Berabad-abad menanti pertalian darah
beradak penjajah tuk berjaya atas sang saka
darah-darah tersembul merah
demi terbebas dari sengsara
tulang-belulang patah
demi perkasa kesaksian dunia
Wahai penjajah..
kau pikir kami lengah?
nyata pun kau gegabah!
Hoi lihat kami!
kami bersatu
kita beradu
dan bergelut dengan senjatamu
Membungkam berita dengan ujung tombak bendera
mendera hukuman dan mengutik kibul lawan
Hoi lihatlah kau!
kau yang berpangkat sersan
tinggi, gagah dengan pangkat berbintang-bintang
tapi sayang, kau terbuncang
oleh megaknya pahlawan
Hoi lihat kami!
menjulang bagai garuda
berlari; mengejar keyakinan
mengutuh semesta Tuhan
melebur; gagah
berlaga pada perang
menyiksa yang dipertuan
bergerak dan terus melawan!
Pada akhirnya, kau takkan mampu; berdiri di tanah air
pun menghasut ibu pertiwi
karena kami tidak akan mati sia-sia, kami tidak sia-sia!
yang kami ingat hanyalah merdeka! merdeka! merdeka!
Kabar Hari Ini
Ambulans mondar-mandir di telingamu
masuk kiri, keluar kanan
esok mati, lusa di kuburan
Kabar kematian tiada henti mengucurkan;
suntikan dana tiada sampai kemiskinan
Waspada! penyakit menular menyebut-nyebut namamu!
Di depan gerbang, seorang perawat keteteran
Di setiap kesedihan, pahlawan-pahlawan berguguran
Tidak ada kendali
Tidak ada aksi
Tidak ada solusi
Tidak ada pasti
Tidak akan terhenti
Tidak akan berhenti;
Ambulans mondar-mandir di telingaku
Hari ini, siapa lagi yang mati?
Generasi Alpha
(Bumi berputar zaman beredar)
Aku menanam, mereka menanak
aku membubuh, mereka membunuh
aku menghijau, mereka memerah
aku mengalir, mereka mengering
aku menyejuk, mereka memanas
mereka kenyang, aku kelaparan
mereka tiada, aku sengsara—sungguh, pekerjaan rumah ini merepotkan
/
Voyager 1 mengembara masa depan
menebus; menebas tata surya
menemu; menamu aku dan dirimu
dalam sajak ini, 11 miliar kilometer dari pusat matahari bertakuk
lihatlah itu, sebuah bahasa tersiar hingga batas-batas heliosfer.
Glosarium Bahasa Privat
Wittgenstein sedang membuat sindiran kepada anak muda yang mati akal belajar memaknai kata "artinya".
/
Awas bahasa privat; bongkak!
mencuci mulut dari bekas obrolan tamu
manusia saling membuka aibnya masing-masing
namun jangan lupa tersenyum
berbahasa asing mengasyikkan bukan?
Bahasa ibu dulu tak laku, kita banyak membeli bahasa luar dengan harga diskon
Bahasa ibu sekarang menggerutu, kita banyak mengirim bahasa slang dengan kotoran kuda
Bahasa ibu kemudian runtuh, kita tidak memiliki biaya untuk mendirikan gudang bahasa.
Ekonom Senior
Bahasamu terlalu vokal untuk orang normal di sini. Bahasa sumpit jadi makanan sehari-hari
Kita senang suap-menyuap, jilat-menjilat, iming-memikat; kenikmatan yang menyeruput lidah kadal melata—ini tanahku! tanah terjual dari impor gelap yang kau pancang. Jangan sampai ketahuan, cucuku pasti menangis di bubungan
Tetapi terbuat melalui apa makananku? makananmu terbuat dari keserakahan!
Rumit
Hidup terlalu banyak peristilahan
lahan-lahan rumit; seperti mulutku yang bolak-balik memanggil hutan
Reboisasi, denudasi, konservasi, serta reklamasi, tetap saja air keringat mengucur deras di kepalaku.
Negara rembes—longsor, kisut ke baju partai.
Tuan Tanah
Tuan-tuan dan nyonya-nyonya sekalian yang saya banggakan, kalian bermukim di tanah langsat. Bernyanyi, menari, mengiring seekor sapi. Habis berkebun, meminum racun, hama terhibur, tanah menyembur. Negara sudah terjual; mengobral. Sarang semut di tanah air mengungsi ke pulau natal
Tuan-tuan dan nyonya-nyonya sekalian yang saya muliakan, kami ucapkan selamat telah membeli negara dari bahasa dagang. Kami belajar memperagakan westernisasi ke anak cucu, untuk melenyapkan sebuah budaya asiafilia
Tuan-tuan dan nyonya-nyonya yang saya hormati, mengapa tradisionil telah ditinggalkan oleh orang-orang setempat? apakah pribumi yang diberitakan itu, sudah menjadi replika orang-orangan sawah? tetapi bagaimana keadaan tikus di negara kami? apakah dia sudah menjadi tuan tanah di negeri lain?
Tuan-tuan dan nyonya-nyonya yang saya hormati
Tuan-tuan dan nyonya-nyonya yang saya hormati.
Bom Bunuh Diri
Suara ledakan dari telinga polisi, mendengkur ke jantung teroris. Tembakan melesak dada; mengumandangkan undang-undang negara
Kekerasan mengakuri, kekejaman merabuni, jejak orang tak bersalah telah menghadap ke arah jeruji
Hukuman terpotong dari kesepakatan sebenarnya, siapa yang sedang kami hadapi di negara tersebut?
Bom waktu; seperti rentang sejarah sebelumnya, mengambil catatan-catatan lusuh, menggali apriori kumuh
Dirikan seorang aku yang menilai kebenaran, dirikan segamblang aku dari percakapan mata-mata. Dorongkan gambaran ketidakadilan seolah tak bernyawa; selanjutnya! seterusnya!
Mendaftarhitamkan Aku
Sabtu dan tubuhku mulai usang—perbarui sekarang! sebelum kota-kota menayangkan sebuah kendaraan terbang
Tetapi, aku perlu menampang kaki dan tangan melalui cip mikro
Daftarkan dirimu segera!-formulir ada di depan-halaman situs sedang menyiapkan-isi biodata ini secara lengkap-simpan kode pin tersebut-dan selamat datang
Aku buka mata, aku buka telinga; akses wabah teridentifikasi
2092; eror. Suara di dalam mulut membatalkan segala rencanaku menebar benih di belakang rumah. Hari minggu, aku mati.
Interregnum
Mampukah koloni semut berpaling walau liang dipagar gula-gula?
Mampukah gerombolan kambing memakan rumput, walau tanah berendeng-rendeng kotoran?
Bangkai-bangkai berjamur kau musnah, rengga-rengka di punggung kau punah, tulang menanggung pun kau ruah, wujud lahad pung; kau curah
Batu-batu berjejer, membentuk gedung
padi-padi merenduk; bertumpuk pajak
beton aspal menambal, menyisir bahaya
manusia topang hidup bertimba uang
Jangankan mengotori, setapak kaki mengekor laba rugi, jangankan menabiri, ingat sedikit pun enggan menaburi.