Bulan ini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan secara resmi prakiraan musim hujan untuk tahun 2022/2023. Hujan datang kembali padahal kemarau belum lama datang, itupun diselingi dengan hujan yang kadang muncul atau bahkan di beberapa tempat acap kali menyapa. Dua tahun sudah La Nina membersamai dua musim yang lalu lalang di Nusantara, menyisakan bekas-bekas banjir, pun di akhir dan awal tahun nantinya.
Berdasarkan jumlah ZOM (Zona Musim), sebanyak 37,8% zona musim atau sekitar 262 ZOM di Indonesia sudah masuk musim hujan pada akhir September ini. Zona musim sendiri mengalami kenaikan jumlah sebesar dua kali lipat, dikarenakan semakin sempit dan beragamnya kondisi iklim di nusantara.
Pada prakiraan musim hujan sebelumnya jumlah ZOM hanya 342 saja, itupun sudah cukup banyak, nah saat ini ada 699 ZOM di Indonesia. Jumlah yang tak mengherankan dilihat dari semakin buruknya dampak perubahan iklim dari tahun ke tahun. Cuaca dan iklim semakin tak menentu dan kejadian ekstrem acap kali terjadi, membuat bencana enggan berhenti di sana-sini.
Jumlah ZOM yang meningkat menjadi 699 zona musim tahun ini akibat semakin sempit dan beragamnya kondisi iklim nusantara (sumber: BMKG)
Bulan Oktober dan November 2022 ini merupakan bulan-bulan terbanyak awal musim hujan akan terjadi. Diperkirakan sekitar 303 zona musim akan memasuki musim hujan di bulan-bulan tersebut.
Puncak hujan diperkirakan akan mulai pada November tahun ini hingga bulan Februari tahun depan. Musim hujan di hampir setengah zona musim diperkirakan akan berlangsung lebih awal dari seharusnya. Sebanyak 47% dari ZOM yang ada diperkirakan akan maju waktu awalnya memasuki musim hujan.
Hal tersebut juga berarti musim kemarau yang lebih singkat, karena hampir setengah dari ZOM yang ada telah mengalami keterlambatan dalam memasuki musim kemarau.
Prakiraan awal musim hujan yang akan berlangsung hingga Mei 2023, didominasi di bulan Agustus – November 2022 (sumber: BMKG)
Hampir setengah ZOM di Indonesia, yakni sebesar 47% akan memasuki musim hujan lebih awal daripada biasanya (sumber: BMKG)
Sayangnya tak banyak dari kita yang mengetahui jika selama tahun 2020 hingga saat ini kondisi curah hujan di Indonesia mengalami peningkatan. Hal tersebut dikarenakan fonomena La Nina yang terjadi semenjak 2020 dan diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir tahun 2022. Kondisi yang relatif langka dan dikenal dengan istilah Triple Drip La Nina.
Banyaknya curah hujan di Indonesia tentu akan kembali menghadirkan sesuatu yang tak lagi asing dan sudah menjadi tamu langganan setiap musim hujan tiba. Yap, apalagi kalau bukan banjir, yang setiap saat di kala puncak-puncak musim hujan datang selalu menghantui terutama di kota-kota besar.
Di Ibukota sendiri banjir sudah bukan barang asing lagi, para penduduknya sudah siap untuk mengungsi sementara waktu di akhir dan awal tahun, saat biasanya hujan demikian deras.
Dari data banjir yang diperoleh semenjak tahun 2020, bencana banjir hampir dua kali lipat dari tahun 2019. Tahun 2020 terjadi banjir sebanyak 1.794 kejadian dan pada 2021 sebanyak 1.518 kejadian, bandingkan dengan tahun 2019 yang hanya 784 kejadian saja! (sumber: infografis resmi BNPB). Tahun 2022 ini sendiri sudah terjadi kejadian banjir sebanyak 1.033 kali, angka yang tentunya akan terus bertambah apalagi puncak musim hujan akan baru dimulai pada bulan November.
Infografis kejadian bencana Indonesia update 27 September 2022 (sumber: twitter resmi BNPB)
Bencana yang diakibatkan oleh meningkatnya curah hujan di wilayah Indonesia tidak hanya banjir, pun tanah longsor yang menjadi salah satu dampak terparahnya.
Meskipun tidak mengalami kenaikan yang cukup signifikan dikarenakan faktor terjadinya yang tak hanya bergantung pada derasnya hujan, tapi juga posisi kemiringan dan kerentanan lahan, baik banjir dan longsor dapat dikategorikan sebagai bencana hidrometeorologis yang harus diwaspadai selama puncak-puncak musim hujan terjadi nanti. Ribuan nyawa, harta benda, dan infrastruktur menjadi taruhan jika tak ada upaya adaptasi dan mitigasi yang tepat untuk menghadapinya.
Tak lupa, pada periode peralihan musim yakni di bulan Oktober mendatang perlu diwaspadai potensi cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung, dan hujan es yang bisa terjadi hingga periode bulan November.
Musim Pancaroba juga akan mempengaruhi kesehatan bagi sebagian orang karena perubahan cuaca yang begitu cepat sehingga dapat meningkatkan risiko tubuh menjadi sakit. Perubahan suhu yang ekstrem selama masa-masa tersebut turut andil dalam mempengaruhi kesehatan.
Persiapan yang matang untuk menghadapi musim hujan sangat dibutuhkan, apalagi bagi mereka yang berada di wilayah-wiayah rentan bencana terutama banjir. Sudah saatnya upaya adaptasi dan mitigasi kita usahakan bersama demi keselamatan saat bencana datang.
Pengelolaan sampah yang baik sehingga tidak menghalangi aliran air di saluran pembuangan, penanaman pohon di tempat yang gundul dan rentan erosi, persiapan obat-obatan dalam keluarga, dan yang tak kalah penting saling mengingatkan untuk aktif dalam menyambut musim hujan yang mungkin akan datang bersama bencana.