"Saya menulis cerita Harry Potter sebenarnya tidak khusus kutujukan untuk konsumsi anak-anak, namun saya menulis absolutely for my self (benar benar untuk diriku sendiri).”
Begitulah pengakuan Joanne Kathleen Rowling atau yang lebih dikenal J.K. Rowling, penulis buku Harry Potter, seperti yang dikutip oleh Marc Saphiro.
Menulis, terutama karya sastra, memang memerlukan motivasi. Ada yang termotivasi untuk mendapatkan materi, ada pula yang termotivasi untuk kepentingan eksistensi atau yang lainnya. Apa yang diutarakan J.K. Rowling adalah penahbisan bahwa menulis dengan hati itu penting.
Kejujuran untuk menghibur diri adalah esensi dari setiap karya seseorang. Kegalauan yang mungkin timbul dialihkan dengan menuliskan perasaan tersebut agar dirinya terhibur sering kali tak disadari. Inilah pijakan sesungguhnya kualitas tulisan seseorang; apakah tulisan itu mampu menghibur penulisnya.
Menyitir pernyataan Kahlil Gibran bahwa penyanyi yang tidak bisa menikmati nyanyiannya mustahil bisa menghibur orang lain sepertinya sejalan dengan pemikiran Rowling ini. Jadikanlah dirimu sebagai penikmat karyamu yang pertama. Dan jika kamu bisa menikmatinya, maka sebuah keniscayaan bahwa ada orang lain ada juga yang menikmati adalah bonus untuk kita.
JK. Rowling dalam “The Wizard Behind Harry Potter, Anauthorized Biography” yang ditulis oleh Marc Saphirro dan diterbitkan oleh St. Martin’s Griffin, New York ini banyak menceritakan kisah hidup JK Rowling dan latar belakang proses kelahiran Harry Potter dan Dunia sihirnya.
Sebagai penulis, seperti halnya kebanyakan penulis sukses lainnya, JK Rowling sejak kecil memang suka menulis. Dan menulis itu sendiri merupakan cara dia menghibur dirinya. Itu adalah satu satunya cara yang bisa ia lakukan sebagai orangtua tunggal.
Saat beranjak dewasa, ia menikah dan kemudian pernikahannya kandas ketika ia memperoleh seorang anak. Pada saat itulah satu fase sulit dalam kehidupannya bermula karena ia harus menjadi single parent. Di tengah-tengah kesulitan inilah ada blessing in disguisse.
Di tengah kesukaannya meluangkan waktu nongkrong di kafe sendirian, untuk melupakan kesulitan hidupnya, ia yang gemar menulis ini mulai membuat cerita Harry Potter yang kelak akan mendunia.
Seperti yang diakuinya bahwa cerita yang ia tulis adalah untuk menghibur dirinya. Bahkan ia berujar bahwa pembaca yang menggemari bukunya tidak bisa mengalahkan rasa senangnya saat ia menuliskannya.
“Saya tidak bisa membayangkan orang bisa menikmati membaca karya saya melebihi kenikmatan saat ketika saya sedang menuliskannya.” Itulah salah satu pengakuannya.
Dalam menulis, ia hanya menuliskan. Baginya, semua orang adalah sebagaimana ia dianggap oleh orang lain. Kalau ia pelari, maka ia berlari; kalau pelaut, maka ia melaut; kalau ia penjahit, maka ia menjahit. Begitu pula penulis, maka ia menulis.
Disiplin adalah kunci; selalu meluangkan waktu untuk menulis, bukan menunggu mood.
Jangan takut dikritik, karena kritikan adalah cambuk untuk berubah menjadi lebih baik lagi.
Menulis dari hal-hal yang disukai dan dikuasai adalah awal untuk menggeluti menulis. Kuasai banyak informasi dengan membaca. Sebab membaca menjadikan kita punya kosakata yang lengkap.
Menulis itu seperti belajar musik. Kalau ada yang salah, itu wajar, dan akan meningkat seiring waktu.
Sekali lagi, jadikanlah menulis sebagai hiburan untuk.diri sendiri agar tidak kehilangan momentum menulis.
Nasib sebuah tulisan tak ada yang tahu apakah akan dibaca banyak orang atau tidak. Harry Potter bahkan sempat ditolak beberapa penerbit saat diajukan oleh agennya.
J.K Rowling hampir melupakan bahwa bukunya akan bisa diterbitkan hingga suatu saat Penerbit Bloomsbury, melalui agen Rowling, memberi tahu bahwa Harry Potter akan naik cetak.
Pada usia anak-anak, ia sudah membuat cerita imajinatif yang diberinya judul Rabbit and Miss Bee. Cerita itu ia tulis dengan tangan pada buku hariannya kemudian ia tunjukkan pada saudaranya untuk dibaca. Menulis baginya adalah kesenangan dan bukanlah pekerjaan.
Di samping suka menulis, ia juga sangat gemar membaca, bahkan sering kali waktunya banyak dihabiskan untuk menghadapi berlembar-lembar halaman buku daripada bermain-main.
Rowling memang kutu buku. Banyak kisah-kisah fantasi yang ia baca, mendasari lahirnya tokoh-tokoh dan hewan-hewan ajaib di cerita Harry Potter.
Membaca, menulis, dan motivasi untuk menghibur diri adalah kunci untuk menjadikan kita tetap terus berkarya. Ia tak punya niatan untuk menjadi kaya dengan menulis karena ia betul-betul menikmati aktivitas menulis tersebut.
Kita bisa meniru apa yang dilakukan Rowling ini sebagai pijakan agar membuat tulisan kita lebih jujur dan tak termotivasi oleh pasar.
Rowling tak menduga jika karyanya akan meledak di pasaran. Dengan membawa kertas dan pulpen, ia habiskan waktu di kafe dengan menulis sepanjang waktu untuk menghibur dirinya.
Melihat perjalanan hidup JK. Rowling, kita akhirnya bisa lebih memaknai akan sebuah ketulusan dalam menjalankan aktivitas. Dan sekali lagi, ketulusan pasti akan menyebabkan imbas positif bagi yang menjalankannya.