Manusia dan Teknologi
Era modern ini diidentikkan dengan era digital artinya setiap aktivitas manusia akan digerakkan oleh serangkaian teknologi digital. Relasi yang dibangun oleh antar individu adalah relasi pertukaran digital.
Yang mana setiap manusia melakukan interaksi melalui simbol-simbol digital. Hadirnya Handphone, laptop, tablet adalah wujud nyata dari hasil perkembangan teknologi digital yang mampu menyebarluaskan informasi ke seluruh penjuru dunia.
Hal tersebut, didorong oleh adanya internet sebagai penghubung untuk berkomunikasi secara online tanpa terbatas oleh ruang dan waktu. Kehadiran Internet memberikan ruang yang sangat luas bagi publik untuk mengekspresikan kepentingannya.
Di era modern saat ini, manusia dan teknologi seakan-akan tak dapat terpisahkan satu sama lain. keduanya memiliki ketergantungan, teknologi sangat berpengaruh besar terhadap dinamika kehidupan manusia.
Adanya komunikasi secara online yang ditunjang oleh internet, merepresentasikan bahwa terdapat tindakan manusia tanpa batasan yang menghalang, sehingga memunculkan kebudayaan baru yang menandakan pula nilai dan makna baru di dalam masyarakat modern ini.
Tentunya, di kehidupan masyarakat modern ini mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini terlihat dari kebiasaan masyarakat yang selalu menginginkan segala sesuatunya menjadi lebih mudah dan efisien.
Selain itu, kebudayaan teknologi modern ini dipandang sebagai budaya yang mengancam eksistensi manusia di era modern saat ini sebab teknologi lebih dominan memainkan perannya dan manusia hanya sebatas untuk mengkonsumsi hasil yang telah diciptakan.
Inilah yang dikritik oleh filsuf kebangsaan Jerman, Martin Heidegger melalui karyanya yang berjudul Being and Time (1927). Menurut Heidegger adalah hal yang menentukan hidup manusia dan kesejahteraan yang bergantung pada kemampuan mereka melalui teknologi menuju ke “dunia yang lain”
Kehadiran teknologi merupakan ancaman besar bagi otentitas manusia. Artinya apa? Bahwa teknologi mereduksi manusia yang hanya menjadi pelengkap dalam hal penggunaan teknologi.
Teknologi merupakan entitas yang dapat menghasilkan persoalan dan menentukan perilaku manusia. Pandangan mengenai teknologi terhadap eksistensi manusia, sebenarnya tergantung pada pemanfaatan di dalam mengelola kemajuan teknologi.
Maka dari itu, teknologi haruslah dipandang dalam perspektif yang holistik. Tak cukup hanya semata-mata ditujukan untuk kepentingan yang praktis.
Ilusi Kebahagiaan Teknologi
Dengan perkembangan teknologi yang secara massif, manusia hidup di dalam batasan ruang yang mana dirinya telah meleburkan ke dalam dunia citraan. Mereka seakan-akan dibayang-bayangi oleh citraan semata.
Teknologi sendiri tanpa henti mengonstruksi dunia realitas dan memberikan wadah bagi manusia untuk memenuhi hasratnya sehingga muncul aktivitas manusia yang absurd tiada tujuan yang jelas.
Semua aktivitas berbasis internet yang sudah menjadi kebudayaan modern saat ini. Sering kita jumpai orang-orang di media sosial, contohnya seperti di aplikasi seperti WhatsApp, Instagram, line, Facebook, dan lain sebagainya.
Setiap aktivitasnya akan diunggah melalui fitur story yang disediakan di dalam aplikasi tersebut. Mereka melakukannya seolah-olah sedang memberitahukan aktivitasnya kepada yang lainnya di jejaring sosial apa yang sedang mereka kerjakan saat itu pula. Itu sudah menjadi sebuah kebutuhan sehari-hari.
Dapat dikatakan pula, hal tersebut sebagai kebutuhan palsu. Kebutuhan yang dibuat oleh kemajuan teknologi yang secara tidak langsung memanipulasi kesadaran manusia. Yang kemudian menjadikan manusia berlebihan bersifat konsumtif dalam pemenuhan kebutuhannya semata.
Saat ini, manusia menjadi makhluk konsumer (homo consumatoris). Mereka tak akan pernah merasa puas dari barang atau jasa yang telah dikonsumsinya itu hanya untuk bersaing di dunia citraan untuk menjadi yang lebih unggul..
Menurut Jean Baudrilland, salah satu seorang filsuf postmodern, mengatakan bahwa saat ini telah terjadi konsumsi tanda, yang mana maksudnya adalah tindakan mengonsumsi suatu barang atau jasa hanya semata lebih mengutamakan tanda atau simbol yang melekat dari hasil produknya.
Di kehidupan sehari-hari, barang atau jasa tersebut memikat setiap individu untuk selalu memakainya, yang seolah-olah membuat individunya terhipnotis oleh citraan-citraan yang melekat pada produk tersebut.
Itulah Masyarakat Konsumerisme. Masyarakat yang berlebih-lebihan mengkonsumsi produk-produk yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi yang sebatas hanya menyita waktunya untuk mengekang dirinya sendiri ke dalam dunia citraan untuk pemuasan hasrat pribadi.
Mereka tak lagi memandang nilai utilitas dari hasil kemajuan teknologi saat ini. Hemat saya, itulah dunia citraan yang penuh ilusi kebahagiaan manusia.
Metaverse : Pengikisan Dunia Realitas
Peran teknologi di era saat ini, sangatlah mendominasi dalam tatanan masyarakat modern. Kekuasaan teknologi mencakup seluruh aspek tataran kehidupan manusia. Adanya anggapan bahwa kemajuan peradaban manusia disamakan dengan berkembang pesatnya teknologi.
Baru-baru ini, Mark Zuckerberg mengumumkan pergantian nama Facebook menjadi Meta yang bertujuan untuk menciptakan platformnya menjadi metaverse. Istilah tersebut pertama kali muncul yang dirilis pada tahun 1992 oleh sang penulis sains fiksi Neal Stephenson dengan judul “Snow Crash”.
Metaverse itu sendiri diartikan sebagai dunia virtual dengan berbagai aspek kehidupan manusia seperti realitas di dunia nyata. Mark Zuckerberg ingin menciptakan sebuah ruang lingkungan virtual dengan bantuan teknologi augmented reality, headset virtual reality, atau teknologi yang lain.
Di ruang virtual tersebut pengguna dapat berinteraksi secara langsung dengan konsep 3D tanpa mengenal batas. Seperti halnya melakukan bisnis hingga bersosial dengan orang lain. Hadirnya konsep Metaverse ini menunjukkan nantinya kehidupan manusia akan sangat bergantung kepada teknologi.
Misalnya saja, aktivitas manusia seperti berkomunikasi, berbisnis sampai hal hiburan, musik, main game dan lain sebagainya yang akan sangat bergantung kepada teknologi. Akar dominasi teknologi ini berasal dari pengetahuan ilmu yang sudah menyebar ke setiap sendi-sendi kehidupan manusia.
Hal ini disebabkan oleh kemampuan manusia yang selalu meningkatkan kreativitas dan inovasinya di dalam kemajuan peradaban manusia. Teknologi sering dipandang sebagai pembebasan manusia. Alih-alih membebaskan justru malah membawa manusia menjadi terbelenggu.
Mengapa demikian? Sebenarnya tak ada persoalan mengenai penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, bagi Herbert Marcuse, mengatakan bahwa di situlah teknologi juga mampu untuk memanipulasi kesadaran manusia di dalam mengokohkan produktivitasnya.
Kita tak lagi mampu untuk menggunakan teknologi secara sadar dan kritis. Sehingga yang terjadi saat ini, teknologi mengusai diri kita untuk menggunakannya tanpa henti setiap saat. Asumsi yang muncul bahwa dengan menggunakan teknologi seakan-akan dipermudah segala aktivitas.