Komunikasi merupakan elemen paling penting dan mendasar dalam kehidupan sosial seseorang. Hampir tidak ada interaksi sosial yang tidak melibatkan proses komunikasi di dalamnya. Karenanya, memahami bagaimana komunikasi berlangsung menjadi hal yang sangat penting.
Terkait itu, buku yang ditulis oleh Dr. A. Supratiknya ini, secara khusus, membahas tentang beberapa segi penting dalam komunikasi antarpribadi. Hal yang dibahas cukup luas, mulai dari soal pembukaan diri, cara membangun kepercayaan, proses pengungkapan perasaan, hingga strategi untuk mengatasi konflik antarpribadi.
Pada bagian awal buku, dibahas tentang pentingnya komunikasi antarpribadi. Bahwa komunikasi antarpribadi dapat membantu perkembangan sosial dan intelektual kita. Ia juga dapat mengembangkan identitas atau jati diri, memahami realitas sekeliling, juga memengaruhi kesehatan mental seseorang.
Meski ia menjadi hal yang penting dan mendasar, banyak orang gagal untuk mengembangkan keterampilan komunikasinya. Bahkan, untuk jenis keterampilan yang paling dasar.
Untuk sukses berkomunikasi, paling tidak seseorang harus mampu memahami orang lain. Selain itu, seseorang juga harus dapat mengomunikasikan pikiran dan perasaannya dengan tepat dan jelas; mampu menerima dan memberikan dukungan; serta dapat menyelesaikan masalah atau konflik yang berlangsung dalam komunikasi.
Secara khusus, dalam komunikasi antarpribadi, seseorang perlu melakukan pembukaan diri, yaitu proses ketika seseorang pengungkapan perasaan, sikap, dan perilaku terhadap kejadian-kejadian disaksikan selama proses komunikasi berlangsung.
Pembukaan diri ini menjadi dasar bagi hubungan yang sehat, intim, realistik, dan saling menyukai. Di samping itu, proses ini juga dapat memfasilitasi seseorang untuk tumbuh menjadi pribadi yang matang dan bahagia.
Dalam komunikasi interpersonal, cara kita memberikan umpan balik kepada orang lain juga menentukan kualitas hubungan yang akan berlangsung. Ada beberapa cara untuk memberikan umpan balik tersebut.
Di antaranya: umpan balik mestinya diarahkan pada perilaku, bukan pribadi. Dan perilaku yang diberi umpan balik harusnya juga perilaku spesifik, bukan abstrak. Umpan balik pun mestinya juga diberikan segera setelah kejadian berlangsung, tidak bersifat memaksa, bukan dalam bentuk nasihat atau petuah, dan bersifat menghargai.
Kepercayaan adalah segi lain yang mutlak harus ada dalam komunikasi antarpribadi. Karena untuk dapat membangun relasi, dua orang harus saling memercayai. Saling percaya tersebut dibangun oleh risiko dan peneguhan, serta dihancurkan lewat risiko dan penolakan. Kepercayaan tak mungkin timbul tanpa risiko, dan relasi tidak akan mengalami kemajuan tanpa kepercayaan (hlm. 27).
Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung lewat jalur verbal maupun nonverbal. Kedua jalur komunikasi tersebut saling melengkapi satu sama lain.
Dalam komunikasi verbal ini, tarafnya berbeda-beda. Ada komunikasi yang berlangsung sekadar untuk basa-basi, untuk membicarakan orang lain, untuk menyatakan pendapat dan gagasan, serta komunikasi hati atau perasaan.
Salah satu segi yang menarik dan paling membahagiakan dalam berkomunikasi dengan orang lain adalah berbagi perasaan. Selain membahagiakan, mengungkapkan perasaan juga berkontribusi terhadap kesehatan psikologis seseorang. Di luar itu, mengungkapkan perasaan juga dapat menciptakan dan mempertahankan hubungan yang intim dengan orang lain.
Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain, paling tidak berlangsung lima proses pengungkapan perasaan. Yang pertama adalah proses mengamati. Dengan alat indranya. seseorang mengumpulkan informasi tentang partner yang diajak berkomunikasi.
Selain mengamati, orang juga menafsirkan semua informasi yang diterimanya. Dalam menginterpretasikan, ini ditentukan oleh informasi yang dicerap, asumsi yang dimiliki, serta sudut pandang orang bersangkutan.
Orang juga mengalami perasaan tertentu sebagai reaksi spontan terhadap penafsiran mereka pada informasi yang diterima. Selanjutnya, mereka akan terdorong untuk menanggap perasaan tersebut.
Orang memiliki intensi yang akan mendorong dan mengarahkannya untuk berbuat sejalan dengan perasaan-perasaan tersebut. Dan, pada akhirnya, orang akan mengungkapkan aneka perasaan itu dalam bentuk perilaku.
Dalam kenyataannya, banyak orang yang mengalami kendala dalam mengungkapkan perasaan tersebut. Mereka berusaha untuk menyangkal, mengalihkan, atau menyembunyikan perasaannya. Keadaan demikian dapat mengakibatkan aneka masalah dalam hubungan antarpribadi.
Ia juga dapat menyebabkan seseorang mengalami distorsi dalam memersepsikan sesuatu, dan melakukan persepsi yang sifatnya selektif. Dalam banyak kasus, ia juga menjadikan seseorang kesulitan untuk memahami dan menyelesaikan aneka masalah yang menghinggapinya.
Pengungkapan perasaan sendiri dapat dilakukan secara verbal maupun nonverbal. Bentuk pengungkapan perasaan tersebut, di antaranya dengan memerintah, mencap, menuduh, menyindir, mencela, memuji, atau memberikan julukan. Cara-cara tersebut bisa dikatakan merupakan cara yang kurang sehat.
Pengungkapan perasaan yang baik setidaknya dapat dilakukan dengan mendeskripsikan perasaan itu. Hal itu dilakukan dengan mengidentifikasi atau menyebut nama perasaan itu. Dapat juga menggunakan kiasan perasaan, menunjukkan bentuk tindakan, atau menggunakan kiasan kata-kata.
Hal lain yang tidak kalah penting dalam komunikasi antarpribadi adalah proses memersepsikan perasaan orang lain. Perasaan sebagai reaksi internal seseorang hanya bisa dilihat dari aneka ekspresi yang dmunculkan oleh individu. Sebelum seseorang menanggapi perasaan orang lain, mereka harus menyelidiki dan memastikan dulu bahwa mereka benar-benar mengetahuai perasaan yang dirasakan orang lain (hlm. 60).
Dalam beberapa komunikasi interpersonal, seseorang juga harus siap menerima seseorang yang datang untuk mengungkapkan kerisauan hatinya. Mereka mengharapkan pertolongan untuk keluar dari masalahnya.
Dalam situasi seperti itu, tanggapan yang diberikan seseorang bisa beragam. Ada yang memberikan penilaian dan nasihat; menganalisis dan menafsirkan; meneguhkan dan memberi dukungan; menanyai dan menyelidiki; atau memparafrasekan dan memahami. Masing-masing tanggapan tersebut akan memiliki dampak yang berbeda pada orang yang meminta dukungan tersebut.
Kemampuan menerima orang lain secara tulus, autentik, dan utuh juga dapat mengeratkan hubungan interpersonal. Dan pada setiap hubungan, taraf penerimaan kita pada orang lain juga bervariasi, mulai dari yang dangkal hingga yang dalam. Sebagian penerimaan tersebut ada yang bersifat klise dan murahan, sementara sebagian yang lain menunjukkan penerimaan yang sejati.
Hal lain yang tidak dapat dihindari dalam hubungan antarpribadi adalah konflik. Hampir tidak ada komunikasi antarpribadi yang kalis dari konflik. Dan pada umumnya masyarakat memandang konflik tersebut sebagai hal yang buruk dan harus dihindari.
Meskipun banyak orang juga mulai sadar bahwa bukan konflik itu sendiri yang dapat memutuskan hubungan, namun cara memandang dan menyelesaikan itu yang paling menentukan. Lebih dari itu, ketika orang dapat mengelola konflik dengan baik, justru ia akan membawa dampak yang konstruktif.
Ketika sedang berkonflik, seseorang akan cenderung mengembangkan gaya tertentu dalam menghadapinya. Sebagian orang menggunakan gaya kura-kura, yaitu dengan berusaha menghindari konflik. Ada yang menggunakan gaya ikan hiu, yaitu berusaha untuk memaksakan solusi yang ditawarkan.
Orang yang lain menggunakan gaya kancil, yang lebih mementingkan hubungan daripada tujuan-tujuan pribadinya. Orang yang menerapkan gaya rubah cenderung mencari kompromi. Sementara yang paling baik adalah gaya burung hantu, yang mengutamakan tujuan-tujuan pribadi serta hubungannya dengan pihak lain (hlm. 100).
Aneka topik yang dibahas dalam buku ini cukup memberikan pengantar kepada pembaca mengenai dinamika komunikasi antarpribadi. Setelah membaca buku ini, kita akan mememiliki kerangka umum tentang aneka macam isu terkait komunikasi tersebut. Hal itu dapat memandu kita untuk memperdalam dengan bacaan-bacaan yang lain yang relevan.
Riwayat Buku
- Judul: Komunikasi Antarpribadi: Tinjauan Psikologis
- Penulis: A. Supratiknya
- Penerbit: Kanisius
- Cetakan: 1995
- Tebal: 108 halaman
- ISBN: 9786025783869