Suhu politik menjelang pilkada DKI semakin memanas. Ditambah lagi, demo akbar yang akan berlangsung di jantung ibukota dalam rangka menyusut kasus Ahok lantaran dianggap sebagai penista al-Quran dan agama. Dikabarkan, mereka (pendemo) datang dari berbagai daerah di Indonesia. Katanya, jumlah mereka pun tidak main-main, nyaris mendekati angka ‘satu juta’. Wow! Itu artinya, Jakarta bakal dibanjiri oleh orang-orang yang ‘berjuang’ demi agama. Tapi, apa iya, mereka layak kita sebut pejuang agama? Ah, entahlah.
Hebatnya, aksi demo yang bakal berlansung empat November itu, menjadi obrolan rakyat, yang cukup membuat hati mereka cemas barcampur getir. Dengan kata lain, masyarakat dibikin gamang. Kegamangan itu muncul ketika ribuan massa yang akan berdemo, yang katanya, memiliki niatan lain dengan mendirikan khilafah atau negara Islam (daulah Islamiyah) di negeri tercinta ini. Tentu saja, ini hanya sebatas analisa yang kemungkinan bisa benar dan salah.
Yang jelas, akibat kegaduahan itu, kita dibuat lupa akan peristiwa yang seharusnya penting untuk kita ingat, yang menurut pandngan saya, mengingat duka mereka lebih penting daripada hanya sekedar demo. Kalau demo dikatakan sebuah jihad, maka mengingat dan membantu mereka melebihi jihad itu sendiri dan tentu saja akan berpahala di sisi Allah.
Ya, mereka adalah korban dari bencana alam, korban kemiskianan dan lain-lain yang ada di negeri ini. Tak perlu jauh-jauh, peristiwa banjir bandang di Garut yang memakan banyak korban, dan juga mereka yang memiliki keterbatasan dari segi ekonomi hanya untuk sekedar menyambung hidup. Dan masih banyak lagi saudara kemanusiaan yang membutuhkan uluran tangan kita. Ironisnya, mereka terlupakan.
Sejatinya, dalam duka dan kepedihan mereka, ada sebuah pahala yang nyata, yang bisa diambil siapa saja dengan cara membatunya. Tapi sayang, itu malah dilupakan dan diabaikan. Justru perihal yang tidak prinsipil terlalu dipandang penting. Seperti aksi demo yang akan berlangsung empat November itu, dan perkara-perkara lainnya yang menurut mereka penting, padahal sama sekali tidak penting. Masalah penistaan agama, selebihnya serahkan kepada kuasa hukum, karena kita berpijak di sebuah negara yang segala sesuatunya berlandaskan hukum yang berlaku. Tidak asal-asalan mengambil keputusan.
Kembali ke pokok permasalahan, sudah selayaknya kita membuka mata dan telinga terhadap mereka yang tengah kesulitan. Siapa tahu, akibat orang-orang terlalu sibuk dan fokus pada aksi demo itu, pemasukan bantuan ke tangan saudara-saudara kita jadi berkurang. Kalau sudah berkurang, bukan tidak mungkin kalau mereka ‘saat ini’ tengah menahan sakit perut akibat kelaparan yang mereka rasakan beberapa hari belakangan ini. Kalau mau cari pahala, bukankah membantu mereka adalah pilihan yang tepat, ketimbang menjemur diri di bawah terik mentari sambil berkoar-koar yang tak jelas itu?
Akhir kata, Nabi Muhammad Saw pernah besabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang memberikan manfaat bagi manusia.”