Brigadir Nopryansah Josua Hutabarat tewas ditembak oleh rekan polisinya, Baradha E. Kejadian ini terjadi di rumah Kadiv Propam Polri di Kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan pada hari Jum’at (8/7/2022).
Menurut Kapolres Metro Jakarta Selatan mengatakan bahwa rumah tersebut adalah rumah yang digunakan sebagai rumah singgah dan juga isolasi selama Covid-19. Polisi baru mengungkap kejadian ini ke publik tiga hari setelah peristiwa ini terjadi.
Brigadir Josua adalah seorang anggota Bareskrim dengan tugas sebagai sopir dinas istri Kadiv Propam. Sementara itu, Baradhar E merupakan anggota Brimob yang bertugas sebagai pengawal dari Kadiv Propam.
Menurut Budi, sebelum insiden tersebut menimpa Brigadir Josua, ternyata sebelumnya Brigadir Josua telah melakukan pelecehan terhadap kepala ibu Kadiv bahkan dia sempat menodongkan pistol kepadanya. Diduga terjadi adu mulut antara Brigadir Josua dengan istri Kadiv Propam itu.
Akhirnya istri Kadiv Propam berteriak dan meminta pertolongan sehingga membuat Brigadir Josua panik karena mendengar adanya orang yang berjalan ke arahnya yang ternyata diketahui adalah Baradha E.
Kemudian terjadilah adu mulut antara Brigadir Josua dengan Baradha E, bukan membicarakan secara baik ternyata Brigadir Josua melontarkan tembakan ke arah Baradha E namun ternyata melesat dan mengenai tembok.
Kemudian Baradha E tersontak dan melepaskan tembakan ke arah Brigadir Josua sebanyak lima tembakan yang akhirnya menyebabkan tewasnya Brigadir Josua. Namun keluarga dari Brigadir Josua mengungkapkan bahwa ada suatu kejanggalan di tengah kematian Brigadir Josua ini.
“Kasus ini memang tak bisa dibiarkan mengalir begitu saja karena banyak kejanggalan yang muncul dari proses penanganan maupun penjelasan Polri sendiri yang tidak jelas hubungan antara sebab dan akibat setiap rantai peristiwanya.” Kata Mahfud, Rabu (13/7/2022)
Kejanggalan tersebut menjadi tanda tanya keluarga dengan peristiwa apa yang sebenarnya terjadi sehingga menyebabkan kematian Brigadir Josua ini. Kejanggalan yang diungkap oleh keluarga adalah sebagai berikut :
1. Keluarga mengungkap ada luka bekas sayatan ditubuh Brigadir Josua
Luka sayatan ditubuh Brigadir Josua ditemukan sebanyak empat sayatan bahkan yang mengagetkan lagi dua jarinya putus. Menurut tante Brigadir Josua, luka tembak itu bersemayam di dekat bahu sebanyak tiga tembakan, lalu di lengan sebanyak satu tembakan.
Keluarga menganggap insiden ini janggal sebab menurut pernyataan polisi terjadi adu tembak antara Brigadir Josua dengan Baradha E, namun yang menjadi tanda tanya adanya luka sayatan ditubuh Brigadir Josua.
Selain itu lebih parah lagi dua jarinya putus sehingga keluarga mengaku tidak puas dengan penjelasan dan kesaksian polisi sebab adanya kejanggalan tersebut.
2. Keluarga tak yakin Brigadir Josua melecehkan istri Kadiv Propam
Sebelum insiden penembakan terjadi, Brigadir Josua diduga melakukan pelecehan seksual kepada istri Kadiv Propam, namun dari pihak keluarga sendiri tak yakin dengan kejadian itu.
Menurut Yuni Hutabarat, kakak kandung Brigadir Josua dia menyatakan belum yakin dengan peristiwa itu ia mengatakan bahwa ia membutuhkan bukti otentiknya seperti CCTV jika memang adiknya telah melakukan perbuatan itu.
Selama pihak kepolisian belum memberikan bukti tersebut, keluarga tidak akan mempercayai bahwa Brigadir Josua telah melakukan pelecehan terhadap istri Kadiv Propam.
3. Keluarga sebut ada memar di tubuh Brigadir Josua
Kejanggalan lain yang diungkap oleh keluarga adalah adanya memar ditubuh Brigadir Josua yang diduga adalah bekas penganiayaan. Yuni Hutabarat menyebutkan bahwa luka tersebut bukan hanya didada dan di muka saja, ada luka juga di bagian hidung lalu ada pula luka lebam seperti habis dianiaya.
4. Tidak ditemukan HP milik Brigadir Josua
Yuni Hutabarat, kakak kandung Brigadir Josua sempat menanyakan kepada jenderal bintang satu tersebut tentang keberadaan HP milik adiknya, karena kemungkinan bisa ditemukan beberapa bukti yang akan membantu proses penyelidikan dan kebenaran peristiwa tersebut.
"Kami juga menanyakan handphone adik kami, itu sampai sekarang tidak ada disampaikan ke kami, alasannya tidak ditemukan, padahal bukti lain katanya bisa ditemukan, HP kok nggak bisa ditemukan," tanya dia.
Dia mencurigai bahwa HP milik adiknya itu sengaja dihilangkan untuk menutupi kebenaran kasus ini. Apabila tidak ditemukan di lokasi penembakan, maka kemungkinan bisa ditemukan di tempat lainnya seperti kamar dan sebagainya.
"Dibuang atau dihilangkan dengan sengaja. Padahal kan di rumah itu pasti, ketika melakukan baku tembak pasti HP tinggal di rumah, atau di kamar almarhum, kok tidak bisa ditemukan. Kami perlu bukti, bisa ngecek HP dan percakapan dengan istri kadiv propam," lanjutnya.
Selama bertugas di Jakarta, adiknya tinggal serumah dengan Kadiv Propam dan keluarga. Selama ini adiknya selalu bercerita bahwa Kadiv Propam dan keluarga adalah orang baik dan sudah menganggap adiknya sebagai keluarga.
Atas kejanggalan-kejanggalan dalam insiden tersebut, Yuni Hutabarat dan keluarga berharap bahwa kasus tewasnya sang adik dapat diselesaikan dengan baik dan diproses secara baik agar bisa jelas semua persoalannya.