menjadi mobil listrik.

Norwegia berambisi menjadi negara pertama yang mengakhiri penjualan mobil berbahan bakar fosil pada tahun 2025. Bahkan saat ini pemerintah Norwegia membebaskan mobil listrik dari pajak. Kebijakan ini nyatanya sangat berpengaruh pada tren industri otomotif di negara tersebut.

Dilansir dari Reuters, penjualan mobil listrik murni (full electric) di Norwegia tahun 2020 menjadi sejarah dalam industri otomotif negara Nordik itu. Pasalnya, untuk pertama kalinya penjualan mobil listrik melebihi volume penjualan mobil dengan mesin pembakaran.

Penjualan mobil baru di Norwegia tahun lalu sebanyak 141.412 unit. Sebanyak 76.789 unit di antaranya merupakan mobil listrik. Asosiasi Mobil Listrik Norwegia menargetkan populasi kendaraan listrik terus melonjak pada tahun 2021 mencapai 65 persen. "Perkiraan awal kami adalah mobil listrik akan melampaui 65 persen pasar pada tahun 2021. Jika kita berhasil melakukannya, tujuan menjual hanya mobil tanpa emisi pada tahun 2025 akan tercapai," ujar Christina Bu dari Asosiasi Mobil Listrik Norwegia.

Mobil Listrik di Indonesia

Mobil listrik sudah mulai memasuki pasar otomotif Indonesia, peminat mobil listrik di Indonesia pun makin bertambah. Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), ada beberapa kendaraan bertenaga listrik murni yang sudah dijual di Indonesia. Hyundai loniq, BMW i3s, dan Lexus UX 300e merupakan mobil listrik yang telah memasuki pasar Indonesia.

Data distribusi wholesales (dari pabrik ke dealer) yang dirilis Gaikindo memang menyatakan bahwa belum banyak mobil listrik yang beredar di Indonesia. Masalah utama mobil listrik saat ini adalah soal harga yang relatif masih tinggi untuk ukuran rata-rata konsumen Indonesia. Sebut saja mobil listrik produksi Korea Selatan, merek Hyundai, dalam iklan yang sudah beredar dipatok dengan harga kisaran Rp 600 juta per unit.

Sementara segmen terbesar konsumen otomotif Indonesia, sekitar 60% adalah mereka yang mencari mobil dengan harga di bawah Rp 300 juta per unit.Namun, setidaknya masyarakat Indonesia sudah mulai sadar dengan keunggulan kendaraan listrik yang lebih ramah lingkungan.

Cuma Ilusi Hijau

Mobil listrik membutuhkan energi listrik untuk mengisi baterai mobil listrik. Dikutip dari Greenpeace Indonesia sumber energi listrik di Indonesia masih dihasilkan dari 88% pembangkit listrik yang berasal dari pembakaran energi fosil, yakni Batubara, Minyak, dan Gas. Batubara masih menjadi bahan bakar yang mendominasi hingga 63% pembangkit listrik di Indonesia.

Padahal, batubara jadi salah satu penghasil utama emisi. Pembakaran batubara untuk menghasilkan kebutuhan listrik kita dalam setahun, dapat melepas emisi sebanyak 168 juta ton CO2e atau setara dengan emisi dari 80 juta mobil pertahun.

Melihat fakta tersebut, kebijakan energi Indonesia justru tak berkaca. Pemerintah masih terus berencana untuk menambah PLTU Batubara lebih banyak lagi, memasok hingga 48% kebutuhan listrik sampai 2028. Penambahan PLTU Batubara berarti terkuncinya emisi hingga 30-40 tahun mendatang, sesuai umur PLTU Batubara.

Mobil listrik memang tidak mengeluarkan emisi saat bergerak dan cocok untuk mengurangi emisi di Indonnesia.  Namun yang menjadi pertanyaan apakah sumber energi baterai mobil listrik masih berasal dari PLTU Batubara?

Jika sumber listrik utamanya masih dari PLTU, maka sama saja baterai ini menyumbang emisi. Artinya mobil listrik Cuma sekedar ilusi hijau untuk masyarakat.

Solusi terbaik adalah mulai bertransisi ke energi terbarukan. Indonesia sebagai negara digaris khatulistiwa punya potensi besar untuk mengembangkannya.

Indonesia mempunyai potensi energi terbarukan mencapai 41 GW atau setara 7 kali kapasitas listrik terpasang saat ini. Potensi terbsar dari energi matahari, 0,07% - 99 % potensi yang belum digunakan. Mobil lisrik yang menggunakan sumber energi terbarukan akan menjadi kombinasi sempurna menyelamatkan manusia dari krisis iklim.