...bersaing dengan poros selatan Jawa Tengah yang didominasi oleh...

Bersaing Dengan Para Dominan

Siang ini, saya tengah dalam perjalanan ketika mendung menggelayut pertanda hujan yang ternyata tertunda entah kapan.

Di tengah keramaian lalu lalang aneka kendaraan di jalan raya menuju suatu pertigaan, sekelebat saya membaca sebuah warung makan berwarna kuning, tulisannya besar-besar terbaca; Mie Ayam COMAL.

Comal satu daerah di Kabupaten Pemalang yang terbilang unik, karena seolah berada di persimpangan dua daerah dengan tatanan logat dan dialek yang berbeda, yakni di sebelah barat cenderung berlogat Tegal dan Banyumasan, sementara di sebelah timur berlogat Pekalongan.

Satu keunikan lainnya adalah bahwa ternyata Comal memiliki racikan khas Mie Ayam khas, yang bisa dibilang mewakili olahan Mie Ayam Pantura, bersaing dengan poros selatan Jawa Tengah yang didominasi oleh Mie Ayam (dan Bakso), yakni; Wonogiri dan Solo.

Penasaran saya membelokkan saya punya kendaraan, memutar balik karena sempat kebablasan.



Padahal ketika melintas, motor berknalpot demikian berkualitas 125 cc saja.

Knalpot Menebar Kebisingan Mengganggu Pikiran

Satu warung sederhana, tepi jalan raya, yang kudu jeli si pengendara membaca tulisan bahwa di situ adalah tempat mangkal olehan mie ayam. Oleh karenanya, tulisan Mie Comal tertulis dalam huruf kuning besar-besar.

Tampak ada tiga meja makan dengan bangku tempat duduk panjang. Rapi dan tampak bersih, meski hawa dalam warung terasa gerah, karena atap setinggi tak sampai tiga meter. Bukan genteng namun terbuat dari asbes.

Dua kipas angin menempel di atap, berputar menuai angin sepoi mengusir gerah. Hanya saja sesekali terdengar suara knalpot motor yang tengah melaju kencang memekakkan telinga, karena menebar kebisingan bisa hingga lebih dari 100-an dBA.

Mungkin tujuan pengendara motor mengganti knalpot standar bawaan pabrikan motor yang telah dirancang tak menebar kebisingan seolah merontokkan degup jantung, adalah agar mereka bisa lebih cekatan dalam mengambil setiap ruang kosong jalanan yang seringkali macet, tak lancar.

Suara knalpot motor yang demikian, memang bisa membuat nyali pengendara lain, yang motornya menggunakan knalpot standar, bisa hilang nyali demi mendengar geberan knalpot yang bagai suara motor gede, Moge. Padahal ketika melintas, motor berknalpot demikian berkualitas 125 cc saja.

Akhir-akhir ini memang di banyak kota besar Indonesia, terutama di wilayah Jawa, knalpot geberan berisik perontok nyali, banyak digunakan. Suatu indikasi bahwa pulau Jawa memang telah padat penduduk. Oleh karenanya persaingan berebut ruang kosong di jalan raya, terutama bagi sesama pengendara motor sedemikian ketatnya.

Pemerintah terkait kudu membuat aturan ketat perihal produksi dan penggunaan knalpot yang demikian. Karena tak hanya mengganggu pengendara lain karena terlampau bising suara yang menggelegar dalam setiap geberan, namun juga secara tak langsung mengajarkan karakter tong kosong berbunyi nyaring.



 ...mengandung unsur kejutan dan sama sekali tak bisa dianggap remeh...

Cita Rasa Unik Butuh Perjalanan Waktu

Segera saya melupakan renungan perihal knalpot, karena jelas, tujuan saya mampir ke warung ini adalah menikmati semangkok mie ayam.

Saya pun memesan seporsi Mie Ayam bertabur bakso yang semula saya menyangka bakal tak jauh cita rasanya dengan olahan serupa dari poros selatan.

Terhidang!

Sesendok kuah Mie Ayam Comal saya seruput pelan-pelan setelah sebelumnya saya damoni, tiup-tiup pelan-pelan juga.

Serba slow motion kayak adegan laga film serial televisi tahun 1970-an berjudul The Six Million Dollar Man.

Ya, bagai Steve Austin si astronot yang jadi Cyborg tengah andok menikmati semangkok Mie Ayam Comal.

Surprise!

Ini Mie Ayam mengandung unsur kejutan dan sama sekali tak bisa dianggap remeh, dibanding dua varian Mie Ayam khas Jawa Tengah yang didominasi oleh poros Wonogiri-Solo.

Kuahnya tentu ada sensasi rasa manis, secara Comal adalah kawasan penghasil gula pasir di Jawa Tengah sehingga rasa manis menjadi ciri khas olahan masakan.

Tapi, anehnya rasa manis olahan Mie Ayam Comal tak langsung menyeruak ke dalam syaraf-syaraf otak agar menyimpulkan bahwa seruputan kuah itu adalah rasanya manis.

Perlu waktu bangsa antara 3-7 detik agar indera pengecap cita rasa menyimpulkan bahwa ini rasanya manis, juga gurih dan ada pedas-pedasnya sedikit.

Pas!



...ibarat mendaki puncak gunung tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan.

Mie Ayam Pemerkaya Ragam Masakan Khas Nusantara

Lalu, tekstur mie olahan Comal tak selembut mie buat olahan Mie Ayam Wonogiri/Solo, namun cenderung lebih kenyal hampir mendekati mie karet dengan ukuran lebih kecil, normal untuk ukuran olahan Mie Ayam pada umumnya.

Sama, cita rasa unik Mie Ayam Comal mulai terasa setelah membutuhkan waktu kisaran 10 hingga 15-an detik dari santapan pertama agar indera penikmat cita rasa menyimpulkan bahwa Mie Ayam Comal bercita rasa juara.

Adapun pentol Baksonya saya akui masih perlu dilakukan studi banding dengan cita rasa Bakso olahan khas Wonogiri.

Kehadiran pentol Bakso dalam Mie Ayam Comal, seolah bagai penyemarak suasana, pelengkap kunyahan bagi penikmat Mie Ayam agarlah ada sensasi menguyah bulatan-bulatan daging berbalut tepung nan empuk kenyal-kenyal.

Menikmati Mie Ayam tanpa pentol Bakso itu ibarat mendaki puncak gunung tanpa menoleh ke kiri dan ke kanan.

Selebihnya, Mie Ayam Comal adalah harapan baru pemerkaya kehadiran aneka Mie Ayam yang khas Indonesia, selain kelimpahan varian Nasi Goreng dan Soto tentunya.

Lalu, kehadiran warung Mie Ayam Comal yang hampir selalu adanya tak jauh dari bangjo persimpangan, adalah memberi makna betapa Comal adalah kawasan yang kaya akan ragam budaya sosial kemasyarakatan, sejalan keberadaannya di tengah persimpangan banyak budaya.

Pareng Pak.” Saya pamit sama Bapak pengolah Mie Ayam Pantura juara ini.

Beberapa langkah saya memutar balik lagi, menghadap si Bapak.

Baru ingat, saya belum bayar.