Semenjak kecelakaan tunggal yang ia alami tepat tiga tahun yang lalu. Jean mulai memandang kehidupan dengan cara berbeda.
Pertama, dalam hal memanfaatkan kesempatan :
“Kenapa harus Islandia? padahal banyak kan tawaran pekerjaan buat kamu di Indonesia? Bunda gak mau kamu hidup jauh dari keluarga lagi, Jen” ujar Bunda setelah Jean menceritakan niatnya untuk bekerja di KBRI Islandia mulai bulan depan. Keputusan ini terlalu tiba-tiba sekaligus membuat Bunda jadi tak tenang.
Biasanya Jean akan menepikan beberapa kesempatan yang datang kepadanya dengan alasan ‘Masih bisa di lain waktu’ tapi kini— ia tak lagi berpikir demikian. Kesempatan lain mungkin akan datang, tapi apakah di waktu itu kita masih ‘Mampu’ dan ‘Ada’ untuk melaksanakannya? hanya Tuhan yang tau.
Untuk itulah Jean akhirnya melakukan penerbangan ke Islandia, tempat kelahiran sang cinta terakhirnya.
Sejujurnya, Islandia sudah menjadi negara impian Jeanath jauh sebelum ia bertemu dengan Ashara. Karena ia bermimpi untuk menghabiskan masa tua di negara Skadinavia yaitu negara dengan tingkat kriminalitas rendah dan Islandia adalah salah satu dari daftar negara Skandinavia tersebut.
Dulu Jean tak masalah untuk tinggal di negara Skandinavia yang lain. Entah Finlandia, Swedia, Denmark, atau Norwegia dia tak masalah. Tapi.. sejak mengenal Ashara ia jadi ingin ke Islandia. Negara itu punya nilai tambah tersendiri karena sudah berjasa menjadi tempat lahirnya bayi perempuan yang menjadi tempat hati Jean berlabu.
Kedua, kedekatan dirinya kepada Tuhan:
”Ladies and Gentlemen, we shortly will be landing at Keflavík International Airport in Reykjavík. The local time now is 20 minutes past 11 a.m. The time in Islandia is 5 hours ahead of Indonesia. Please fasten your seat belt against your seatback into the outbreak position and locks your table securely. Place your phone back and video monitor in place also keeps your window safes open during this time. Passenger who are Using laptop and other entertainment devices, please switch them off now. We would like to remind you that carrying narcotics and drugs in Indonesia is the violation of the law, Thank you.” ujar sang pramugari melalui megaphone di pesawat, pemberitahuan ini menandakan Jean telah kembali diberi Tuhan keselamatan untuk sampai di negara tujuannya.
Buru-buru Jean memejamkan mata, menyatukan kedua tangannya di depak dada lalu berdoa.
‘Ya Tuhan terimakasih engkau telah mengabulkan rencanaku untuk melakukan penerbangan ke Islandia dengan selamat, saya memohon kepadaMu agar selalu menyertaiku dalam menempuh kehidupan baru di negara asing ini’ Jean memanjatkannya dalam hati.
Setiap menit dan detik ia tak lagi lupa atas kehadiran yang maha kuasa. Berdoa tiap akan maupun telah melakukan sesuatu.
Dan dalam ribuan doa yang telah Jean panjatkan, nama Ashara Islandia selalu ia sebut dan doakan kebahagiaannya.
Ketiga, menikmati cara hidup:
Beruntung sekali Jean sampai di Islandia pada bulan Juni, artinya ia bisa menikmati indahnya Midnight sun karena Islandia sudah mulai memasuki musim panas.
Midnight sun sendiri adalah kondisi di mana sinar matahari tetap bersinar terang pada tengah malam. Meski begitu suhu di sini tetaplah dingin, rata-rata suhu di Reykjavik pada awal dan akhir musim panas sekitar 6-10 derajat Celcius, berbeda dengan Indonesia yang bisa mencapai 35 atau lebih.
Di Reykjavík, kota terbesar sekaligus ibukota negara Islandia terkenal karena cuaca dingin yang dimiliki. Membuat negara ini dikenal sebagai negara terhijau, terbersih dan teraman didunia. Itu menjadi poin plus sekaligus minus bagi Maviesa, pasalnya ia belum bisa beradaptasi dengan suhu dingin di Kanada yang tak sebanding di sini.
Meski begitu Jean tetap berani mengambil risiko, menikmati aroma salju yang baru mencair dengan sesekali bersin. Jean menyukuri tiap berkah dalam hidupnya, flu sedikit tak masalah untuknya.
Ia juga jadi gemar mengambil gambar dari tiap tempat yang ia lewati. Apalagi untuk sampai di Apartement barunya, ia harus lewat di pertokoan Laugavegus yang indah nan berwarna. Membuat Jean tak henti menekan tombol jepret.
bayu ( apart ) : Tuan Jean, kuncinya saya letakkan di bawah karpet ya.
bayu ( apart ) : Selamat menempati
Isi pesan yang diterima Jean dari si penyewa apart sebelumnya, buru-buru ia memasukkan kamera tangannya ke dalam tas. Karena ia sangat penasaran dengan wujud tempat tinggal barunya.
Jean cukup picky dalam memilih tempat tinggal. Beberapa syarat yang ia miliki :
- Memiliki Balkon dengan pemandangan indah
- Terletak dikeramaian kota
- Dekat dengan fasilitas sosial (rumah sakit, kantor polisi)
Tempat yang membuat Ashara nyaman jikalau ia kembali dan mau hidup bersama lagi
Cklek
Hal pertama kali yang menjadi fokus utama Jean adalah ruangan apart ini sangat wangi. Bukan wangi atas pengharum ruangan, melainkan aroma alami yang berasal dari luar. Sebut saja aroma Islandia.
Perpaduan dari aroma lelehan salju bercampur mekarnya bunga beraroma romantik mungkin menjadi sumbernya.
Tak hanya itu, pemandangan balkon apart yang menghadap ke selatan hingga dapat memuat gambaran rumah penduduk, danau dan pegunungan dalam satu frame yang sama juga menjadi highlight kepuasan Jean
" Tuhan ini sangat cantik, cantik sekali... " puji Jean tak lupa mengucapkan rasa syukurnya pada sang maha kuasa.
But.. Jean masih belum bisa menikmati pemandangan itu dengan lega. Pasalnya di depan pintu apartnya, ada beberapa tumpuk kardus berwarna coklat yang memuat barang-barang miliknya.
“Okay… let’s do it” kata Jean sebelum membedah isi kardus pertama. Disana.. ada sebuah barang yang Jean anggap sangat penting seperti laptop, dokumen, beberapa pakaian hangat, sarung tangan dan…. ponsel lamanya.
Ponsel dari brand Apple itu masih terbungkus plastik OPP dengan logo kepolisian kota Ottawa, Kanada sebagai pelapisnya. Maklum Jean tak pernah mengecek ponsel itu lagi sejak diserahkan oleh pihak kepolisian pasca kecelakaan hebat itu.
Ia bahkan agak lupa tentang keberadaan ponsel itu karena setelah siuman, tak ada yang bisa Jean pikirkan selain orang tua, masa depannya dan rasa patah hati atas pertunangan Ashara yang ternyata berujung salah paham.
Sekarang, Jean jadi penasaran dengan kondisi ponsel itu.
Dari luar, ponsel itu cukup terlihat tak layak pakai lagi. Pejah di area layar maupun body ponsel, noda darah yang masih tersisa atas kejadian tiga tahun yang lalu— bahkan butiran aspal juga masih ada yang menempel di sisi ponsel.
Makanya Jean agak terkejut mengetahui ponsel itu ternyata masih dapat menyala. Menampilkan lockscreen fotonya dengan Ashara yang saat itu masih menjadi pasangan harmonis. Tanpa sadar Mavi tersenyum melihatnya, “I miss that moment so much” lirihnya sebelum menekan 6 digit password yang masih menggunakan tanggal lahir Ashara.
Barulah puluhan pesan dari aplikasi Whatsapp itu masuk bersamaan, Jean agak syok membacanya.
“Asha..?” pekik Jean setelah membaca si pengirim ribuan pesan kerinduan sejak tiga tahun yang lalu. Ashara…. kirim pesan sebanyak ini pas aku pergi? Jean gak lagi bermimpi kan?
Punggung Jean jadi menegak, satu demi satu pesan itu ia baca. Ada yang membuatnya tersenyum, ada juga yang membuat Jean menyesal, dan … membuat Jean terkejut.
Asha : I misss you .. (now)
Tanpa pikir panjang, Jean langsung menekan tombol hijau pada ujung kanan atas kontak Asha untuk melakukan sebuah panggilan.
DEG! Ponsel itu ternyata tak mampu melakukan panggilan.
Buru-buru Jean mengetik 12 digit nomor ponsel Asha yang sudah ia hafal di luar kepala. Maklum masih kecintaan. dan membuat panggilan melalui ponsel barunya.
Tuut… tuuutt…
Sembari menunggu jawaban, Jean sesekali membaca ulang dan melihat foto yang telah Asha kirim. Rasanya … familiar.
Jika Ashara berada di area Skandinavia, maka negara Islandia bisa saja menjadi tempat tinggalnya saat ini. Tapi.. jika tidak, Jean juga tak masalah melakukan perjalanan dadakan detik ini juga untuk terbang ke negara Skandinavia yang lain dan memenuhi kerinduan Ashara.
‘Hallo?’ sapa Ashara ketika telfon Jean terhubung. Jean hampir pingsan mendengar suara lembut itu. Suara yang ia rindukan selama tiga tahun penuh tanpa istirahat. Ashara Islandia.. you still so mean to me.
Jean berdiri, berjalan mondar-mandir, hingga akhirnya menemukan Balkon kesukaannya itu lagi.
“Sa… ini aku Jeanath” jawabnya agak gugup, takut Ashara akan terkejut dan memutuskan panggilan ini.
Dan benar saja, setelah Jean mengatakan itu panggilan mereka langsung hening. Mungkin sama-sama terkejut.
Membuat Jean jadi gerah, “Hallo, Sa?” panggilnya lagi sembari melepas coat dan melemparnya asal ke dalam ruangan. Kini Jean hanya menggunakan kaos polo lengan pendek berwarna hitam andalannya, sehingga dapat memperlihatkan bekas 25 jahitan pada lengannya yang dioperasi karena accident itu.
“Saa? kamu gapapa?” tanya Jean memastikan, karena dia mendengar suara isakan di seberang sana.
‘ i miss you..’ kata Ashara.
Duh, sekali ngomong.. Jean langsung dibuat kepalang. Satu kalimat pengguncang dada Jean hingga kini yang hanya ia pikirkan adalah menyusul keberadaan Ashara meski ia sedang di kutub utara.
“God, Sa… where are you now? aku samperin ya? aku juga kangen mati sama kamu” ujar Jean sembari meremas rambutnya yang mulai panjang.
“Aku di belakang kamu” suara Ashara kali ini terdengar nyata, seperti tak datang dari ponsel milik Jean.
Sesaat Jean tampak mencerna, sedetik kemudian ia lalu berbalik dan menemukan … orang pemegang tahta tertinggi dihatinya itu sedang berdiri di balkon yang tepat berdampingan dengan balkon milik Jean.
“Asha..” panggilnya lirih seolah tak percaya lelaki ini berdiri di hadapannya, dipisahkan hanya dengan satu pagar pembatas yang tak mudah Jean lompati.
Tangan Asha yang sebelumnya berada di telinga mulai meringsut turun dan itu membuat Jean sadar atas kehadiran cicin pemberiannya yang ternyata masih Jean simpan di jari manisnya.
Hal itu tentu sangat berarti bagi Jean, mengetahui ternyata tak hanya dirinya yang memakai cincin itu.
“Yes, it’s me” Asha tersenyum “Nice to meet you, Mr Fabion”
END
Pada akhirnya takdir masih berada di pihak mereka. Mungkin memerlukan waktu yang lama dan jalan yang penuh rintangan. Namun, Jean tetap bersyukur dan ia berjanji untuk tak akan melepas Ashara lagi.
Raga yang sama, hati yang sama dengan pikiran yang jauh lebih dewasa dan momentum yang pas adalah kombinasi sempurna dari takdir Tuhan.