Satu-satunya yang dikenal sebagai kolonel tapi tidak berlakang militer adalah Kolonel Sanders. Siapakah Sang Kolonel? Kalaupun saat Anda membaca tulisan ini mengaku tidak tahu, pasti hanya karena tidak ‘ngeh’. Ia adalah pendiri KFC, kerajaan waralaba ayam goreng asal Amerika yang sudah mendunia
Kisah tentang Kolonel Sander sangat mudah ditemukan di internet. Dikisahkan ketika Sang Kolonel menawarkan resepnya berkeliling negeri untuk mencari restoran yang akan diajak bekerja sama dalam menjual olahan ayam gorengnya, ia ditolak sebanyak 1009 kali sebelum akhirnya ada restoran yang bersedia menerimanya.
Wow! Bukan jumlah yang sedikit dan bukan waktu yang sebentar untuk mengalami suatu penolakan. Butuh kegigihan ekstra untuk tetap terus berusaha sampai akhirnya jaringan restonya menggurita seperti sekarang. Satu hal lagi yang perlu diingat, Sang Kolonel mencapai kesuksesannya di usia sepuh.
Lalu, apa hubungan kegagalan dan kegigihan Pak Kolonel dengan pengasuhan? Sengaja saya mengutip sedikit kisah pendiri waralaba terkemuka itu agar pertama Anda bisa membacanya dengan ringan hati tanpa perlu berpikir berat dengan teori-teori pengasuhan. Kedua, kegigihan Sang Kolonel bisa menginspirasi.
Proses pengasuhan adalah suatu proses yang memerlukan waktu yang panjang. Ini bukanlah proses sekedar memberi asupan nutrisi makanan, bukan pula sekedar memenuhi kebutuhan pakaian, tempat tinggal, atau hal-hal tersier yang kekinian macam saldo gop*y atau pulsa internet.
Mendengar, membaca, dan melihat beberapa curhatan orangtua di dunia pengasuhan, yang paling sering dikeluhkan adalah komunikasi dengan anak. Masalah anaknya sulit diberitahu, atau jarang mengobrol dengan ayah ibu, atau tertutup dari orangtua, itu adalah bagian dari tantangan pengasuhan.
Tentu saja orangtua memiliki ekpestasi dan harapan-harapan sendiri dalam mengasuh anak-anaknya. Makanya orangtua sering memberitahu berbagai macam aturan maupun rangkaian motivasi yang semuanya tentu saja demi kesuksesan anak.
Banyak orangtua mengalami hal ini, termasuk saya, yaitu ketika kita sebagai orang tua sudah memberitahukan atau memotivasi hal yang menurut kita baik, tapi dianggap angin lalu oleh anak kita. Masuk kuping kiri langsung saja tembus keluar kuping kanan tanpa sempat nyangkut di otak anak-anak kita.
Umumnya, kita membicarakan hal yang sama berulang-ulang dalam 1 pekan. Sudah menjadi jokes diantara para orangtua, kita ini seperti kaset rusak, radio rombeng, yang bisa membahas hal yang sama berulang-ulang. (Catatan: yang paham bagaimana kerja kaset rusak itu berarti hitungan umur Anda sudah banyak).
Kitanya sih tidak bosan, entah apa yang anak rasakan mendengar hal yang sama berkali-kali. Mungkin saja mereka sudah menjadi kebal dengan pembahasan yang sama, dan hanya menganggap ayah atau ibunya seperti sedang memperdengarkan nyanyian yang fals.
Ibulah yang umumnya sering berperan sebagai kaset rusak atau radio rombeng ini. Titik jenuh para ibu membicarakan hal yang sama memang sangat lentur. Meskipun kadang bisa memperkirakan bahwa yang diomongkan tidak terlalu diperhatikan, tetap saja ibu akan ngoceh yang itu lagi yang itu lagi tanpa bosan.
Tentu saja pada suatu titik kita akan merasa putus asa. Mencontohkan hal yang baik sudah, membahas dengan bahasa yang baik-baik sudah, mendoakan sudah, memotivasi sudah, bahkan kadang sampai menegur dengan tegas (alias marah-marah) sudah juga, tapi kok sepertinya tidak ada perubahan.
Maka, jika Anda wahai para ibu merasa putus asa sesekali, you are not alone! Tenangkan hati untuk beberapa waktu, misalnya dengan mengerjakan hal yang disukai, atau curhat dengan teman seperjuangan, supaya mood kita kembali pulih dan siap 'berjuang' lagi.
Pada saat-saat seperti ini, selain tentunya banyak berdoa mengharap bantuan dari Sang Pemilik Hidup, perlu juga kita membaca kisah perjuangan, yang ringan-ringan saja juga oke, seperti kisah Kolonel Sanders itu, yang konon gagalnya mencapai angka ribuan itu.
Apakah kita sudah melakukannya sampai ribuan atau ratusan ribu kali, terus menerus dengan selalu berharap hasil yang baik? Sekali lagi, proses pengasuhan juga membutuhkan waktu yang panjang, tidak bisa instan, sama halnya dengan proses suksesnya Sang Kolonel.
Intinya adalah konsistensi sambil terus memperbaiki upaya kita dalam pengasuhan anak. Dengan kekuatan doa dan usaha maksimal sebagai orangtua, suatu hari nanti, tentu saja dengan pertolongan dari Yang Maha Kuasa, akan terjadi masa-masa manis, ketika tiba-tiba saja buah hati kita, yang tadinya sering cuek, di saat yang tidak diduga, mereka akan mendengarkan semua yang kita ucapkan. melakukan apa yang kita harapkan, dan menjadi sosok yang bisa ajak kerjasama.
“ I’ve only had two rules. Do all you can and do it the best you can.”
~ Colonel Harland Sanders ~