Ku Berjalan dalam Diam
Ku berjalan dalam diam,
Arungi hidup berselimut rasa
Lihat hidup mulai tersiram
Oleh berkat dari Yang Kuasa
Ku berjalan dalam diam,
Selesaikan semua yang datang
Segala hal yang menantang
Kembangkan diri hingga matang
Ku berjalan dalam diam,
Lihat tujuan akhir disana
Yang bercabang menjadi dua
Antara terang dan gulita
Ku berjalan dalam diam,
Melihat yang lain memilih
Tujuan mereka yang masih
Tiada pasti dalam hitam
Ku berjalan dalam diam,
Melihat individu lain jalani
Hidup mereka di dunia ini
Naik turunnya mereka tangani
Makin lama ku berjalan
Makin banyak realita kehidupan
Daripada kawan maupun lawan
Yang menyakitkan namun menyadarkan
Ada yang membenci setengah mati
Ada yang dibenci hingga mati
Ada yang mencaci sampai kesetanan
Ada yang dicaci bagaikan setan
Ada yang kuat menjadi penindas
Ada yang lemah menjadi penindas
Menindas diri dalam ketidakmampuan
Untuk bangkit dari kelemahan
Ada yang baik namun terlalu naif
Ada yang jahat namun sungguh koersif
Ada yang jujur tetapi terlalu kasar
Ada yang santun tapi banyak melanggar
Setelah terlalu lama dalam diam
Akhirya kuputuskan untuk bicara
Akan pelajaran yang tertanam
Dari keyakinan yang membara
Kita tidak ada yang sempurna
Tiap kita pasti memiliki noda
Baik terlihat maupun tidak
Dalam pikiran maupun tindakan
Tapi jadikan kelebihan itu senjata
Jadikan kelemahan sebagai lompatan
Untuk perbaiki kualitas diri kita
Agar hidup ini jadi bermakna
Ketika hidup jadi bermakna
Kita beroleh hormat dari lawan
Beroleh kasih daripada kawan
Direngkuh kawan di kala hujan
Rengkuhan Kawan di Kala Hujan
Rengkuhan kawan di kala hujan,
Menemaniku meniti hutan
Hutan lebat dalam kehidupan
Kala angin bertiup mencekam
Rengkuhan kawan di kala hujan,
Menjagaku dari kedinginan
Melindungku dari kepanasan
Dalam semangat setia kawan
Rengkuhan kawan di kala hujan,
Saling bertuntun dalam keserasian
Kau lemah, aku menguatkan
Ku lemah, kau menguatkan
Rengkuhan kawan di kala hujan,
Jadi kamerad dalam ujian
Ujian berat dalam kehidupan
Dari kejayaan sampai kekalahan
Rengkuhan kawan di kala hujan,
Jadi semangat dalam kejayaan
Jadi peneguh dalam kekalahan
Membuat ego selalu tertahan
Rengkuhan kawan di kala hujan,
Hindariku s’lalu dari kegilaan
Kala dunia mulai bertingkah
Menguji kekuatan sebagai insan
Rengkuhan kawan di kala hujan,
Ajariku untuk selalu bertahan
Bertahan dalam sebuah ikatan
Ikatan atas rasa persaudaraan
Rengkuhan kawan di kala hujan,
Terima kasih atas dukungan
Atas segala suri tauladan
Bagi saudaramu dalam kehidupan
Itulah pengalaman dalam berkawan
Yang erat seperti handai tolan
Terikat oleh persamaan tujuan
Bagai kumpulan lidi yang terikat
Kumpulan Lidi yang Terikat
Pernahkah engkau melihat
Sebatang lidi yang tergeletak
Tiada menarik, tiada memikat
Di bawah lantai ia terletak
Sebatang lidi yang tergeletak
Lemah terkulai ia terjaga
Ia dorman tiada berguna
Mudah rapuh, mudah patah
Tapi coba kau kumpulkan
Sebatang lidi lain yang sama
Lalu kau ikatkan dan satukan
Dengan apapun yang kuat
Lihatlah apa yang terjadi
Lidi itu menjadi berguna
Bagi manusia dimana-mana
Untuk menyapu berbagai kotoran
Kita manusia juga begitu
Kita tidak berguna kalau sendiri
Kita harus bisa bersatu
Dengan orang lain agar berdikari
Berdikari dalam mengabdikan diri
Berdikari laksanakan kewajiban insani
Berdikari dalam membaktikan diri
Berdikari kembangkan kualitas diri
Lantas, apakah yang akan
Mengikat kita dalam persatuan?
Tali solidaritas dalam fraternitas
Saling menjaga dalam persaudaraan
Persaudaraan itu hanya tercipta
Dari perkawanan yang sejati
Terbentuk karena perasaan hati
Untuk saling menjaga dan menyayangi
Jadikan kawanmu itu saudaramu
Kalau ia jaya, bergembiralah
Kalau ia jatuh, bangkitkanlah
Kalau ia sedih, hiburlah
Jangan pernah tinggalkan mereka
Baik dalam suka maupun duka
Jangan sampai mereka sendiri
Dalam hadapi tantangan bahri
Sebab hatinya pasti menangis sedih
Kalau yang demikian terjadi
Kembali menjadi sebatang lidi
Yang lemah tiada berarti
Manusia itu Lemah
Manusia itu lemah,
Sering tak bisa mengendalikan diri
Sering lebihkan kelebihan diri
Sering tak akui kelemahan diri
Manusia itu lemah,
Kadang tak mampu kendalikan nafsu
Kadang tak bisa mengusir lesu
Kadang terlalu lama diam membisu
Manusia itu lemah,
Jarang ia mengakui kesalahan
Jarang ia mengampuni kesalahan
Jarang ia mengentas keresahan
Manusia itu lemah,
Tak pernah punya konsistensi murni
Tak pernah punya hati yang murni
Tak pernah lepas dari belenggu diri
Itulah gambaran kita manusia
Aku, kamu, dan kita semua
Lemah dan tiada berdaya
Tanpa anugerah dari Yang Kuasa
Ia memberikan kita keluarga
Untuk membesarkan hingga dewasa
Ia memberikan kita kawan
Untuk saling menajamkan rasa
Ia memberikan kita kelebihan
Untuk menguji kebesaran hati
Ia memberikan kita kelemahan
Untuk mendorong perbaikan diri
Maka, mari kita kembali pada-Nya
Perbaiki diri bersama-sama
Agar kita mampu bersuara yang sama:
Hanyalah Dia di atas segalanya
Disclaimer: Refleksi ini adalah antologi puisi yang pernah digubah penulis dalam berbagai kesempatan, yang berhubungan dengan refleksi diri sendiri.